Salah satu cara meningkatkan upaya tanggap darurat dalam penanganan bencana tsunami adalah dilakukannya Training Emergency Response Plan ERP
Batch V, Bandung 4-6 Agustus 2010. Pelatihan tersebut bertujuan mengkoordinasikan upaya Perencanaan Tanggap Darurat ERP sehingga tercapai
efisiensi dan efektifitas dalam pengendaliannya, mengatur tata cara dalam pelaksanaan penanggulangan Keadaan Darurat sehingga kerugian dapat ditekan
seminimal mungkin, serta memastikan tindakan pengendalian sesuai prosedur dan Organisasi ERP. Manfaat pelatihan tersebut diharapkan: a memahami konsep
Perencanaan Tanggap Darurat ERP secara efektif sehingga pengendalian bisa dilakukan secara cepat dan tepat, b mencegah kesimpang siuran dalam menghadapi
keadaan emergency tidak gugup atau panik, serta c mencegah terjadinya korban jiwa, kerusakan harta benda dan lingkungannya
5.4. Pengaruh Risiko Bencana Tsunami terhadap Peringatan Dini Bencana di Kampung Pasir
Hasil analisis multivariat dengan uji statistik regresi linier menunjukkan variabel risiko bencana tsunami berpengaruh p0,05 terhadap peringatan dini
bencana. Mengacu kepada hasil uji secara statistik dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi tingkat risiko bencana tsunami yang dihadapi kepala keluarga maka meningkat
kesiapsiagaan tentang sistem peringatan dini. Tingginya perhatian terhadap sistem peringatan dini di Desa Pasir ditandai dengan penyediaan TOA untuk setiap dusun
dan pentungan untuk setiap rumah penduduk serta sirine yang disediakan pemerintah untuk masyarakat luas.
Universitas Sumatera Utara
Persentase responden di Desa Pasir sebagian besar bertempat tinggal pada zona risiko bencana tsunami kategori sedang 44 orang. Sesuai penelitian Marwasta
dan Priyono 2005, tentang analisis karakteristik permukiman desa-desa pesisir di Kabupaten Kulonprogo, menyimpulkan bahwa secara umum tingkat bahaya terhadap
bencana gelombang tsunami di daerah penelitian berada pada tingkat sedang. Karakteristik permukiman desa-desa pesisir sepanjang Pantai Selatan Jawa di
Kabupaten Kulonprogo menunjukkan pola mengelompok clustered berbentuk linear sejajar garis pantai, kepadatan rumah sedang, terletak pada lahan tipe morfologi
pantai berpasir, lereng landai, aksesibilitas fisik baik, ditandai kepadatan jalan tinggi, serta kondisi sosial ekonomi penduduk kategori menengah.
Dalam kondisi keberadaan masyarakat di wilayah pesisir pantai seperti yang digambarkan pada penelitian Marwasta dan Priyono 2005 serta penelitian ini yang
dilakukan di Desa Pasir, maka sangat penting dikembangkan sistem peringatan dini bencana tsunami.
Menurut Sutomo 2009, sistem peringatan dini tsunami tsunami warning system adalah sistem yang menginformasikan kemungkinan terjadinya bahaya
tsunami sebelum terjadi. Termasuk sistem biologis yang dimiliki oleh makhluk hidup maupun sistem hasil buatan manusia. Yang termasuk sistem biologis adalah rasa sakit
dan rasa takut yang umumnya menjadi bagian dari insting yang dimiliki makhluk hidup secara alamiah. Sementara yang termasuk sistem buatan adalah sistem yang
dirancang manusia untuk mengumpulkan data-data terkait dan mengolahnya menjadi parameter kemungkinan terjadinya bahaya. Sistem buatan manusia ada yang dibuat
Universitas Sumatera Utara
untuk tujuan sipil dan ada juga yang khusus untuk tujuan militer. Dalam hal ini sistem peringatan dini untuk tsunami termasuk untuk tujuan sipil. Begitu pula dengan
alat pendeteksi asap, alat pendeteksi gempa, dan lain sebagainya. Sementara alat peringatan dini untuk militer antara lain adalah alat pendeteksi misil balistik,
pendeteksi serangan nuklir, alat peringatan antirudal pesawat tempur, dan lain sebagainya.
