Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Di dalam suatu wilayah tertentu, ada tempat-tempat dimana penduduk atau kegiatan terkonsentrasi dan ada tempat-tempat dimana penduduk atau kegiatannya yang kurang terkonsentrasi. Tempat konsentrasi penduduk dan kegiatannya dinamakan dengan istilah ‘kota” yang berperan sebagai pusat pemukiman, pusat perdagangan dan pusat industri. Sedangkan daerah di luar pusat konsentrasi dinamakan dengan berbagai istilah seperti daerah pedalaman, wilayah belakang hinterland dan daerah pertanian atau pedesaan. Namun pada keadaan tertentu, suatu desa dapat memiliki peran sebagai kota dikarenakan adanya faktor-faktor besar yang mempengaruhi desa tersebut. Terbentuknya suatu kota dapat diawali dari kebutuhan beberapa kelompok masyarakat baik itu kebutuhan sosial maupun ekonomi yang menyebabkan terjadinya pemusatan masyarakat atau konsentrasi domisili untuk memenuhi kebutuhan sosial maupun ekonominya itu. Kebutuhan sosial ini antara lain kebutuhan keamanan, tolong-menolong, bertukar pikiran, berteman dan lainnya yang dikarenakan manusia adalah mahkluk sosial yang tidak dapat melakukan segala sesuatunya dengan sendiri. Sedangkan berdasarkan pada pertimbangan ekonomi terutama muncul karena bakat dan keahlian yang berbeda akan menciptakan spesialisasi. Artinya, segala kebutuhan individu dan masyarakat tidak lagi dihasilkan oleh individu dan masyarakat itu sendiri, akan tetapi cukup Universitas Sumatera Utara berfokus pada kegiatan tertentu, sedangkan untuk kebutuhan lainnya diperoleh melalui pertukaran dan jual beli yang menimbulkan perdagangan. Perdagangan berbagai komoditas ini berkonsentrasi pada suatu lokasi yang dapat memudahkan pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual beli yang dalam hal ini adalah konsumen dan produsen. Konsumen cukup mendatangi satu tempat untuk memperoleh kebutuhannya dan produsen dengan mudah menjual hasil produksinya. Karena adanya keuntungan yang diperoleh dari lokasi terjadinya jual beli, menyebabkan konsumen dan produsen tertarik untuk pindah dari tempat lain ke lokasi perdagangan tersebut atau yang disebut pasar. Selain itu, akibat hal ini juga menimbulkan gejala-gejala sosial yang lainnya. Tarigan: 122. Selanjutnya, pasar ini dapat berpeluang sebagai embrio terbentuknya kota- kota kecil yang berkesempatan untuk menjadi kota menengah dan kota besar. Hal ini dapat disebabkan selain dijadikan pusat jual beli, daerah disekitar pasar juga telah didirikan tempat pemukiman dan fasilitas sosial lainnya bagi masyarakat telah terlebih dahulu menetap dan juga dapat menarik masyarakat lain untuk menetap di sana. Lambat laun, masuknya individu dan masyarakat lain yang berasal dari luar membuat mereka juga melakukan transaksi jual beli dan menetap di sini dan membuat pemukiman baru yang letaknya berada di sekitar pusat kota seperti daerah pinggiran ataupun pedesaan. Masuknya individu lain ini dikarenakan mereka telah memiliki informasi yang mereka dapatkan sebelumnya dari individu lain yang sebelumnya berasal dari lokasi ini. Pada masa yang datang, pasar ataupun kota kecil ini yang umumnya masih berciri tradisional dapat berkembang menjadi kota menengah dan besar yang Universitas Sumatera Utara berciri modern dikarenakan memiliki peluang terjadinya efisiensi dalam kegiatan sosial dan ekonominya yang seiring perubahan mata pencaharian masyarakat dari sektor agraris ke non agraris, yang selanjutnya berkembang lebih efisien lagi dan fungsi dari kota kecil tersebut sudah menjadi pusat perdagangan, transportasi, industri pengolahan, pelayanan pendidikan dan pusat pemerintahan umum dan pelayanan kebutuhan penduduknya yang relatif lebih lengkap yang berpengaruh pada masyarakat yang menetap di pusat kota ataupun di pinggiran kota. Tersedianya fasilitas sosial, ekonomi dan pemerintahan yang memadai ini menarik masyarakat luar dan menyebabkan jumlah penduduk di lokasi ini terus bertambah yang mengakibatkan kebutuhan hidup manusia baik sebagai individu ataupun anggota masyarakat juga meningkat, baik jumlah maupun jenisnya seiring dengan perkembangan masyarakat dan kemajuan yang terjadi di bidang sosial, ekonomi dan teknologi. Peningkatan jumlah penduduk ini umumnya dikarenakan migrasi yang dilakukan penduduk dari luar yang berasal dari luar kota dan daerah pedesaan Rahardjo, 2010: 5. Hal ini menimbulkan permasalahan baru dimana akibat kebutuhan penduduk dan berbagai kegiatan sosial, ekonomi dan pemerintahan lahan perkotaan menjadi