BAB III LANDASAN TEORI
3.1. Line Balancing
3.1.1. Pengertian Line Balancing
1
Penyeimbangan mesin-mesin yang dipakai pada proses perakitan pun harus dilakukan. Demikian juga di dalam membeli dan merancang mesin-mesin yang
memiliki kapasitas yang diperlukan. Selain itu penyeimbangan mesin-mesin yang dipakai baik itu dalam penggunaan dua mesin untuk mendapatkan kapasitas yang
Line balancing adalah serangkaian stasiun kerja mesin dan peralatan yang dipergunakan dalam pembuatan produk. Line balancing biasanya terdiri dari
sejumlah area kerja yang dinamakan stasiun kerja yang ditangani oleh seorang atau lebih operator dan ada kemungkinan ditangani dengan menggunakan bermacam-
macam alat. Adapun tujuan utama dalam menyusun line balancing adalah untuk
membentuk dan menyeimbangkan beban kerja yang dialokasikan pada tiap-tiap stasiun kerja.
Jika tidak dilakukan keseimbangan lintasan maka dapat mengakibatkan ketidakefisienan kerja di beberapa stasiun kerja dimana diantara stasiun kerja yang
satu dengan stasiun kerja yang lain memiliki beban kerja yang tidak seimbang. Pembagian pekerjaan ini disebut production line balancing, assembly line
balancing, atau hanya line balancing.
1
Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi. pp 205-225
dibutuhkan maupun memperlambat mesin yang bekerja terlalu cepat atau menghidupkan atau mematikan mesin secara terputus-putus perlu dilakukan.
Area kerja atau stasiun kerja yang ditangani seorang atau lebih operator dengan berbagai alat akan mengerjakan elemen kerja ketika unit produk melewati
stasiun kerjanya. Jadi dalam proses pengerjaan suatu produk, semua atau hampir semua stasiun kerja terlibat dan item yang mengalami pengerjaan akan bertambah
lengkap pada setiap stasiun yang dilaluinya. Waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan pada masing-
masing stasiun kerja biasanya disebut service time atau station time. Sedangkan waktu yang tersedia pada masing-masing stasiun kerja disebut waktu siklus. Waktu
siklus biasanya sama dengan waktu stasiun kerja yang paling besar. Jangka waktu yang diperbolehkan untuk melakukan operasi pada stasiun kerja ditentukan oleh
kecepatan assembly line sehingga seluruh sehingga seluruh work center atau staiun kerja berbagi waktu siklus yang sama. Waktu menganggur float time terjadi jika
dari stasiun pekerjaan yang ditugaskan padanya membutuhkan waktu yang sedikit daripada waktu siklus yang telah diberikan. Maka selain untuk membentuk dan
menyeimbangkan beban kerja, line balancing bertujuan juga untuk
meminimisasikan waktu menganggur ketika operasi pengerjaan pada work center berlangsung sesuai dengan urutan prosesnya. Sehingga keseimbangan yang
sempurna terjadi apabila dalam penugasan pekerjaan tidak menimbulkan waktu menganggur.
Pengalokasian elemen-elemen pada stasiun kerja dibatasi oleh dua kendala utama, yaitu precedence constraint dan zoning constraint.
3.1.1.1. Precedence Constraint
Dalam pembagian elemen pekerjaan dapat diselesaikan dengan beberapa alternatif. Dalam proses assembling ada dua kondisi yang biasanya muncul, yaitu:
1. Tidak ada ketergantungan dari komponen-komponen dalam proses pengerjaan,
jadi setiap komponen mempunyai kesempatan untuk dilaksanakan pertama kali dan disini dibutuhkan prosedur penyeleksian untuk untuk menentukan prioritas.
2. Apabila suatu komponen telah dipilih untuk disassembling maka urutan untuk
merakit komponen lain dimulai. Disinilah dinyatakan batasan precedence untuk pengerjaan komponen-komponen.
Ada beberapa cara untuk menggambarkan kondisi precedence untuk menggambarkan kondisi ini secara efektif yaitu dengan menggunakan diagram
precedence. Maksud dari diagram ini adalah untuk menggambarkan situasi lintasan yang nyata dalam bentuk diagram.
Precedence diagram dapat disusun menggunakan dua simbol dasar, antara lain:
1. Elemen simbol adalah lingkaran dengan nomor atau huruf elemen terkandung di
dalamnya. Elemen akan diberi nomorhuruf berurutan untuk menyatakan identifikasi, dapat dilihat pada Gambar 3.1.
atau
Gambar 3.1. Bentuk Elemen Simbol
1 a
2. Hubungan antar simbol biasanya menggunakan anak panah untuk menyatakan
hubungan dari elemen simbol yang satu terhadap elemen lainnya. Precedence dinyatakan dengan perjanjian bahwa elemen pada ekor panah harus mendahului
elemen pada kepala panah. Hubungan antar simbol dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Hubungan Antar Simbol
Gambar menunjukkan bahwa elemen A harus mendahului Precedence elemen
B dan elemen B harus mendahului elemen C.
3.1.1.2. Zoning Constraint
Selain precedence constraint, pengalokasian dari elemen-elemen kerja pada stasiun kerja juga dibatasi oleh zoning constraint yang menghalangi atau
mengharuskan pengelompokan elemen kerja tertentu pada stasiun tertentu. Zoning constraint yang negatif menghalangi pengelompokkan elemen kerja pada stasiun
kerja yang sama. Sebaliknya zoning constraint yang positif menghendaki pengelompokan elemen-elemen kerja pada stasiun kerja yang sama dengan alasan
tertentu.
3.1.2. Permasalahan Keseimbangan Lintasan