Ruang Lingkup Pembahasan Metode Penelitian

otaku plamo. Mereka berkumpul dan berkelompok untuk melakukan kegiatan ke- otaku-annya dalam ruangan klub mereka yang disebut Genshiken yang sudah menjadi seperti surga bagi mereka, karena didalamnya terdapat berbagai macam barang yang sangat mereka sukai. Para otaku ini memiliki kesamaan akan kesukaan mereka terhadap manga dan anime, dimana mereka bisa membahas tentang manga dan anime kesukaan mereka sampai lupa waktu. Klub-klub lain memandang “aneh” klub ini. Tapi mereka berusaha mati-matian menjaga klub mereka tetap eksis. Berdasarkan hal tersebut, permasalahan penelitian ini mencoba menjawab masalah yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana kehidupan sosial para otaku pada tokoh-tokoh dalam komik “Genshiken”. 2. Bagaimana perilaku para otaku pada tokoh-tokoh dalam komik “Genshiken” .

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Ditinjau dari permasalahan-permasalahan yang ada, maka penulis menganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup dalam pembahasan. Hal ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidak menjadi terlalu luas dan berkembang jauh, sehingga penulisan dapat terarah dan terfokus. Dalam analisis ini, penulis hanya akan membatasi ruang lingkup pembahasan yang difokuskan pada perilaku dan kehidupan sosial otaku tokoh-tokoh dalam komik ini, yang dapat dilihat dari tingkah laku, dan cara berpikir para otaku dalam komik tersebut. Penulis juga akan mendeskripsikan bagaimana kehidupan sehari-hari serta kondisi sosial para otaku dalam keseriusan mereka dalam menjalani kehidupan otaku- Universitas Sumatera Utara nya dalam komik “Genshiken” ini. 1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1. Tinjauan Pustaka Sosiologi sastra menurut Ratna 2003 : 2 yaitu pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspek-aspek kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya. Sosiologi sastra mewakili keseimbangan antara kedua komponen yaitu sastra dan masyarakat. Oleh karenanya, analisis sosiologis memberikan perhatian yang besar terhadap fungsi-fungsi sastra, karya sastra sebagai produk masyarakat tertentu. Menurut Nyoman 2003 : 11 bahwa analisis sosiologis memberikan perhatian yang besar terhadap fungsi-fungsi sastra, karya sastra sebagai produk masyarakat tertentu. Konsekuensinya, sebagai timbal balik, karya sastra mesti memberikan masukan, manfaat, terhadap struktur sosial yang menghasilkannya. Mekanisme tersebut seolah-olah bersifat imperatif, tetapi tidak dalam pengertian yang negatif. Artinya, antar hubungan yang terjadi tidak merugikan secara sepihak. Sebaliknya, antar-hubungan akan menghasilkan proses regulasi dalam sistemnya masing-masing. Menurut Wellek dan Warren 1962 : 37, fungsi sastra berada dalam kerangka hakikat karya sastra. Menurut Swingewood dalam Faruk 1999 : 43 mengisyaratkan perlunya pemahaman mengenai tradisi sastra sebagai salah satu mediasi yang menjembatani hubungan antara sastra dengan masyarakat itu. Selain itu perlu pertimbangan formasi sosial yang diluar batas kelas sebagai mediasi dari hubungan antara sastra dengan Universitas Sumatera Utara masyarakat tersebut Wolff dalam Faruk, 1999 : 43. Melalui karya sastra maka dapat terlihat bagaimana kehidupan sosial yang membentuk masyrakat tersebut. Di dalam setiap masyarakat