Tinjauan Beberapa Studi Terdahulu

17 Sebelum terjadi perdagangan, negara 1 berproduksi dan berkonsumsi di titik A dengan harga relatif komoditi X sebesar P 1 . Sedangkan negara 2 berproduksi dan berkonsumsi di titik A’ dengan harga relatif komoditi X sebesar P 3 . Setelah hubungan perdagangan berlangsung diantara kedua negara tersebut, harga relatif komoditi X adalah senilai P 2 yang berkisar antara P 1 dan P 3 seandainya kedua negara tersebut cukup besar kekuatan ekonominya. Seandainya harga yang berlaku di atas P 1 , maka negara 1 akan memproduksi komoditi X lebih banyak daripada tingkat permintaan konsumsi domestik. Kelebihan itu selanjutnya akan diekspor ke negara 2. Di lain pihak jika harga yang berlaku lebih kecil dari P 3 , maka negara 2 akan mengalami peningkatan permintaan yang jumlahnya lebih tinggi daripada produksi domestiknya. Hal ini akan mendorong negara 2 untuk mengimpor kekurangan kebutuhannya atas komodit X itu dari negara 1. Pada mulanya penelitian tentang perdagangan terutama ditujukan untuk menjelaskan mengapa perdagangan perlu dilakukan dan bagaimana mendapatkan gains from trade keuntungan dari perdagangan. Namun dewasa ini yang banyak penelitian difokuskan pada perilaku perdagangan pada era globalisasi.