terbatas, sedangkan kegiatan perkotaan mengalami pertumbuhan yang pesat. Selain itu, peningkatan angka migrasi dalam hal ini urbanisasi juga menimbulkan kepadatan walau terkadang hanya bersifat sementara yaitu pada waktu pagi hingga sore karena sebagian besar dari mereka melakukan nglaju, yang berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat kota. Masalah-masalah tersebut, antara lain: Universitas Sumatera Utara 1. Masalah penanganan pertumbuhan penduduk yang cepat 2. Masalah migrasi penduduk dari desa-desa di sekitarnya ke kota 3. Masalah penyediaan lapangan kerja yang makin sempit 4. Kebutuhan akan lahan perkotaan yang bertambah besar untuk kegiatan usaha 5. Kebutuhan akan tersedianya fasilitas pelayanan ekonomi pasar, pertokoan, bank, angkutan umum dan fasilitas pelayanan sosial sekolah, rumah sakit, lapangan olah raga, perpustakaan dan lainnya baik dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang memadai. Para migran ini melakukan migrasi salah satu penyebabnya adalah karena usaha pembangunan yang dilakukan pemerintah tidak dilakukan di seluruh daerah pada waktu yang bersamaan, namun dipusatkan pada beberapa lokasi atau pusat tertentu dimana lokasi tersebut sudah tercipta kondisi yang memiliki dasar kuat untuk pengembangan pembangunan yang dalam hal ini adalah perkotaan. Sehingga hanya sedikit dilakukan pembangunan yang terjadi di desa yang membuat sebagian masyarakat desa berusaha untuk mencari pekerjaan yang baru yang menyebabkan penggelembungan atau pembengkakan kota yang disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah penduduk yang umumnya berasal dari daerah pedesaan yang memunculkan permasalahan baru di kota. Hal ini dikarenakan faktor daya tarik dan faktor pendorong yang mempengaruhi masyarakat pedesaan untuk melakukan urbanisasi. Faktor daya tarik ini seperti terbukanya kesempatan kerja baru yang lebih baik di daerah tujuan sehingga berharap memperoleh pekerjaan yang lebih baik lagi, tersedianya Universitas Sumatera Utara kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih baik di kota, lingkungan hidup yang lebih memuaskan, fasilitas sosial di kota lebih memadahi, dan alasan pribadi. Faktor pendorong seperti berkurangnya sumber daya alam di desa sehingga pendapatan kurang, hilangnya kesempatan kerja akibat mekanisasi pertanian, pemilihan lahan pertanian di desa yang sudah semakin sulit dan sempit, alasan pendidikan, kurangnya fasilitas sosial, tingkat upah relatif rendah, tekanan adat- istiadat, faktor adanya teman dan keluarga di kota dan bencana alam Ritonga dkk, 2004: 53. Selain dikarenakan hal-hal diatas, alasan masyarakat desa melakukan migrasi dikarenakan pergeseran sosiokultural masyarakat desa bahwa mereka tidak lagi ingin untuk bekerja sebagai petani di desa. Bukan semata-mata karena adanya informasi bahwa kota lebih menarik dan tuntutan ekonomi saja, akan tetapi hal tersebut sudah merupakan keinginan dasar manusia agar tidak bersifat statis dan bergerak dinamis ke arah lebih maju untuk meningkatkan taraf penghidupan yang lebih baik dengan mengganti mata pencaharian mereka dari pertanian ke non pertanian. Di sini telah terjadinya perubahan kultur masyarakat desa itu sendiri yang dulunya pasrah terhadap keadaan berubah menjadi keinginan untuk lebih maju lagi. Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi permasalahan diatas adalah dengan melakukan pengembangan wilayah perkotaan dan pemerataan pembangunan yang melibatkan masyarakat, untuk memindahkan sebagian pusat perkonomian berada dekat dengan daerah pedesaan ataupun di daerah pedesaan itu sendiri untuk mengembangkan daerah-daerah pedesaan agar Universitas Sumatera Utara memiliki ciri daerah perkotaan dan untuk mengurangi angka pergerakan penduduk pedesaan ke kota serta untuk mengurangi angka urbanisasi. Faktanya, bahwa gerak penduduk ini sudah semakin lazim terjadi, bukan hanya di negara maju, namun juga di negara berkembang yang menyebabkan sebagian masyarakat kota agar tertarik pindah ke daerah pedesaan untuk mengurangi angka kepadatan penduduk di daerah perkotaan. Walaupun mereka tetap bekerja di daerah kota, namun setidaknya mereka menetap di kawasan pedesaan Idrus, 1989. Christaller mengatakan, bahwa tidak terkendalinya urbanisasi yang terjadi di kota-kota besar mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk yang cukup tinggi sehingga dibutuhkan kawasan alternatif untuk mengurang beban kota akibat meningkatnya jumlah penduduk untuk menjaga keseimbangan kota. Hal