Struktur Ekonomi Provinsi Papua

Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Papua per tahun selama sepuluh tahun terakhir yakni dari tahun 2000-2010 adalah 5,39 persen. Dengan luas wilayah Provinsi Papua sekitar 317.062 km 2 yang didiami oleh 2.833.381 orang maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Provinsi Papua adalah sebanyak 9 orang per km 2 . Dari sisi ketenagakerjaan, pada Agustus 2010 jumlah angkatan kerja di Papua mencapai 1.510.176 orang. Jumlah pengangguran mencapai 53.641 orang atau 3,55 persen dari total angkatan kerja. Sedangkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK sebesar 80,99 persen. Sektor pertanian masih mendominasi dengan total pekerja mencapai 77,85 persen, diikuti oleh sektor jasa kemasyarakatan dengan persentase 8,16 persen. Gini rasio pendapatan penduduk Papua pada periode 2005 –2009 menggambarkan distribusi pendapatan dengan ketimpangan sedang. Pada tahun 2008, ketimpangan pendapatan yang terjadi pada masyarakat Papua masih tergolong sedang 0,36 dan pada tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 0,37. Kenaikan gini rasio tersebut mengindikasikan bahwa ketimpangan pendapatan di Provinsi Papua semakin meningkat.

4.2. Keadaan Perekonomian Provinsi Papua

4.2.1. Struktur Ekonomi Provinsi Papua

Sumbangan sektoral dalam PDRB ADHB digunakan sebagai salah satu ukuran dalam melihat struktur perekonomian suatu wilayah dari tahun ke tahun. Jika sumbangan suatu sektor relatif besar maka sedikit gangguan dalam sektor tersebut akan mengakibatkan masalah pada perekonomian di wilayah bersangkutan. Meskipun demikian, sektor dengan andil yang kecil tidak dapat diabaikan begitu saja karena bisa jadi sektor tersebut mempunyai potensi untuk dikembangkan dan dapat dijadikan sektor andalan wilayah tersebut di waktu yang akan datang. Tabel 4.1 Distribusi PDRB ADHB Menurut Lapangan Provinsi Papua tahun 2000-2010 persen. LAPANGAN USAHA 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Pertanian 13,05 12,98 14,62 15,35 15,75 10,41 10,98 10,01 10,32 9,36 9,45 Pertambangan dan Penggalian 68,17 68,90 64,62 61,50 57,53 71,65 68,76 68,72 64,73 65,08 63,15 Industri Pengolahan 1,94 1,89 2,01 2,25 2,51 1,62 1,78 1,62 1,62 1,40 1,39 Listrik dan Air Bersih 0,15 0,14 0,19 0,24 0,26 0,17 0,17 0,16 0,16 0,14 0,13 Bangunan 3,48 3,36 3,74 4,14 5,02 3,53 4,11 4,66 6,01 6,62 7,81 Perdagangan, Hotel dan Restoran 3,70 3,78 4,44 5,13 6,00 4,02 4,44 4,44 4,87 4,44 4,41 Pengangkutan dan Komunikasi 2,52 2,62 3,01 3,88 4,72 3,44 3,88 4,05 4,52 4,31 4,35 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1,91 0,89 0,96 1,01 1,25 0,83 1,08 1,48 1,77 2,15 2,08 Jasa-jasa 5,09 5,46 6,41 6,50 6,95 4,35 4,78 4,86 6,00 6,50 7,24 P D R B 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Provinsi Papua diolah, 2011. Kondisi struktur ekonomi Papua selama satu dekade ini relatif tidak berubah. Sektor pertambangan dan penggalian masih menjadi sektor unggulan bagi perekonomian Papua, disusul oleh sektor pertanian dan jasa-jasa. Rata-rata kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap PDRB sebesar 65,71 persen. Pada tahun 2000 sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi sebesar 68,17 persen, sedangkan pada tahun 2010 kontribusinya turun menjadi 63,15 persen Tabel 4.1. Selama sebelas tahun terakhir, kontribusi sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; serta listrik dan air bersih cendurung menurun. Penurunan tersebut seiring