terdapat apa yang dinamakan pola-pola perilaku atau patterns of behavior. Pola-pola perilaku menurut Soerjono Soekanto 1999 : 180 merupakan cara-cara masyarakat bertindak atau berkelakuan yang sama dan harus diikuti oleh semua anggota masyarakat tersebut. Setiap tindakan manusia dalam masyarakat selalu mengikuti pola-pola masyarakat tadi. Kecuali terpengaruh oleh tindakan bersama tadi, maka pola-pola perilaku masyarakat sangat dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakatnya. Masyarakat Jepang menganut paham masyarakat kelompok shuudan shugi. Pengertian shuudan shugi menurut kamus Nihonggo Daijiten 1989 yaitu merupakan pembentukan susunan atau formasi suatu status yang disatukan oleh keinginan dalam suatu kelompok yang mengatur berbagai tuntutan dari tiap individu yang dilaksanakan oleh sebagian besar masyarakat yang menganut ideologi kelompok. Istilah Otaku オタク menurut kolumnis Nakamori Akio dalam artikel “Otaku no Kenkyuu” お宅の研究 yang direalisasikan dalam majalah manga Burikko 1983 yaitu istilah untuk menyebut atau menunjuk seseorang yang banyak menghabiskan waktunya dengan berdiam di dalam rumah dengan membaca komik manga dan menonton anime. Pengertian komik dalam artikel “Selintas Sejarah Komik Indonesia” yang ditulis oleh Guntur Angkat 2004, menurut kutipan Marcel Bonnet dalam bukunya “Komik Indonesia” adalah salah satu produk akhir dari hasrat manusia untuk Universitas Sumatera Utara menceritakan pengalamannya, yang dituang dalam gambar dan tanda, mengarah kepada suatu pemikiran dan perenungan. Manga 漫画 adalah istilah untuk menyebut komik Jepang. Secara Harfiah kata manga berasal dari kata lucu man : 漫 dan kata gambar ga : 画 , jadi kata manga berarti gambar yang lucu. Kata manga pertama kali digunakan oleh seorang seniman bernama Hokusai Katsushika. yang menggunakan dua huruf Cina yang artinya kira-kira gambar manusia untuk menceritakan sesuatu. Unsur-unsur penunjang terciptanya sebuah karya sastra yaitu tema, penokohan, plot, setting, dan lain sebagainya. Khususnya tokoh-tokoh dalam karya sastra mempunyai peranan yang sangat penting sebagai penyampai pesan, amanat, moral atau sesuatu ide yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca oleh si pengarang. Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro 1998 : 165 yang mengatakan bahwa tokoh cerita character adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam tindakan. Dan hal ini sangat tergantung pada si pengarang agar dapat melukiskan tokoh sesuai dengan pesan, amanat atau moral yang ingin disampaikan kepada pembacanya. Dalam komik Genshiken, pengarang mencoba menggambarkan kehidupan sosial, perilaku, maupun gaya hidup para otaku baik dalam komunitasnya sendiri maupun dengan lingkungan masyarakat lainnya yang digambarkan melalui sikap, tingkah laku, serta dialog-dialog yang diucapkan guna menyampaikan pesan, amanat, dan moralitas yang bermanfaat bagi pembacanya atau masyarakatnya. Setiap tokoh- Universitas Sumatera Utara tokoh yang digambarkan pengarang dalam komik ini mencerminkan kehidupan sosial, perilaku dan pandangan otaku terhadap gaya hidupnya dan bagaimana cara mereka berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dengan cara mereka sendiri. Bagi mereka kehidupan sebagai otaku merupakan yang terbaik untuk mereka sendiri dan mereka bangga akannya.

