konsentrat tembaga ke Singapura pada tahun 2000 –2006, namun setelah itu
ekspor ke Singapura hanya berupa golongan ikan saja Gambar 4.4.
4.2.4.2. Perkembangan Impor Luar Negeri Provinsi Papua
Sumber : BPS Provinsi Papua diolah, 2011. Gambar 4.5 Nilai Impor Luar Negeri Menurut Golongan HS 2-digit
Provinsi Papua Tahun 2000-2010 dalam juta US. Sebelum tahun 2008, golongan mesin-mesinpesawat mekanik HS84
selalu memberikan andil terbesar terhadap total impor Papua. Akan tetapi pada tahun 2009-2010, golongan bahan bakar mineral HS27 yang didominasi oleh
impor bahan bakar diesel solar yang didatangkan dari Singapura menduduki peringkat tertinggi dengan kontribusi sebesar 18,52 persen pada tahun 2009 dan
22,84 persen pada tahun 2010. Pada tahun 2010, andil HS84 mencapai 20,77 persen. Golongan barang dengan andil yang cukup besar antara lain barang dari
- 200.00
400.00 600.00
800.00 1,000.00
1,200.00 1,400.00
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Nilai Impor juta US
Tahun
HS84 HS27
HS87 HS73
HS40 HS85
Lainnya
besi atau baja HS73; kendaraan, suku cadang, dan aksesorisnya HS87; karet dan barang dari karet HS40; serta mesinperalatan listrik HS85 Gambar 4.5.
Sumber : BPS Provinsi Papua diolah, 2011. Gambar 4.6 Nilai Impor Luar Negeri Menurut Negara Asal Provinsi Papua
Tahun 2000 –2010 dalam juta US.
Pangsa impor luar negeri utama Papua selama kurun 2000 –2010 adalah
Singapura, Australia, dan Amerika Serikat. Tingginya impor dari Singapura dipicu oleh impor bahan bakar diesel yang seluruhnya berasal dari Singapura.
Sementara impor dari Australia dan Amerika Serikat didominasi oleh impor pesawat mekanik, kendaraan, dan produk besi baja. Negara asal impor luar negeri
lainnya yang cukup tinggi yaitu dari Jepang, Malaysia, Filipina, Cina dan Kanada Gambar 4.6.
200 400
600 800
1000 1200
1400
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Nilai Impor juta US
Tahun
Singapura Australia
Amerika Serikat Malaysia
Filipina Jepang
Cina Kanada
Lainnya
4.2.4.3. Neraca Perdagangan Provinsi Papua
Rata-rata neraca perdagangan riil luar negeri Papua per tahun periode 2000
–2010 adalah senilai Rp. 5,07 triliun. Ekspor bersih riil luar negeri selama satu dekade tersebut selalu mengalami surplus akibat adanya ekspor konsentrat
tembaga yang memang hanya diekspor ke luar negeri. Kebutuhan masyarakat Papua sebagian besar didatangkan dari luar Papua, terutama berasal dari Pulau
Jawa. Namun minimnya produk Papua yang diekspor ke provinsi lainnya menyebabkan neraca perdagangan riil antarprovinsi mengalami defisit pada 2000-
2010, dimana rata-rata per tahunnya terjadi minus Rp. 2,74 triliun Tabel 4.6. Tabel 4.6 Neraca
Perdagangan Riil
dan Nominal
Provinsi Papua
Tahun 2000-2010 triliun Rupiah.
Tahun Neraca Perdagangan Riil
Neraca Perdagangan Nominal Luar
Negeri Antar-
provinsi Total
Luar Negeri
Antar- provinsi
Total
1 2
3 4
5 6
7
2000 5,58
-0,48 5,11
5,58 -0,48
5,11 2001
5,15 -0,15
5,00 6,26
0,18 6,43
2002 7,14
-0,96 6,18
7,59 -1,95
5,64 2003
8,19 -0,73
7,45 8,04
-3,05 4,99
2004 3,70
-0,29 3,41
3,89 -3,30
0,59 2005
5,40 -1,60
3,80 14,43
-4,17 10,25
2006 4,24
-2,44 1,80
20,42 -2,94
17,48 2007
3,92 -2,75
1,17 19,79
-4,19 15,60
2008 1,55
-3,77 -2,22
12,19 -0,16
12,02 2009
6,97 -8,05
-1,08 31,62
-8,92 22,70
2010 3,97
-8,95 -4,98
32,77 -16,50
16,27
Rata-rata 5,07
-2,74 2,33
14,78 -4,13
10,64
Sumber : BPS Provinsi Papua diolah, 2011. Meskipun secara nominal neraca perdagangan luar negeri Papua
meningkat, namun secara riil nilainya justru menunjukkan kecenderungan
menurun. Menurunnya neraca perdagangan secara riil tersebut dikarenakan semakin tingginya impor antarprovinsi yang didominasi oleh impor bahan
kebutuhan sehari-hari. Secara nominal, peningkatan neraca perdagangan terjadi pada tahun 2005, 2006 dan puncaknya pada tahun 2009 dengan nilai surplus
sebesar Rp. 22,7 triliun Gambar 4.7. Apabila dihitung rata-rata kenaikan tiap tahunnya mencapai Rp. 1,12 triliun. Sedangkan secara riil, hanya pada tahun 2002
dan 2003 mengalami peningkatan. Pada tahun 2000, neraca perdagangan secara riil surplus sebesar Rp. 5,11 triliun, sedangkan pada akhir tahun 2010 neraca
perdagangan secara riil mengalami defisit sebesar Rp. 4,98 triliun. Apabila dihitung penurunan tiap tahunnya mencapai Rp. 1 triliun Tabel 4.6.
Sumber : BPS Provinsi Papua diolah, 2011. Gambar 4.7 Perbandingan Ekspor Bersih Riil dan Nominal Provinsi Papua
Tahun 2000 –2010 dalam triliun rupiah.
10.00 5.00
- 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010
triliun rupiah
Tahun
Ekspor Bersih Riil Ekspor Bersih Nominal
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Uji Asumsi
Pengujian asumsi dilalukan untuk memastikan bahwa model yang dipilih telah memenuhi asumsi yang telah ditentukan. Ada empat tahapan pengujian
asumsi yang harus dipenuhi sebelum model dari persamaan regresi linier berganda dapat digunakan. Keempat pengujian tersebut adalah uji kenormalan, uji
autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji multikolinearitas.
5.1.1. Uji Kenormalan
Uji asumsi pertama yaitu uji kenormalan digunakan Jarque-Bera test. Hipotesis yang digunakan adalah :
H : Error berdistribusi normal.
H
1
: Error tidak berdistribusi normal.
Gambar 5.1 Hasil uji kenormalan dengan metode Jarque-Bera.
1 2
3 4
5 6
7 8
9
-0.2 -0.1
-0.0 0.1
0.2
Series: Residuals Sample 2000:4 2010:4
Observations 41
Mean -1.32e-15
Median -0.007733
Maximum 0.225273
Minimum -0.198508
Std. Dev. 0.101143
Skewness 0.357588
Kurtosis 2.675070
Jarque-Bera 1.054138
Probability 0.590333