Riwayat Hidup Kio Shimoku dan Karyanya Defenisi dan Studi Sosiologi Sastra

binatang-binatang warna warni penuh ornamen. Dalam banyak kasus, manga seperti itu merupakan hibrida atau mutasi genre dari beberapa model komersial yang ada. Mereka menunjukkan sikap “plagiarisme” yang ceria, yang bahkan tidak berusaha untuk menjadi orisinal. Satu-satunya aspek yang betul-betul “orisinal” dari mereka adalah manga karya otaku ini memuat gambar dari bagian-bagian organ seksual tanpa sensor, dan ini sangat berbeda dengan manga- manga yang dapat dibeli di toko minimarket yang buka 24 jam. Jepang mewajibkan sensor bagi setiap helai rambut di daerah kemaluan ketika akan ditampilkan di film atau di media cetak. Sensor berupa ditutup atau diburamkan. Di negara yang seperti ini, manga-manga amatiran yang menampilkannya secara terang-terangan dapat dikatakan revolusioner.

2.5. Riwayat Hidup Kio Shimoku dan Karyanya

Kio Shimoku 木尾士目 adalah seorang komikus Jepang yang lahir di Jepang pada tahun 1974. Kio Shimoku memulai debutnya sebagai mangaka pengarang manga pada tahun 1994. Karya-karya Kio Shimoku antara lain : Ten no Ryoiki 1994 yang berhasil memenagkan kontes “Afternoon Shiki Prize” sebagai juara kedua, selain itu karyanya yang lain yaitu Kagerounikii, Yonensei, dan Gonensei diterbitkan di majalah Afternoon Magazine, setelah itu dia membuat manga Genshiken 2002, Kujibiki Umbalance 2006, Digopuri 2008. Kio Shimoku dalam wawancara PWCW Publisher Weekly Comics Week menyatakan dirinya sendiri juga adalah seorang otaku, dan ia ingin agar masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya di Jepang dapat memahami dan menerima bagaimana sebenarnya kehidupan para otaku di Jepang, terlepas dari pandangan negatif masyarakat terhadap komunitas otaku tersebut. Kio Shimoku juga percaya bahwa para otaku tidak akan menjadi kelompok minoritas kalau terlalu tidak mendapat tekanan dari dunia yang memandang mereka dengan “aneh”.

2.6. Defenisi dan Studi Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra berasal dari dua kata, yaitu sosiologi dan sastra. Sosiologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antar manusia dalam masyarakat. Sedangkan sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar. Namun lebih spesifik lagi setelah sastra terbentuk menjadi kata jadian, yaitu kesusasteraan, yang artinya kumpulan hasil karya yang baik Ratna, 2003 : 1. Menurut Nyoman 2003 : 25-26, studi sosiologis didasarkan atas pemahaman bahwa setiap fakta kultural lahir dan berkembang dalam kondisis-kondisi sosial historis tertentu. Sistem produksi karya seni, karya sastra khususnya, dipandang sebagai akibat hubungan-hubungan bermakna interaksi antar individu di satu pihak, hubungan-hubungan bermakna individu dan kelompok dengan struktur sosial di pihak lain. Sistem produksi karya sastra dengan sendirinya tidak hanya didasarkan atas linear antara pengarang, penerbit, patron, dan masyarakat pembaca pada umumnya, melainkan juga tradisi dan konvensi sebagai literenya. Tambahan lagi, Nyoman 2004 : 60 menyatakan bahwa dasar filosofis pendekatan sosiologis adalah adanya hubungan hakiki antara karya sastra dengan masyarakat. Di dalam masyarakat, salah satu kondisi sosiohistoris yang menjadi fakta Universitas Sumatera Utara kultural terwujud adanya stratifikasi sosial, yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal. Adanya sistem lapisan masyarakat ini dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Tetapi ada pula yang dengan sengaja diciptakan untuk mengejar suatu tujuan bersama. Alasan yang dipakai tiap-tiap masyarakat mungkin saja berbeda. Menurut Basrowi 2005 : 62 berpendapat bahwa dasar atau kriteria umum yang dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan antara lain berdasarkan kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan ilmu pengetahuan. Tambahan lagi, menurut Soekanto 1990 : 248, lapisan masyarakat yang sengaja diciptakan juga dapat timbul karena perbedaan kemampuan individu, perbedaan yang menyangkut kesukaran untuk melakukan bermacam jenis pekerjaan, perbedaan kepentingan dari masing-masing jenis pekerjaan, keinginan pada kedudukan yang formal sebagai alat sosial atau alat organisasi, serta kebutuhan akan perlindungan bagi seseorang. Dalam komik Genshiken, Kio Shimoku banyak memasukkan adanya pembentukan kelompok-kelompok sosial dalam hal ini kelompok otaku dengan kelompok lainnya. Dimana fakta-fakta sosial tersebut dapat menjadi sebuah sosiohistoris bagaimana sebenarnya kehidupan para otaku tersebut. Dimana kelompok otaku dalam komik ini memiliki kehidupan sosial dalam kelompok yang mereka ciptakan. Universitas Sumatera Utara BAB III ANALISIS SOSIOLOGIS KEHIDUPAN OTAKU SEBAGAI TOKOH-TOKOH DALAM KOMIK “GENSHIKEN”

3.1. Sinopsis Cerita Komik Genshiken Jilid I :