3.5 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas adalah suatu teknik analisis yang menguji secara sistematis apa yang terjadi pada kapasitas penerimaan suatu proyek apabila terjadi
kejadian yang berbeda dengan perkiraan yang dibuat dalam perencanaan. Simulasi yang digunakan pada analisis sensitivitas ini, sebagai berikut:
1. Apabila terjadi peningkatan biaya sebesar 5, 10 dan 15
2. Apabila terjadi penurunan pendapatan sebesar 5, 10 dan 15
3.6 Asumsi-Asumsi
Dalam suatu analisis finansial diperlukan beberapa asumsi dasar, dengan melihat kondisi yang ada sekarang dan kecenderungan yang mungkin terjadi di
masa mendatang. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi berbagai kendala dan kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang. Asumsi-asumsi dasar
tersebut, sebagai berikut: 1.
Semua kayu yang dihitung berasal dari hutan produktif. 2.
Pendugaan potensi menggunakan bonita rata-rata yaitu 3 atau 3,5. 3.
Kayu hasil penjarangan dan produksi daur dapat diserap pasar dan terjual habis.
4. Daur alternatif yang dikaji adalah 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55 dan 60
tahun. 5.
Suku bunga yang digunakan dalam kajian ini didasarkan pada suku bunga rata- rata Bank Indonesia tahun 2011 6,5 serta suku bunga pembanding yaitu:
5, 10 dan 12. 6.
Analisis hasil perhitungan didasarkan pada penerimaan sebelum pajak. 7.
Pembiayaan dan penerimaan didasarkan pada tarif upah yang berlaku. 8.
Semua komponen biaya selama periode perhitungan adalah konstan dan didasarkan pada biaya pada tahun 2010.
9. Harga jual kayu yang dipakai adalah harga jual rata-rata tiap sortimen AI, AII
dan AIII.
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak dan Luas Letak Kesatuan Pemangkuan Hutan KPH Madiun secara administratif
berada di daerah tingkat II dalam tiga wilayah Kabupaten yaitu Kabupaten Madiun 16.075,4 ha, Kabupaten Ponorogo 12.511,2 ha dan Kabupaten
Magetan 1.642,6 ha. Dari ketiga kabupaten tersebut, wilayah hutan KPH Madiun terbagi ke dalam beberapa distrik yaitu Madiun, Caruban dan Kanigoro
yang berada dalam wilayah Kabupaten Madiun; Ponorogo, Arjowinangum dan Sumoroto dalam wilayah Ponorogo; serta Gorang-gareng dan Magetan berada
dalam wilayah Kabupaten Magetan. Secara geografis KPH Madiun terletak diantara garis lintang selatan 7
30” - 7
50” dan 4 30” - 4
50” BT dengan baris batas sebelah Utara adalah KPH Saradan, sebelah Timur adalah KPH Saradan dan Lawu Ds, sebelah selatan adalah
KPH Lawu Ds, sebelah Barat KPH Lawu Ds dan Ngawi. Luas Kawasan Hutan KPH Madiun adalah 31.221,62 ha dengan Kelas
Perusahaan Jati 29.063 ha dan Kelas Perusahaan Kayu Putih 3.137,7 ha yang dibagi menjadi empat bagian hutan, termasuk didalamnya alur dan sungai. Empat
bagian hutan tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Bagian Hutan Caruban yang terletak di Kabupaten Madiun dengan luas 11.955,72 ha
2. Bagian Hutan Pagotan di Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ponorogo dengan
luas 4.076 ha 3.
Bagian Hutan Ponorogo Timur terletak di Kabupaten Ponorogo dengan luas 5.193,7 ha untuk kelas perusahaan jati dan Bagian Hutan Ponorogo
TimurSukun untuk kelas perusahaan kayu putih terletak di Kabupaten Ponorogo dengan luas 3.736,1 ha.
4. Bagian Hutan Ponorogo Barat yang terletak di Kabupaten Ponorogo dan
Kabupaten Magetan dengan luas 6.260,3 ha Keempat bagian hutan kelas perusahaan jati tersebut terbagi lagi menjadi 11
BKPH dan 34 RPH.
Secara struktural, KPH Madiun terbagi menjadi dua SKPH, yaitu SKPH Madiun Utara dan SKPH Madiun Selatan, masing-masing dibagi menjadi
beberapa BKPH dengan pembagian sebagai berikut: 1. SKPH Madiun Utara, membawahi enam BKPH:
a. BKPH Brumbun
: 1.756,2 ha b.
BKPH Caruban : 3.316,8 ha
c. BKPH Dagangan
: 2.240,4 ha d.
BKPH Dungus : 3.456,9 ha
e. BKPH Mojorayung
: 2.833,5 ha f.
BKPH Ngadirejo : 2.238,5 ha
2. SKPH Madiun Selatan, membawahi lima BKPH: a.
BPKH Bondrang : 2.925,5 ha
b. BKPH Pulung
: 2.207,4 ha c.
BKPH Sampung : 3.613,5 ha
d. BKPH Sukun
: 3.701,1 ha e.
BKPH Somoroto : 2.538,6 ha
4.2 Topografi, Daerah Aliran Sungai, Tanah, dan Iklim