Teori Pertumbuhan Endogen Teori Perdagangan Internasional

22 Lebih lanjut, dalam teori pertumbuhan neoklasik tradisional dikemukakan bahwa pada negara yang menggunakan perekonomian tertutup tidak menjalin hubungan dengan negara lain apabila tingkat tabungannya rendah dalam kondisi cateris paribus maka dalam jangka pendek pasti akan mengalami laju pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan dengan perekonomian lainnya yang memiliki tingkat tabungan lebih tinggi. Sedangkan pada negara yang menggunakan perekonomian terbuka, walaupun tingkat tabungannya rendah, pasti akan mengalami suatu konvergensi peningkatan pendapatan karena adanya arus permodalan yang masuk dari negara kaya ke negara-negara miskin dimana rasio modal-tenaga kerjanya masih rendah sehingga pengembalian atas investasi return of investment lebih tinggi.

2.2.2. Teori Pertumbuhan Endogen

Teori pertumbuhan endogen endogenous growth theory yang dipelopori oleh Romer 1986 dan Lucas 1988 memiliki peran dalam menjelaskan model pertumbuhan yang lebih maju, dimana perubahan teknologi bersifat endogen berasal dari dalam sistem ekonomi dan memiliki pengaruh pada pertumbuhan jangka panjang. Pengertian modal dalam model ini tidak sekedar modal fisik physical capital, tetapi mencakup pula modal manusia human capital. Selain itu, teori ini mengasumsikan tingkat pengembalian yang meningkat increasing return to scales pada fungsi produksi agregatnya dan menekankan peran eksternalitas dalam menentukan tingkat pengembalian investasi modal Arsyad, 2010. 23 Teori pertumbuhan endogen merupakan modifikasi dari teori-teori pertumbuhan tradisional dan dirancang untuk menjelaskan fenomena ekuilibrium dalam jangka panjang yang bisa positif dan bervariasi antarnegara. Menurut teori ini, faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan tingkat pendapatan per kapita antarnegara adalah adanya perbedaan stok pengetahuan, kapasitas modal fisik, kualitas modal manusia, dan ketersediaan infrastruktur. Lebih lanjut, dalam proses pertumbuhan endogen dimungkinkan pula ruang bagi munculnya kebijakan, baik pada perekonomian tertutup maupun perekonomian terbuka.

2.2.3. Teori Perdagangan Internasional

Teori perdagangan internasional yang paling awal muncul adalah merkantilisme. Teori ini menyatakan bahwa satu-satunya cara bagi suatu negara untuk menjadi kuat dan kaya adalah dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor dan sesedikit mungkin impor. Kelebihan teori merkantilisme ini adalah negara akan memperbesar jumlah ekspor karena negara akan kaya, makmur dan kuat bila ekspor lebih besar dari impor. Sedangkan kelemahan teori ini adalah logam mulia yang digunakan sebagai alat pembayaran akan menyebabkan banyaknya jumlah uang yang beredar sehingga akan terjadi inflasi dan harga barang impor menjadi rendah, akhirnya logam mulia berkurang Oktaviani dan Novianti, 2009. Dalam teori merkantilisme ini, karena tidak semua negara secara simultan dapat menghasilkan surplus ekspor, sedangkan jumlah emas dan perak tetap pada saat tertentu, maka sebuah negara hanya akan memperoleh keuntungan dengan mengorbankan negara lain. Akibatnya penganut teori merkantilisme ini banyak 24 melakukan penjajahan terhadap negara lain untuk mendapatkan logam mulia lebih banyak. Pada tahun 1776, Adam Smith menjelaskan bahwa dua negara hanya akan melakukan perdagangan secara sukarela jika kedua negara tersebut memperoleh keuntungan. Maka terciptalah sebuah teori perdagangan yang dinamakan teori keunggulan absolut. Menurut Adam Smith, jika sebuah negara lebih efisien memiliki keunggulan absolut terhadap negara lain dalam memproduksi sebuah komoditas, namun kurang efisien dibandingkan atau memiliki kerugian absolut terhadap negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut. Melalui proses ini, sumber daya di kedua negara dapat digunakan dalam cara yang paling efisien. Output kedua komoditi yang diproduksi pun akan meningkat. Peningkatan dalam output ini akan mengukur keuntungan dan spesialisasi produk untuk kedua negara yang melakukan perdagangan Salvatore, 1997. Kelemahan teori keunggulan absolut adalah apabila hanya satu negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan. Maka pada tahun 1817, David Ricardo menyempurnakan teori keunggulan absolut Adam Smith dengan mengemukakan teori keunggulan komparatif. David Ricardo mengatakan bahwa meskipun sebuah negara kurang efisien dalam memproduksi kedua komoditi, namun masih tetap dapat melakukan perdagangan. Negara satu harus berspesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki kerugian terkecil 25 memiliki keunggulan komparatif dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih besar memiliki kerugian komparatif. Pada tahun 1936, Haberler menerangkan atau mendasarkan teori keunggulan komparatif pada teori biaya oportunitas. Teori yang dikemukakan Haberler ini disebut teori biaya oportunitas. Teori ini mengatakan bahwa biaya sebuah komoditi adalah jumlah komoditi kedua yang harus dikorbankan untuk memperoleh sumber daya yang cukup untuk memproduksi satu unit tambahan komoditi pertama. Implikasi dari teori ini adalah suatu negara yang memiliki biaya oportunitas lebih rendah dalam memproduksi sebuah komoditi akan memiliki keunggulan komparatif dalam komoditi tersebut dan memiliki kerugian komparatif dalam komoditi kedua Salvatore, 1997. Menyempurnakan model perdagangan klasik yang telah ada, Heckscher- Ohlin mengemukakan bahwa sebuah negara akan mengekspor komoditi yang produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah dan murah di negara itu, dan dalam waktu bersamaan ia akan mengimpor komoditi yang produksinya memerlukan sumber daya yang relatif langka dan mahal di negara itu. Artinya, sebuah negara yang relatif kaya atau berkelimpahan tenaga kerja akan mengekspor komoditi-komoditi yang relatif padat tenaga kerja dan mengimpor komoditi-komoditi yang relatif padat modal yang merupakan faktor produksi langka dan mahal di negara yang bersangkutan. Teori yang dikemukakan oleh Heckscher-Ohlin selanjutnya disebut teori kepemilikan faktor atau teori proporsi faktor Salvatore, 1997. 26 Teori pertumbuhan endogen endogenous growth theory yang dipelopori oleh Romer 1986 dan Lucas 1988 mampu menyajikan suatu ulasan analitis yang lebih menyeluruh dan meyakinkan mengenai hubungan antara perdagangan internasional dengan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Secara spesifik teori ini menyatakan bahwa penurunan hambatan-hambatan perdagangan dalam berbagai bentuk, baik tarif maupun non- tarif akan mempercepat tingkat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di suatu negara dalam jangka panjang Salvatore, 1997. 2.3.Faktor-faktor Pendukung Keterbukaan Perdagangan Manfaat yang diperoleh dari sistem perekonomian terbuka yang dianut oleh sebagian besar negara-negara di dunia tidak terlepas dari tingkat kesiapan dan kekuatan masing-masing negara tersebut dalam menghadapi persaingan di tingkat global. Berdasarkan penelitian Keong, Yusop dan Sen 2005 ada lima faktor keterbukaan perdagangan yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Kelima faktor tersebut adalah ekspor riil, impor riil, tenaga kerja, nilai tukar riil dan dummy krisis. Dalam penelitian ini, data tenaga kerja yang digunakan adalah data tingkat partisipasi angkatan kerja.

2.3.1. Ekspor