2.1.4. Tinjauan Beberapa Studi Terdahulu

Keong, Yusop, dan Sen pada tahun 2005 melakukan penelitian dengan mengambil judul “Export-Led Growth Hypothesis in Malaysia : An Investigation Using Bound Test ”. Dengan menggunakan data agregat Malaysia tahun 1960 sampai dengan 2001 meliputi GDP, Ekspor, Impor, Nilai Tukar Riil dan Angkatan 18 kerja, melakukan Test Perikatan Bounds Test dengan metode Autoregressive Distribution Leg , membuktikan bahwa perekonomian negara Malaysia mendukung export led growth. Oiconta 2006 melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Ekspor dan Output Nasional di Indonesia : Periode 1980 –2004 Kajian Tentang Kausalitas dan Kointegrasi”. Analisis yang digunakan adalah Uji Kausalitas Greger, dengan mengunakan data output nasional GDP dan Ekspor agregat Indonesia tahun 1980 sampai 2004 dalam data kuartalan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam periode analisis secara keseluruhan diperoleh hubungan pengaruh GDP terhadap ekspor dan pengaruh ekspor terhadap GPD. Sedangkan untuk periode flexible exchange rate regime setelah tahun 1998 diperoleh hubungan hanya pengaruh GDP terhadap ekspor. Salomo 2007 melakukan penelitian dengan judul “Peranan Perdagangan Internasional Sebagai Salah Satu Sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Data yang digunakan adalah data agreagat Indonesia tahun 1980 sampai 2006 meliputi Pendapatan Domestik Bruto, Ekspor Riil, Impor Riil, Nilai Tukar Riil Rupiah terhadap Dolar, Jumlah Pekerja dan Krisis yang melanda Indonesia, dengan metode Bound Testing Cointegration pendekatan ARDL Autoregressive Distributed Leg menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa dalam jangka panjang ekspor riil, impor riil, nilai tukar riil, jumlah pekerja dan krisis berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Miankhel 2009 melakukan penelitian dengan judul “Foreign Direct Investment, Exports, and Economic Growth in South Asia and Selected Emerging 19 Countries: A Multivariate VAR Analysis ”. Alat analisis yang digunakan adalah Vector Auto Regressive untuk Multivariate. Penelitian ini mengenai keterkaitan Penanaman Modal Asing PMA, ekspor, dan pertumbuhan ekonomi di enam negara berkembang yang memiliki tahap pertumbuhan berbeda-beda, yaitu India dan Pakistan di Asia Selatan, Malaysia dan Thailand di Asia Tenggara, serta Meksiko dan Chili di Amerika Latin. Hasil penelitiannya mendukung hipotesis bahwa ekspor akan mendorong pertumbuhan ekonomi export led growth, khususnya di Asia Selatan. Dalam jangka panjang pertumbuhan ekonomi akan mendorong perkembangan variabel- variabel lainnya, yaitu mendorong ekspor di Pakistan dan mendorong PMA di India. Hubungan yang berbeda terlihat dalam jangka pendek di Amerika Latin, yaitu PMA memengaruhi pertumbuhan melalui ekspor di Chili dan PMA memengaruhi pertumbuhan secara langsung di Meksiko. Ekspor memengaruhi pertumbuhan dan PMA di kedua negara tersebut dalam jangka panjang. Sementara itu, untuk kasus di Asia Tenggara ditemukan hubungan kausalitas dua arah antara PDB dengan PMA di Thailand, dan sebaliknya keduanya tidak memiliki hubungan sebab-akibat di Malaysia. Santoso 2010 melakukan pe nelitian dengan judul “Analisis Perdagangan Luar Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”. Penelitian ini menggunakan data tahun 1994 –2008 meliputi Pertumbuhan Ekonomi, Impor Barang Modal, Ekspor, Investasi, Tenaga kerja dan Kurs Valutas Asing, dengan metode regresi linier berganda mendapatkan kesimpulan bahwa secara simultan variabel impor barang modal, ekspor, investasi, tenaga kerja dan valutas asing 20 berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Akan tetapi secara parsial variabel impor barang modal, ekspor, investasi, tenaga kerja dan kurs valuta asing tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Maryen 2006 melakukan penelitian dengan judul “Analisis Sektor- Sektor Potensial Perekonomian Provinsi Papua”. Penelitian ini menggunakan data PDRB Provinsi Papua dan PDB Nasional periode 1999-2003, dengan alat analisis Location Quotient dan Shift-Share Klasik mendapatkan kesimpulan bahwa sektor pertambangan dan penggalian dapat dikategorikan sebagai sektor basis secara konsisten setiap tahunnya selama periode penelitian. Sementara sektor pertanian sub sektor kehutanan dan perikanan baru masuk kategori basis pada tahun 2001. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini bermaksud untuk menganalisis hubungan keterbukaan perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi di Papua selama kurun waktu 2000-2010. Pada penelitian ini akan dianalisis pengaruh ekspor, impor, tingkat partisipasi angkatan kerja, nilai tukar dan dummy krisis terhadap pertumbuhan ekonomi Papua baik secara simultan maupun parsial. Selain itu juga akan dianalisis karakteristik ekonomi yang membangun perekonomian Papua sehingga dapat digunakan sebagai dasar penentu kebijakan ekonomi Papua di masa depan. Analisis yang digunakan adalah metode regresi linier berganda. Data yang digunakan adalah data triwulanan PDRB atas harga konstan 2000, ekspor riil, impor riil, nilai tukar riil, tingkat partisipasi angkatan kerja dan dummy krisis. 21 2.2.Kerangka Teori 2.2.1. Teori Pertumbuhan Neoklasik Inti dari teori pertumbuhan neoklasik Solow yang dikembangkan oleh Robert Solow adalah bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh faktor modal dan tenaga kerja. Model pertumbuhan ini berpegang pada konsep skala hasil yang terus berkurang deminishing return dari faktor modal dan tenaga kerja apabila keduanya dianalisis secara terpisah. Maksudnya apabila modal ditingkatkan akan tetapi tenaga kerja tidak ditambah maka pada suatu waktu tertentu penambahan modal tidak akan meningkatkan output. Begitu pula sebaliknya, apabila tenaga kerja ditambah terus, sedangkan modal tetap maka pada suatu waktu tertentu penambahan tenaga kerja tidak akan meningkatkan output. Akan tetapi apabila faktor modal dan tenaga kerja keduanya bertambah maka output akan terus bertambah Todaro, 2006. Dalam teori pertumbuhan neoklasik Solow juga dikenalkan variabel teknologi sebagai variabel independen. Artinya, walaupun faktor modal dan tenaga kerja tetap, akan tetapi penemuan teknologi baru dapat membuat faktor modal atau tenaga kerja lebih efisien, maka output akan bertambah. Fungsi pertumbuhan neoklasik Solow adalah : keterangan: Y adalah produk domestik bruto, K adalah stok modal fisik dan modal manusia, L adalah jumlah tenaga kerja dan A adalah produktivitas tenaga kerja, yang pertumbuhannya ditentukan secara eksogen. 2.2 22 Lebih lanjut, dalam teori pertumbuhan neoklasik tradisional dikemukakan bahwa pada negara yang menggunakan perekonomian tertutup tidak menjalin hubungan dengan negara lain apabila tingkat tabungannya rendah dalam kondisi cateris paribus maka dalam jangka pendek pasti akan mengalami laju pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan dengan perekonomian lainnya yang memiliki tingkat tabungan lebih tinggi. Sedangkan pada negara yang menggunakan perekonomian terbuka, walaupun tingkat tabungannya rendah, pasti akan mengalami suatu konvergensi peningkatan pendapatan karena adanya arus permodalan yang masuk dari negara kaya ke negara-negara miskin dimana rasio modal-tenaga kerjanya masih rendah sehingga pengembalian atas investasi return of investment lebih tinggi.

2.2.2. Teori Pertumbuhan Endogen