dalam kerangka Sistem Peringatan Dini yaitu pihak Pengambil Keputusan dan Masyarakat.
Di pihak masyarakat ada tiga unsur yang menentukan bagaimana masyarakat bereaksi terhadap sistem peringatan dini. Unsur-unsur tersebut terdiri dari
pengetahuan, sikap, dan perilaku. Selain faktor masyarakat, faktor lain yang berperan dalam kerangka kerja Sistem Peringatan Dini adalah pihak Pengambil Keputusan. Di
Indonesia melalui Kepres Nomor 1112001 kita mengetahui bahwa penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dikoordinasikan oleh Bakornas PBP di tingkat
Nasional, Satkorlak PBP di tingkat Provinsi dan Satlak PBP di tingkat KabupatenKota. Melalui keberadaan institusi ini dapat dibuat kebijakan-kebijakan
yang berhubungan dengan sistem peringatan dini terutama hal-hal yang berkaitan dengan kerangka kerja sistem peringatan dini, misalnya Protap, Juklak, dan
Mekanisme Kerja.
5.5. Pengaruh Risiko Bencana Tsunami terhadap Mobilisasi Sumber Daya di Kampung Pasir
Hasil analisis multivariat dengan uji statistik regresi linier menunjukkan variabel risiko bencana tsunami berpengaruh p0,05 terhadap mobilisasi sumber
daya. Mengacu kepada hasil uji secara statistik, dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi tingkat risiko bencana tsunami yang dihadapi kepala keluarga maka mobilisasi
sumber daya meningkat dalam menghadapi bencana tsunami pada wilayah pesisir.
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan Peraturan Kepala BNPB No. 10 Tahun 2008, bahwa mekanisme permintaan sumber daya untuk penanganan bencana dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan sebagai berikut: a. Komandan Tanggap Darurat Bencana tingkat kabupatenkota, atau tingkat provinsi
yang terkena bencana, mengajukan permintaan kebutuhan sumberdaya kepada Kepala BPBD KabupatenKotaProvinsi maupun kepada Kepala BNPB,
berdasarkan atas ketersediaan sumberdaya di lokasi dan tingkatan bencana. b. Kepala BPBD KabupatenKotaProvinsi maupun Kepala BNPB, sesuai dengan
lokasi dan tingkatan bencana, meminta dukungan sumberdaya manusia, logistik dan peralatan untuk menyelamatkan dan mengevakuasi korban, memenuhi
kebutuhan dasar hidup dan memulihkan fungsi prasarana dan sarana vital yang rusak kepada pimpinan instansilembaga terkait sesuai tingkat kewenangannya.
c. Instansilembaga terkait dimaksud adalah: DepartemenDinas Sosial,
BULOGDOLOG, DepartemenDinas Kesehatan, DepartemenDinas Pekerjaan Umum, DepartemenDinas Perhubungan, BasarnasBasarda Kabupaten Kota,
Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Republik Indonesia, Palang Merah Indonesia, DepartemenDinas Energi dan Sumber Daya Mineral serta
instansilembaga lainnya sesuai tingkat kewenangannya. d. Instansilembaga terkait wajib segera mengirimkan serta memobilisasi sumberdaya
manusia, logistik dan peralatan ke lokasi bencana.
Universitas Sumatera Utara
e. Penerimaan serta penggunaan sumberdaya manusia, peralatan dan logistik di lokasi bencana sebagaimana dimaksud dilaksanakan dibawah kendali Kepala
BPBDBNPB dan atau Departemen Keuangan. Pengerahanmobilisasi sumber daya untuk penanganan bencana
diselenggarakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Kepala BPBD yang terkena bencana mengerahkan sumberdaya manusia, peralatan
dan logistik sesuai kebutuhan ke lokasi bencana. b. Apabila kebutuhan tersebut tidak tersediatidak memadai, maka pemerintah daerah
yang bersangkutan dapat meminta bantuan kepada daerah lain yang terdekat. c.
Apabila daerah yang dimintai bantuan tidak memiliki ketersediaan sumberdayatidak memadai, maka pemerintah daerah yang terkena bencana dapat
meminta bantuan kepada pemerintah pusat. d. Biaya yang timbul akibat pengerahan bantuan ini ditanggung oleh pemerintah
daerah yang bersangkutan. e. Pelaksanaan pengerahan sumber daya dari asal sampai dengan lokasi bencana
dilaksanakan dibawah kendali Kepala BPBD yang terkena bencana. f. Apabila terdapat keterbatasan sumberdaya manusia, peralatan dan logistik yang
dikerahkan oleh Kepala BPBD, maka BNPB dapat membantu melalui pola pendampingan.
g. Pola pendampingan oleh BNPB dapat berupa dukungan biaya pengepakan, biaya pengiriman, jasa tenaga pengangkutan dan dukungan peralatan tanggap darurat
bencana.
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan paradigma penanggulangan bencana yang lebih mengedepankan komunitas masyarakat, maka kesiapsiagaan dikembangkan melalui
pembentukan lembaga kemasyarakatan dalam penanggulangan bencana. Salah satu komunitas masyarakat dalam membangun budaya keselamatan dan
ketangguhan masyarakat di Aceh adalah Community Managed Disaster Risk Reduction CMDRR atau Pengurangan Risiko Bencana Oleh Masyarakat
PRBOM. Demikian juga di Desa Pasir telah dibentuk Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana KMPB. Tugas utama dari KMPB adalah untuk
mengurangi penderitaan masyarakat yang terkena bencana. Pada saat terjadi bencana KMPB akan bekerjasama dengan organisasi penanggulangan bencana lainnya
Menurut Yayasan Pusaka Indonesia YPI, parameter yang dipakai dalam membangun budaya keselamatan dan ketangguhan dalam menghadapi bencana alam
bisa dilihat dari 4 empat ciri khusus, yakni :
a. Ciri Pertama