dengan meningkatnya peranan dari sektor bangunan; perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; serta jasa-jasa. Walaupun demikian, hingga akhir tahun 2010, sektor pertambangan dan penggalian masih menjadi kontributor terbesar terhadap perekonomian Papua dimana andilnya mencapai lebih dari 57,53 persen Tabel 4.1. Tabel 4.2 PDRB ADHB Provinsi Papua dengan tambang dan tanpa tambang tahun 2000-2010 juta Rupiah. Tahun PDRB dengan Tambang PDRB Tanpa Tambang 1 2 3 2000 18.409.760,84 5.913.994,01 2001 21.590.317,72 6.777.819,59 2002 22.548.296,24 8.051.877,92 2003 23.890.084,29 9.284.573,75 2004 24.842.903,74 10.649.592,55 2005 43.615.319,21 12.481.372,66 2006 46.895.228,88 14.787.701,41 2007 55.380.453,41 17.496.626,10 2008 61.516.238,47 21.928.604,97 2009 77.728.564,53 27.409.139,08 2010 89.451.248,76 33.292.346,56 Sumber : BPS Provinsi Papua diolah, 2011. Keunggulan absolut Papua berupa kandungan konsentrat tembaga yang dikelola oleh P.T. Freeport Indonesia terbukti mampu mendongkrak perekonomian Papua selama sebelas tahun terakhir. Tingginya kontribusi sektor pertambangan dan penggalian yang mencapai lebih dari setengah nilai PDRB Papua, membuat perekonomian Papua akan jatuh apabila sektor tersebut dikeluarkan Tabel 4.2. Sumber : BPS Provinsi Papua diolah, 2011. Gambar 4.1 Jumlah PDRB ADHB dan sektor pertambangan dan penggalian Provinsi Papua tahun 2000 –2010 triliun Rupiah. Apabila ditelusuri lebih dalam lagi, tingginya pengaruh sektor pertambangan dan penggalian, membuat pergerakan pertumbuhan perekonomian Papua sangat dipengaruhi oleh naik-turunnya produksi sektor tersebut. Hal ini terlihat jelas, ketika tahun 2005-2010 nilai sektor pertambangan dan penggalian mengalami peningkatan, pertumbuhan ekonomi Papua juga mengikuti peningkatan tersebut Gambar 4.1. Sektor kedua yang pertumbuhannya sangat menjanjikan adalah sektor bangunan. Kontribusi sektor ini mengalami peningkatan dari 3,48 persen pada 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tr il iu n r u p iah Tahun Sektor Pertambangan dan Penggalian P D R B tahun 2000 menjadi 7,81 persen pada tahun 2010 Tabel 4.1. Kemampuan sektor bangunan yang terus meningkat ini dikarenakan semakin meningkatnya pengeluaran pemerintah dalam pembangunan infrastruktur di Papua. Selain itu, faktor tingginya biaya bahan baku bangunan juga memegang peran dalam peningkatan sektor bangunan. Sektor ketiga yang masih bertahan dan terus meningkat kontribusinya terhadap perekonomian yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi. Keadaan geografis Papua yang lebih didominasi wilayah pegunungan, mengharuskan sebagian besar transportasi antar wilayah hanya dapat ditempuh lewat jalur udara. Hal ini menyebabkan biaya untuk transportasi semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya mobilitas kegiatan perekonomian antar wilayah. Dengan meningkatnya biaya transportasi maka pendapatan dalam sektor pengangkutan dan komunikasi juga ikut meningkat. Sedangkan sektor yang memberikan kontribusi terkecil terhadap perekonomian Papua adalah sektor listrik dan air bersih. Kecilnya pendapatan sektor ini dikarenakan masih rendahnya jumlah rumah tangga yang menikmati fasilitas listrik dan air bersih. Pada tahun 2010, jumlah rumah tangga yang menggunakan fasilitas listrik hanya sebesar 38,83 persen, sedangkan jumlah rumah tangga yang mempunyai akses air bersih hanya sebesar 20,41 persen BPS, 2010 Tabel 4.1.

4.2.2. PDRB per Kapita