Gambar 5 menunjukan pergerakan nilai harapan lahan terhadap daur masing-masing tingkat suku bunga pada kondisi saat ini aktual. Kondisi nilai
harapan lahan berfluktuasi saat ini terjadi karena beberapa faktor, antara lain: pencurian, kebakaran, dan banyaknya pohon yang rusak setiap tahunnya karena
angin. Jika kondisi tersebut tetap dibiarkan dalam jangka panjang, maka akan mengakibatkan kerugian pada pengusahaan hutan jati. Gambar 5 tersebut
menunjukkan garis fluktuatif yang terus meningkat sampai daur 40 tahun dan selanjutnya menurun drastis pada daur 45 tahun sampai 60 tahun.
Berdasarkan Tabel 15 dan Gambar 5, maka dapat diperoleh hasil perhitungan nilai harapan lahan tertinggi adalah daur 40 tahun. Jika dilihat dari
kondisi harga dan suku bunga yang berlaku saat ini, maka pemanfaatan hutan paling optimal adalah daur 40 tahun karena memiliki nilai harapan lahan paling
tinggi. Namun hal tersebut belum bisa dijadikan patokan sebagai daur optimal kelas perusahaan jati di KPH Madiun. Dalam kajian ini untuk menentukan daur
finansial, yang menjadi patokan tidak hanya dilihat dari nilai lahan kosongnya saja nilai harapan lahan, tetapi juga dilihat dari nilai tegakan yang ada di
atasnya.
5.6 Present Net Worth PNW
Penentuan daur optimal diperlukan nilai lahan dengan tegakan masak tebang. Present Net Worth PNW merupakan nilai keuntungan bersih saat ini.
PNW digunakan untuk mengetahui nilai lahan kosong sekaligus tegakan yang ada di atasnya sesuai dengan daur tegakan. Nilai keuntungan bersih saat ini PNW
mempunyai dua unsur nilai, yaitu: nilai pendapatan bersih tegakan yang dipanen di masa yang akan datang NRNet Revenue dan nilai lahan kosong SEV. Nilai
lahan kosong sama dengan nilai harapan lahan yang telah diketahui dan dijabarkan sebelumnya. Sedangkan pendapatan bersih tegakan yang dipanen
dihitung dengan cara menjumlahkan pendapatan tebang akhir dengan pendapatan penjarangan, dikurangi biaya administrasi yang dikurangi satu dan dibagi tingkat
suku bunga. Tingkat suku bunga yang digunakan sama seperti tingkat suku bunga yang digunakan untuk menentukan nilai harapan lahan, yaitu: 5, 6,5, 10 dan
12.
Sesuai dengan asumsi yang digunakan, daur alternatif yang dikaji adalah daur 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55 dan 60 tahun. Sama halnya dengan nilai
harapan lahan SEV, nilai PNW juga semakin naik dengan semakin kecilnya tingkat suku bunga yang digunakan. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 4 dan
tabel 16 hasil rekapitulasi perhitungan PNW pada setiap daur alternatif. Tabel 16 Rekapitulasi hasil perhitungan present net worth PNW pada setiap
daur alternatif Uraian
Suku Bunga 5
6,5 10
12 Daur 15 Thn
PNW Rpha 107.120.018
73.936.615 36.488.438
26.674.940 Daur 20 Thn
PNW Rpha 133.034.477
87.862.696 39.706.073
26.821.506 Daur 25 Thn
PNW Rpha 79.549.289
50.915.787 21.424.169
14.592.569 Daur 30 Thn
PNW Rpha 106.304.700
64.598.443 24.225.680
14.153.068 Daur 35 Thn
PNW Rpha 119.347.822
68.929.059 23.076.250
13.473.252 Daur 40 Thn
PNW Rpha 179.795.722
97.634.899 28.152.975
15.134.114 Daur 45 Thn
PNW Rpha 52.120.202
28.942.830 9.778.936
6.177.848 Daur 50 Thn
PNW Rpha 68.284.554
35.434.645 10.451.298
6.299.355 Daur 55 Thn
PNW Rpha 16.520.074
10.058.903 5.322.962
4.137.189 Daur 60 Thn
PNW Rpha 66.625.719
31.814.989 8.688.678
5.393.544 Selain menggunakan pendekatan nilai harapan lahan SEV, penetapan daur
alternatif terbaik pengusahaan hutan jati di KPH Madiun juga didekati dengan PNW. Pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa nilai PNW terlihat semakin kecil dengan
semakin tingginya tingkat suku bunga. Berdasarkan tabel tersebut, maka hasil perhitungan PNW tertinggi untuk setiap tingkat suku bunga secara umum terdapat
pada daur 40 tahun. Gambar 6 menunjukan grafik pergerakan nilai present net worth PNW setiap daur alternatif dengan semua tingkat suku bunga yang
digunakan.
