Nilai Harapan Lahan Penentuan Daur Finansial Kelas Perusahaan Jati di KPH Madiun Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

4. Daur volume maksimum Yaitu jangka waktu perkembangan suatu tegakan yang memberikan hasil kayu tahunan terbesar, baik dari hasil penjarangan maupun tebangan akhir. Daur ini merupakan perkembangan yang terpenting dan paling banyak dipakai di lapangan, baik secara langsung atau tidak langsung. Panjang daur volume maksimum ini berhimpitan dengan umur tegakan pada waktu riap rata-rata tahunan MAI, mean annual increment mencapai maksimum. 5. Daur pendapatan maksimum Daur ini juga dikenal sabagai daur “bunga hutan” maksimum the highest forest rental, yaitu daur yang menghasilkan rata-rata pendapatan bersih maksimum. Disini, pendapatan bersih dihitung dari hasil penjarangan dan hasil akhir, setelah dikurangi dengan seluruh biaya. Daur ini pada umumnya hampir sama panjang dengan daur volume maksimum. Rata-rata pendapatan tahunan bersih diperoleh dari total pendapatan bersih dibagi dengan panjang daur. 6. Daur finansial Yaitu daur yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan maksimum dalam nilai uang. Di kehutanan, keuntungan dapat dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda, yaitu dari nilai harapan lahan land expectation value dan dari hasil finansial.

2.4 Nilai Harapan Lahan

Nilai harapan lahan adalah nilai yang didasarkan pada pendapatan bersih yang dapat diperoleh dari suatu lahan, dihitung pada tingkat bunga tertentu. Di kehutanan, pendapatan tidak diperoleh pada setiap tahun, melainkan secara periodik pada tahun-tahun tertentu. Oleh karena itu, pendapatan untuk waktu yang akan datang perlu didiskonto pada tahun perhitungan. Penentuan daur finansial optimal dalam kajian ini didekati dengan nilai finansial berdasarkan pendekatan Nilai Harapan Lahan. Pendekatan ini dikemukakan oleh Davis 1966. Rumus yang digunakan, sebagai berikut: Keterangan : Se = Nilai Harapan Lahan Rupiahhektar a = Hasil bersih panenpenebangan akhir daur Rupiah w = Daur Tahun i = Biaya atas modal Persen Menurut Davis 1966, nilai harapan lahan baru sebatas nilai lahan kosong. Oleh karena itu, nilai lahan dengan tegakan yang tumbuh di atasnya dapat dihitung dengan rumus: Keterangan: PNW = Present Net WorthNilai keuntungan bersih saat ini NR = Nilai pendapatan bersih tegakan yang dipanen nanti SEV = Nilai harapan lahanNilai lahan kosong Menurut Chapman dan Meyer 1947, faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tegakan, sebagai berikut: 1. Jenis pohon, kualitas, ukuran dan kerapatan tegakan. 2. Kemudahan untuk dicapai aksesibilitas. 3. Persaingan permintaan akan kayu dengan jumlah penjualan kayu dan jumlah jenis kayu lain yang tersedia. 4. Permintaan pasar. 5. Bentuk dari penjualan kayu. 6. Jangka waktu penjualan. Menurut Haeruman 1977, masalah yang timbul sewaktu mengadakan penilaian stumpage, sebagai berikut: 1. Pengaruh ketidaktelitian dalam penentuan harga jual dan ongkos produksi. 2. Pengaruh perhitungan volume terhadap biaya per unit yang diturunkan dari biaya-biaya tetap. 3. Penerapan keadaan pasar atau tawar-menawar, karena keadaan keyataan pasar adalah validitas terakhir. Menurut Davis 1966, terdapat tiga dasar untuk melakukan penilaian tegakan, sebagai berikut: 1. Nilai biaya, yang didasarkan kepada biaya historis, pemindahan tempat dan pemulihan. 2. Nilai pendapatan, yang diestimasi sebagai nilai sekarang dari keseluruhan pendapatan di masa yang akan datang atau penghasilan lain yang diharapkan dari suatu pemulihan. 3. Nilai pasar, harga pasar adalah sebagai pedoman untuk penilaian hutan yang merupakan perbandingan yang sangat penting.

2.5 Biaya