Sistem Pemasaran Gula TINJAUAN PUSTAKA

13

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Pemasaran Gula

Sistem pemasaran merupakan suatu kegiatan yang produktif, sangat kompleks, sesuai dengan ketetapan, dan menimbulkan biaya Downey et al, 1981. Pemasaran gula dalam negeri dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Pemerintah menjamin ketersediaan gula secara kontinu jika sistem pemasaran gula berjalan secara efisien Amang, 1993. Ketidakefisienan dalam pemasaran gula ditentukan oleh panjangnya rantai distribusi dan besarnya biaya pemasaran yang harus dilalui oleh lembaga pemasaran sebelum sampai ke konsumen Ariani, 2000. Namun, kegiatan pemasaran yang baik tidak tergantung dari panjang pendeknya rantai pemasaran melainkan dari fungsi lembaga pemasaran tersebut melakukan kegiatan pemasaran. Besar kecilnya biaya pemasaran tergantung jarak yang harus ditempuh hingga sampai ke tangan konsumen. Sehingga biaya pemasaran dapat dijadikan sebagai indikator efisiensi sistem tataniaga tersebut. Masalah yang dihadapi dalam pemasaran gula yaitu masalah pengadaan dan pendistribusian. Kebijakan yang dilakukan pemerintah antara lain kebijakan peningkatan kapasitas produksi, pengembangan distribusi, dan akses tataniaga Manik, 2007. Deptan dan LPPM IPB 2002, melakukan penelitian keragaan agribisnis gula di Jawa Barat. Sistem pengusahaan tebu di Jawa Barat dilakukan dengan sistem hak guna usaha PG Subang dan PG Jatitujuh dan sistem Tebu Rakyat TR yaitu di PG Sindang Laut, PG Tersana Baru, PG Karangsuswung. Dalam sistem HGU pelaksanaan penanaman tebu sampai tebang angkut kemudian processing menjadi gula merupakan tanggung jawab PG. Sedangkan kegiatan TR 14 yang terjadi di kebun menjadi tanggung jawab petani sementara kegiatan tebang angkut walaupun biayanya ditangung petani pengawasan berada di PG. Terdapat tiga saluran pemasaran gula di Jawa Barat yaitu : a. Saluran 1: petanipedagang pengumpulgrosirpengecerkonsumen b. Saluran 2: petanimediator ketua kelompok tani, koperasi, petani tebu, karyawan PGgrosirpengecerkonsumen c. Saluran 3: petanigrosirpengecerkonsumen Hasilnya menunjukkan bahwa keuntungan paling besar diperoleh pengecer. Hal ini menunjukan marjin yang diterima pengecer lebih besar dibandingkan lembaga lainnya. Nahdodin dan Joko Roemanto 2008 melakukan penelitian mengenai penerapan kebijakan gula SK 643 yang dapat mengetahui seberapa efisien tingkat pemasaran gula. Hasilnya bahwa indikator inefisiensi pemasaran adalah margin pemasaran sangat besar sehingga meskipun harga gula dunia rendah. Dengan monopolisasi impor, harga eceran akan dapat membumbung tinggi. Margin pemasaran rendah SK 643 cenderung tidak menimbulkan perilaku monopolisasi. sehingga margin pemasaran tidak membesar dan tidak merugikan konsumen. sehingga SK 643 menunjukkan pemasaran yang efisien. Selain itu SK 643 cukup melindungi produsen gula berdasarkan indikator gula yang berlaku Manik 2007 melakukan penelitian gula di Sumatera Utara dan menyatakan bahwa saluran pemasaran gula terdiri dari dua saluran pemasaran. Pertama, P3G1Pabrik Gula Petani TRI KUDPabrik Gula. Kedua, P3GIPetani Petani TRB Pedagang Pengumpul Pabrik Gula. Hasilnya pemasaran yang lebih efisien yaitu saluran pertama. 15 Amang 1993 menyatakan bahwa kebijaksanaan pemasaran yang ditempuh saat ini tidak terlepas dari struktur pasar gula yang cenderung oligopoli, dimana tebu dihasilkan oleh jutaan petani sedangkan jumlah pabrik gula hanya puluhan. Hal ini menunjukkan pelaku pasar yang kuat lebih mudah mengontrol supply gula. Kondisi pemasaran gula di Indonesia mempunyai karakteristik yang kurang mendukung stabilitas harga, yaitu; 1 produksi gula dalam negeri belum seimbang dengan kebutuhan konsumen; 2 produksi yang bersifat musiman; 3 distribusi yang memerlukan biaya yang relatif tinggi. Amang 2003 Jika kondisi gula seperti ini maka kebijaksanaan pemasaran gula memiliki peranan yang penting dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam distribusi gula. Oleh karena itu, dalam melakukan pemasaran gula terdapat lembaga pemasaran yang menyalurkan gula sampai ketangan konsumen yang melibatkan beberapa pelaku pasar seperti produsen, distributor, dan pengecer.

2.2. Penerapan SCP Market Structure, Market Conduct, Market