Perkembangan Manga di Jepang Pengaruh Manga Terhadap Para otaku

komik tradisional. Selama tahun 1960-an, seiring dengan meningkatnya pendapatan ekonomi Jepang, perusahaan penerbitan komik menyadari bahwa pasar untuk buku komik dan majalah komik telah berkembang dan jumlah komik pun meningkat. Pada tahun 1963, Tezuka membuat animasi televisi untuk pertama kalinya dan menjual karakter animasi tersebut untuk menutupi biaya produksi. Karya-karyanya yang sukses besar di luar negeri antara lain yaitu “Mighty Atom” Astro Boy dan “Jungle Emperor”. Tezuka juga memproduksi kartun versinya sendiri yang berjudul “Faust”, dan “Dostoyevki’s Crime and Punishment” yaitu menceritakan tentang kehidupan Buddha serta drama mengenai samurai. Kemudian karya Tezuka tersebut dibuat dalam lembaran komik yang sangat dihargai sebagai suatu karya seni. Populernya karya-karya Tezuka memacu munculnya banyak serial animasi yang berdurasi 30 menit, yang kebanyakan didasarkan pada serial yang diterbitkan majalah-majalah komik. Sejumlah film animasi telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing dan disiarkan di berbagai negara. Tezuka telah meletakkan pondasi bagi industri manga di Jepang pasca Perang Dunia ke-II dan merombak tradisi manga lama. Ia meninggal apada tahun 1989, dan untuk mengenang jasanya didirikanlah Manga Museum pada tahun 1994 di Tajarazuka.

2.4.4. Perkembangan Manga di Jepang

Industri manga di Jepang mulai berkembang pesat sejak tahun 1963. Ketika itu, masyarakat Jepang sudah mampu memenuhi kebutuhannya akan hiburan, Universitas Sumatera Utara termasuk membeli televisi. Dengan adanya televisi mendorong para penerbit dan produser film memperbaiki indusrti manga lebih baik lagi dengan sasaran untuk dapat diproduksi sebagai program televisi. Majalah komik dicetak massal dan dijual di berbagai tempat dengan harga murah. Karena itu, angka penjualan manga mencapai angka yang cukup besar. Sepuluh majalah manga mingguan terlaris terjual sekitar satu juta eksemplar. Pada tahun 1992, penjualan manga mencapai sekitar 540 milyar yen atau sekitar 23 dari penjualan buku di Jepang. Manga mempunyai posisi yang sangat tinggi dalam industri penerbitan di Jepang, karena hampir 14 hasil penjualan buku merupakan komik dengan angka penjualan setiap tahunnya terus meningkat, belum termasuk penjualannya di luar negeri yang juga laris di pasaran. Meningkatnya angka penjualan manga baik di Jepang maupun luar negeri membuat industri manga di Jepang memiliki kedudukan yang sangat kuat.

2.4.5. Pengaruh Manga Terhadap Para otaku

Manga secara langsung maupun tidak, banyak memberikan pengaruh pada sebagian besar budaya Jepang, mulai dari iklan hingga toko aneka barang yang setia pada barang-barang dengan merk satu tokoh manga. Bila ada tren baru yang muncul di media, tren ini segera ditiru oleh yang lain. Artis musik pop dibentuk oleh tren “mari menjadi tokoh manga” dan kemudian mereka menimbulkan genre baru dalam manga, animasi dan games. Tentu saja mereka memiliki para otaku tersendiri yang setia. Universitas Sumatera Utara Manga adalah sebuah pasar besar. Perkiraan total sirkulasi dari semua buku komik di tahun 1988 adalah 1.758.970.000. Di antaranya ada yang setebal buku telpon. Komk-komik itu ada di mana-mana, di kereta bawah tanah, di rumah makan, dan di toko buku. Serial-serial yang sukses diterbitkan kembali dalam versi buku, juga dengan penjualan dalam jutaan eksemplar, selain juga menjadi serial animasi di televisi dan video-games. Yang paling tinggi tingkat sirkulasinya, yakni “Shonen Jump”, terjual 5 juta eksemplar setiap minggu. Menurut Yamazaki dalam artikel Volkar Grassmuck Desember 1990 “sendirian tapi tak kesepian”, majalah komik ini adalah majalah yang paling bersifat otaku, memuat banyak kekerasan, mekanik, fantasi, dan atau kombinasi dari ketiga hal tersebut, misalnya “Gundam” atau “Ultraman”. Di balik manga komersial atau di ‘bawah tanah’, kalau ingin disebut demikian, kita bisa menemukan manga yang dibuat oleh otaku. Manga-manga ini diproduksi dalam jumlah kecil untuk diedarkan dan dipertukarkan dalam comiket comic market, pasar komik atau lewat pos, dan untuk yang lebih sukses, manga- manga ini muncul di toko buku komik seperti Takaoka di daerah Kanda, atau Manga no Mori di daerah Shinjuku. Toko buku Shozen di Kanda merupakan satu tempat lagi di mana setiap sabtu siang segerombolan otaku memakai baju jeans atau seragam sekolah berjalan sambil menebar kesan yang membuat orang lain tidak enak, menerobos gang sempit di antara rak-rak buku di toko yang penuh pengunjung, dengan diam membuka-buka lembaran komik dan majalah penggemar artis, buku soft-porno dan games, CD musik games, Dragon Quest dan patung-patung plastik tokoh komik, kartu telepon bergambar tokoh manga dan artis populer, poster, dan Universitas Sumatera Utara binatang-binatang warna warni penuh ornamen. Dalam banyak kasus, manga seperti itu merupakan hibrida atau mutasi genre dari beberapa model komersial yang ada. Mereka menunjukkan sikap “plagiarisme” yang ceria, yang bahkan tidak berusaha untuk menjadi orisinal. Satu-satunya aspek yang betul-betul “orisinal” dari mereka adalah manga karya otaku ini memuat gambar dari bagian-bagian organ seksual tanpa sensor, dan ini sangat berbeda dengan manga- manga yang dapat dibeli di toko minimarket yang buka 24 jam. Jepang mewajibkan sensor bagi setiap helai rambut di daerah kemaluan ketika akan ditampilkan di film atau di media cetak. Sensor berupa ditutup atau diburamkan. Di negara yang seperti ini, manga-manga amatiran yang menampilkannya secara terang-terangan dapat dikatakan revolusioner.

2.5. Riwayat Hidup Kio Shimoku dan Karyanya