Tsunami Warning System TWS dibangun untuk mendeteksi gejala-gejala alam yang berpotensi untuk terjadinya bencana tsunami sekaligus mencari lokasi
pusat gempa yang menyebabkan tsunami tersebut. Laporan yang diberikan oleh TWS ini bisa digunakan untuk memprediksi besar kerusakan yang akan ditimbulkan dan
daerah-daerah yang akan terkena dampak tsunami. Sistem ini terbagi menjadi dua komponen penting, yaitu jaringan sensor-sensor pendeteksi tsunami dan infrastruktur
komunikasi yang berguna untuk menyampaikan peringatan dini. Peringatan dini tsunami menghendaki kewaspadaan dan evakuasi sebelum tsunami datang. Laju
informasi peringatan dini sangatlah penting mengingat selang waktu antara gempa bumi sampai tsunami mencapai daratan cukup singkat.
Terdapat dua jenis peringatan dini tsunami: peringatan dini internasional dan peringatan dini regional. Keduanya bergantung pada kenyataan bahwa tsunami
bergerak dengan laju 500 – 1000 kmjam sekitar 0,14-0,28 kmdetik di laut
lepas, sementara gempa bumi dapat terdeteksi dengan cepat melalui gelombang seismik
yang bergerak dengan laju rata-rata 14.400 kmjam atau sekitar 4 kmdetik. Dengan memperhatikan gelombang seismik yang muncul, dimungkinkan adanya tenggang
Universitas Sumatera Utara
waktu untuk prakiraan tsunami sekaligus penyampaian peringatan ke daerah yang terancam tsunami. Hanya saja, karena belum ada model yang jelas yang dapat
menghubungkan gempa bumi dan tsunami, peringatan oleh gelombang seismik menjadi kurang dapat diandalkan. Metode yang lebih pasti adalah dengan
menggunakan alat pengamat dasar laut
untuk melihat gelombang tsunami di laut
lepas dengan jarak sejauh mungkin dari garis pantai. Mekanisme kerja dari system TWS, bisa kita lihat bahwa setiap ada gempa
yang terjadi di bawah laut
maka akan setiap instrument-instrument yang berkaitan akan mengirim kan data hasilnya kepada Tsunami Warnings Centre, dari data
tersebut apakah akan menghasilkan tsunami atau tidak tetap di beritahukan kepada badan-badan pemerintah yang berwenang yang selanjutnya akan di analisa dan di
beritahukan kepada masyarakat umum melalui sirine peringatan maupun Televisi, radio dan televise kabel.
Kelemahan dari sistem ini adalah: tidak ada sistem yang dapat melindungi manusia dari bencana tsunami yang terjadi tiba-tiba. Oleh karena itu, sampai saat ini
peringatan dini tsunami belum pernah menyelamatkan seorang pun dari bencana tsunami mendadak. Walaupun demikian, peringatan dini tsunami masih dapat bekerja
efektif jika jarak pusat gempa sangat jauh. Hal ini dapat memberikan kesempatan bagi para penduduk untuk melakukan evakuasi. Sistem Peringatan Dini merupakan
mata rantai yang spesifik hubungan yang kritis antara tindakan-tindakan dalam kesiapsiagaan dengan kegiatan tanggap darurat. Ada 2 dua faktor yang berperan
Universitas Sumatera Utara
dalam kerangka Sistem Peringatan Dini yaitu pihak Pengambil Keputusan dan Masyarakat.
Di pihak masyarakat ada tiga unsur yang menentukan bagaimana masyarakat bereaksi terhadap sistem peringatan dini. Unsur-unsur tersebut terdiri dari
pengetahuan, sikap, dan perilaku. Selain faktor masyarakat, faktor lain yang berperan dalam kerangka kerja Sistem Peringatan Dini adalah pihak Pengambil Keputusan. Di
Indonesia melalui Kepres Nomor 1112001 kita mengetahui bahwa penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dikoordinasikan oleh Bakornas PBP di tingkat
Nasional, Satkorlak PBP di tingkat Provinsi dan Satlak PBP di tingkat KabupatenKota. Melalui keberadaan institusi ini dapat dibuat kebijakan-kebijakan
yang berhubungan dengan sistem peringatan dini terutama hal-hal yang berkaitan dengan kerangka kerja sistem peringatan dini, misalnya Protap, Juklak, dan
Mekanisme Kerja.
5.5. Pengaruh Risiko Bencana Tsunami terhadap Mobilisasi Sumber Daya di Kampung Pasir