1.4.2. Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian akan disoroti Nawawi, 2001 : 39-40 Menurut Pradopo 2003 : 122 bahwa karya sastra merupakan sebuah sistem yang mempunyai konvensi-konvensi sendiri. Dalam sastra ada jenis-jenis sastra genre dan ragam-ragam. Dalam berbagai macam genre inilah, penulis dapat leluasa berkarya untuk dapat menyampaikan berbagai macam tujuan, termasuk di dalamnya pesan kebudayaan, karena sastra merupakan bagian integral kebudayaan. Penelitian ini menggunakan studi sosiologis dan pendekatan sosiologis dalam memecahkan permasalahan sosial yang ada. Menurut Nyoman 2003 : 25-26, studi sosiologis didasarkan atas pemahaman bahwa setiap fakta kultural lahir dan berkembang dalam kondisis-kondisi sosial historis tertentu. Sistem produksi karya seni, karya sastra khususnya, dipandang sebagai akibat hubungan-hubungan bermakna interaksi antarindividu di satu pihak, hubungan-hubungan bermakna individu dan kelompok dengan struktur sosial di pihak lain. Sistem produksi karya Universitas Sumatera Utara sastra dengan sendirinya tidak hanya didasarkan atas linear antara pengarang, penerbit, patron, dan masyarakat pembaca pada umumnya, melainkan juga tradisi dan konvensi sebagai literenya. Tambahan lagi, Nyoman 2004 : 60 menyatakan bahwa dasar filosofis pendekatan sosiologis adalah adanya hubungan hakiki antara karya sastra dengan masyarakat. Selain pendekatan sosilogis juga digunakan pendekatan historis dan fenomenologis. Menurut Aminuddin 2000 : 46, pendekatan historis adalah suatu pendekatan yang menekankan pada pemahaman tentang biografi pengarang, latar belakang peristiwa kesejarahan yang melatarbelakangi masa-masa terwujudnya cipta sastra yang dibaca, serta tentang bagaimana perkembangan kehidupan penciptaan maupun kehidupan sastra itu sendiri pada umumnya dari zaman ke zaman. Hal dasar yang melatarbelakangi lahirnya pendekatan ini ialah anggapan bahwa cipta sastra bagaimanapun juga merupakan bagian dari zamannya. Menurut Faruk 1999 : 116, pendekatan fenomenologis yaitu pemahaman mengenai individu dalam situasi sosialnya, pemahaman mengenai pola-pola makna yang membangun realitasnya, dan pemahaman mengenai defenisinya terhadap situasi yang didalamnya individu itu bertindak dan berinteraksi satu sama lain. Menurut Zainuddin Fananie 2001 : 139, pendekatan semiotik adalah pemahaman makna karya sastra melalui tanda. Hal tersebut didasarkan kenyataan bahwa bahasa adalah sistem tanda, sign, dan tanda merupakan kesatuan antara dua aspek yang tidak terpisahkan satu sama lain ayitu significant penanda dan signifie petanda. Dengan pandangan kerangka teori tersebut, maka di dalam penelitian ini akan Universitas Sumatera Utara ditunjukkan mengenai kehidupan sosial dan perilaku para otaku yang dapat dianalisis dalam komik “Genshiken” karya Kio Shimoku. 1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain : 1. Untuk mengetahui kehidupan sosial para otaku pada tokoh-tokoh dalam komik “Genshiken”. 2. Untuk mengetahui perilaku para otaku pada tokoh-tokoh dalam komik “Genshiken”.

1.5.2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini antara lain : 1. Dapat menambah pengetahuan mengenai gaya hidup otaku di Jepang melalui komik “Genshiken”. 2. Dapat menambah wawasan mengenai kehidupan sosial para otaku di Jepang dengan komunitas otaku maupun dengan masyarakat lainnya dalam komik “Genshiken”.

1.6. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan yang dilandaskan pada analisis dan konstruksi. Analisis dan konstruksi dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten. Tujuannya adalah untuk mengungkapkan kebenaran sebagai salah satu Universitas Sumatera Utara manifestasi hasrat manusia untuk mengetahui apa yang dihadapinya dalam kehidupan Soekanto, 2003 : 410. Dalam melakukan sebuah penelitian dibutuhkan metode sebagai penunjang untuk mencapai tujuan. Metode adalah cara melaksanakan penelitian. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif. Menurut Koentjaraningrat 1976 : 30, penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Data-data penelitian dikumpulkan penulis dengan menggunakan teknik studi kepustakaan Library Research, dengan mengambil sumber acuan dari berbagai buku dan referensi yang berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan. Selain itu penulis memperoleh data dari berbagai macam artikel baik dari majalah, jurnal, situs- situs atau website dari internet, serta literatur-literatur lainnya yang menunjang untuk kelengkapan data-data penelitian ini. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KELOMPOK, OTAKU, DAN MANGA KOMIK JEPANG

2.1. Masyarakat Jepang Sebagai Masyarakat Kelompok