Gambar 6 Present net worth PNW dari setiap daur alternatif. Gambar 6 menunjukan pergerakan nilai PNW yang tinggi pada daur 40
tahun. Garis yang ditunjukan pada grafik tersebut terlihat fluktuatif dan titik tertinggi pada daur 40 tahun. Selanjutnya nilai PNW menurun drastis menuju daur
45 tahun yang nilainya semakin kecil. Kayu jati pada umur 40 tahun ditanam pada tahun 1970, dimana
pengembangan budidaya jati masih bersifat konvensional atau masih mengandalkan teknik perbanyakan secara generatif, yaitu perbanyakan tanaman
berasal dari bibitbenih pohon induk yang terpilih. Kualitas bibitbenih yang bagus dapat menghasilkan tanaman yang tahan terhadap penyakit sehingga
kemungkinan terseleksi oleh alam sangat kecil. Selain itu, kondisi hutan yang tidak normal tersebut merupakan akibat dari ulah manusia yang tidak bertanggung
jawab pada kayu jati terutama umur 45 tahun yang volume per hektarnya sangat kecil, serta akibat dari bencana yang melanda hutan jati KPH Madiun. Berikut ini
merupakan persentase kenaikan nilai PNW dari tingkat suku bunga 6,5 ke tingkat suku bunga 5 yang dapat dilihat di Tabel 17.
- 20.000.000
40.000.000 60.000.000
80.000.000 100.000.000
120.000.000 140.000.000
160.000.000 180.000.000
200.000.000
15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 P
res en
t N
et W
o rt
h R
p h
a
Daur Tahun
5 6,5
10 12
Tabel 17 Persentase kenaikan present net worth PNW dari tingkat suku bunga 6,5 ke tingkat suku bunga 5
Daur Tahun
PNW 6,5 Rpha
PNW 5 Rpha
Persentase Kenaikan
15 73.936.615
107.120.018 30,98
20 87.862.696
133.034.477 33,95
25 50.915.787
79.549.289 35,99
30 64.598.443
106.304.700 39,23
35 68.929.059
119.347.822 42,25
40 97.634.899
179.795.722 45,70
45 28.942.830
52.120.202 44,47
50 35.434.645
68.284.554 48,11
55 10.058.903
16.520.074 39,11
60 31.814.989
66.625.719 52,25
Sama halnya dengan nilai harapan lahan, PNW cenderung terus meningkat dengan penurunan suku bunga bank yang digunakan. Jika Perum Perhutani
menggunakan suku bunga bank sebesar 5, yang lebih rendah dari suku bunga Bank Indonesia rate 6,5, maka persentase kenaikan PNW cenderung terus
meningkat sejalan dengan peningkatan umur tanaman jati. Berdasarkan Tabel 17 dan Gambar 9, maka dapat diperoleh informasi bahwa nilai PNW paling besar
pada daur 40 tahun. Dilihat dari besarnya nilai PNW, daur finansial tegakan jati di KPH Madiun yang terbaik adalah daur 40 tahun.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Istichomah 2006 yang menyatakan bahwa daur optimal jati di KPH Madiun adalah daur 60 tahun.
Penelitian penentuan daur finansial tersebut dilakukan pada tahun 2006 dengan mempertimbangkan resiko kehilangan tegakan akibat pencurian di KPH Madiun.
Daur optimal yang terpilih ternyata lebih pendek daripada daur yang digunakan di KPH Madiun pada saat itu, yaitu 70 tahun.
Sedangkan penelitian lain tentang penentuan daur finansial kelas perusahaan jati yang dilakukan Pratiwi 2010 di KPH Cepu, Perum Perhutani Unit I, Jawa
Tengah, menyatakan bahwa daur finansial jati dicapai pada daur 30 tahun karena mampu menghasilkan keuntungan finansial yang maksimal. Daur finansial yang
ditetapkan berdasarkan kondisi tegakan hutan yang ada pada saat penelitian dilakukan, termasuk penentuan daur finansial di KPH Madiun yang dicapai pada
umur 40 tahun. Berdasarkan penelitian sejenis, Toro dan Sumitro 2003 menyatakan bahwa secara finansial, daur yang memberikan keuntungan
maksimum pada hutan jati KPH Pemalang, Perum Perhutani Unit I, Jawa Tengah adalah 40 tahun.
5.7 Analisis Sensitivitas