ini dapat diakibatkan minimnya sarana dan prasarana yang ada di desa dan menumpuknya aktivitas-aktivitas ekonomi di pusat kota yang bertindak sebagai pusat pelayanan untuk daerah hinterland Rahardjo Adisasmita, 2010:2. Pengembangan wilayah perkotaan ini berfokus pada wilayah di sekitar kota yang masih memiliki banyak lahan kosong yang dapat diisi dengan pembangunan fasilitas sosial ekonomi. Sehingga pembangunan daerah perkotaan tidak lagi hanya berpusat pada pusat kota itu sendiri. Wilayah yang dimaksud adalah daerah pinggiran kota yang umumnya sebagai penyumbang migran terbanyak ke daerah perkotaan. Daerah pinggiran kota yang dulunya masih memiliki ciri pedesaan diubah agar memiliki ciri perkotaan. Yang dalam hal ini dapat dikatakan proses “mengkotakan desa”. Dapat dilihat dari dibangunnya fasilitas sosial dan ekonomi seperti didirikannya pemukiman baru, sekolah, rumah Universitas Sumatera Utara sakit, supermarket, sarana transportasi dan jalan raya yang menghubungkan antara daerah pinggiran dan pusat kota. Secara tidak langsung, dengan dibangunnya fasilitas sosial dan ekonomi ini membuat daerah pinggiran ini aka berkembang menjadi lebih maju, baik dari sistem sosialnya, infra struktur dan pola pemikiran masyarakatnya. Pada tahap selanjutnya, akibat telah terjadinya interaksi antara desa dan kota, dapat merangsang desa untuk semakin berkembang menjadi lebih maju lagi, apalagi jika desa tersebut letaknya berdekatan dengan daerah perkotaan yang memungkinkan desa akan lebih cepat menerima informasi yang berasal dari kota. Untuk membuka keterasingan dengan masyarakat tertentu ada beberapa cara yang dapat dilakukan, salah satunya dengan membuka komunikasi dengan masyarakat itu. Pembangunan sarana komunikasi dan transportasi di suatu daerah dapat meningkatkan frekuensi interaksi masyarakat itu dengan masyarakat yang lain. Dan dengan adanya tambahan interaksi tersebut, perkembangan masyarakat dapat ditingkatkan Jabal Tarik Ibrahim, 2003: 13. Desa Tembung dalam hal ini memiliki potensi terkena dampak pengembangan wilayah perkotaan lebih dibandingkan dengan desa di sekitarnya karena memiliki jumlah penduduk yang lebih besar, memiliki wilayah yang lebih luas dibandingkan dengan desa-desa di sekitarnya seperti Desa Bandar Klippa, Desa Bandar Setia dan Desa Kolam serta kegiatan sosial, ekonomi dan pemerintahan berpusat di desa ini. Penduduk ini sebagian berasal dari kota Medan dan daerah-daerah lainnya yang melakukan migrasi dan menetap di desa Tembung walaupun sebagian besar dari mereka masih melakukan aktivitasnya di kota Medan. Universitas Sumatera Utara Disamping itu, daerah Desa Tembung berbatasan langsung dengan Kotamadya Medan yang memungkinkan interaksi dan kontak sosial dengan masyarakat Kota Medan sering terjadi sehingga proses “pengkotaan” akan lebih mudah tercapai dan proses perkembangan desa akan lebih cepat terjadi. Tembung memiliki predikat sebagai desa dikarenakan wilayahnya masih berada pada Kabupaten Deli Serdang, namun letaknya berada di pinggiran kota Medan sehingga memiliki peluang terkena dampak pengembangan dari wilayah perkotaan kota Medan dan dapat berubah menjadi kota. Ditambah lagi dengan adanya rencana pemerintah untuk memindahkan bandara udara Polonia yang saat ini ada di Medan ke daerah Kuala Namu. Dimana Desa Tembung ini menjadi jalur lintasan transportasi karena desa inilah yang menjadi gerbang pertama untuk menuju ke sana. Sudah pasti, baik secara langsung maupun tidak langsung, ke depannya desa ini pasti akan terkena dampak perkembangan kota dan mengubah struktur sosial, ekonomi dan budaya desa itu sendiri. Tentunya ada hal utama yang membuat mengapa suatu desa ingin berkembang. Salah satunya hal itu karena adanya interaksi antara desa dan kota yang melahirkan gejala-gejala baru yang meliputi aspek-aspek kehidupan masyarakat. Interaksi ini adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara dua wilayah, yang dapat melahirkan gejala sosial baik secara langsung maupun tidak langsung. Dan juga adalah keinginan desa itu sendiri untuk mensejahterkan masyarakatnya. Universitas Sumatera Utara Pada dasarnya, tidak ada masyarakat yang tidak mengalami perkembangan dan perubahan, karena setiap masyarakat mengalami perubahan yang terjadi baik secara lambat ataupun cepat. Prinsipnya, perubahan sosial desa dan masyarakatnya khususnya, merupakan suatu proses menuju masyarakat modern dari masyarakat tradisional ke arah pola sikap dan perilaku modern.

1.2. Perumusan Masalah