Penerapan SCP Market Structure, Market Conduct, Market

15 Amang 1993 menyatakan bahwa kebijaksanaan pemasaran yang ditempuh saat ini tidak terlepas dari struktur pasar gula yang cenderung oligopoli, dimana tebu dihasilkan oleh jutaan petani sedangkan jumlah pabrik gula hanya puluhan. Hal ini menunjukkan pelaku pasar yang kuat lebih mudah mengontrol supply gula. Kondisi pemasaran gula di Indonesia mempunyai karakteristik yang kurang mendukung stabilitas harga, yaitu; 1 produksi gula dalam negeri belum seimbang dengan kebutuhan konsumen; 2 produksi yang bersifat musiman; 3 distribusi yang memerlukan biaya yang relatif tinggi. Amang 2003 Jika kondisi gula seperti ini maka kebijaksanaan pemasaran gula memiliki peranan yang penting dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam distribusi gula. Oleh karena itu, dalam melakukan pemasaran gula terdapat lembaga pemasaran yang menyalurkan gula sampai ketangan konsumen yang melibatkan beberapa pelaku pasar seperti produsen, distributor, dan pengecer.

2.2. Penerapan SCP Market Structure, Market Conduct, Market

Performance dalam Analisis Sistem Pemasaran Yuprin 2009 melakukan penelitian analisis pemasaran karet di Kabupaten Kapuas. Penelitian ini menggunakan konsep SCP. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1 saluran pemasaran karet terdiri dari enam macam dan dapat diidentifikasi satu macam saluran terbaik, yaitu petani–pedagang kecamatan–eksportir. Saluran ini digunakan oleh sedikit petani di daerah penelitian, berarti hanya sedikit petani yang memiliki aksesibilitas baik terhadap eksportir. Petani sebagian besar memasarkan karet melalui saluran pemasaran yang dikategorikan sedang, yaitu petani–pedagang desa–pedagang kabupaten– 16 eksportir. Saluran ini terpaksa digunakan, karena petani sudah terikat dengan pedagang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya; 2 struktur pasar di tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten bersifat oligopsoni konsentrasi sedang yang menunjukkan bahwa pedagang memiliki tingkat kekuasaan yang sedang dalam mempengaruhi pasar. Struktur pasar di tingkat eksportir adalah monopsoni yang menunjukkan adanya kekuasaan tunggal ekportir dalam mempengaruhi pasar; 3 perilaku pasar ditunjukkan dengan tidak sempurnanya keterpaduan harga karet pada pasar yang satu dengan harga karet pada pasar yang lain, baik secara horisontal maupun vertikal; dan 4 penampilan pasar ditunjukkan dengan marjin pemasaran yang relatif besar dan didominasi oleh share keuntungan yang besar dan tidak merata. Hal ini menunjukkan bahwa pemasaran hasil karet tidak efisien, sehingga merugikan pedagang tingkat bawah dan petani yang berposisi paling bawah. Apabila ditinjau dari segi produksi karet di tingkat petani, perilaku dan penampilan pasar karet yang merugikan pedagang di tingkat bawah dan petani yang berposisi paling bawah disebabkan kualitas laboratorium yang di bawah standar. Struktur, perilaku, dan penampilan pasar yang terjadi sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, menyebabkan pedagang lebih banyak menikmati keuntungan dan share harga yang diterima petani relatif lebih kecil. Fadla 2008 menganalisis integrasi pasar dalam mengukur efisiensi pemasaran komoditas beras, kacang tanah kupas, dan kedelai kuning di Propinsi NAD Nangroe Aceh Darussalam. Dengan menggunakan model ekonometrika dalam analisis integrasi pasar secara horizontal, vertikal, jangka pendek dan jangka panjang, serta dari hasil analisis SCP, Hasil analisis dengan pendekatan SCP menunjukkan terjadinya inefisiensi dalam sistem pemasaran komoditas 17 pangan beras, kacang tanah, dan kedelai kuning hal ini disebabkan juga faktor sosial politik yang tidak kondusif di Propinsi yang sangat mempengaruhi keadaan pasar dan perekonomian masyarakat. Hasil analisis elastisitas transmisi harga menunjukan rata-rata koefisien elastisitas harga tergolong dalam kategori yang elastis. Artinya di daerah penelitian, perubahan harga di tingkat pasar konsumen selalu diikuti dengan perubahan harga di tingkat pasar produsen yang lebih besar, dimana pasar produsen lebih berperan dari pada pasar konsumen dalam mengendalikan harga. Hal ini menunjukkan proporsi keuntungan yang lebih besar diperoleh pedagang di pasar tingkat produsen. Analisis integrasi pasar dan efisiensi pemasaran dengan pendekatan SCP belum memberikan hasil yang memuaskan, dikarenakan penelitian hanya menggunakan data sekunder. Sri Haryanto 2004 menganalisis sistem pemasaran apel manalagi Malus sylvestris Mill di Kota Batu Propinsi Jawa Timur. Struktur pasar yang terjadi cenderung oligopsoni. Informasi harga 59 dipengaruhi oleh pedagang yang berpegaruh dan proses pemasaran apel manalagi pada tingkat lembaga dilakukan melalui jalur khusus 50-72.2 . Selain itu terdapat kesulitan masuk pasar bagi pedagang baru. Perilaku pasar khususnya dalam penentuan harga antara penjual dan pembeli dilakukan secara terbuka. Namun proses penentuan harga lebih dominan dipengaruhi oleh informasi harga yang berasal dari sesama pedagang dan pedagang yang berpengaruh. Dalam hal ini pemasaran cenderung kurang efisien. Distribusi margin yang paling tinggi berada pada pedagang pengecer. Namun, pengecer menanggung resiko kerusakan dan biaya lain yang cukup tinggi. Hasil analisis menunjukkan perbandingan keuntungan dan biaya produksi yang dikeluarkan petani adalah 1.21 maka apel manalagi dikatakan layak secara efisien. 18 Analisis elastisitas transmisi harga menunjukkan elastisitas lebih kecil dari satu. Artinya perubahan nisbi harga pada pasar pelaku yang dipengaruhi tidak akan melebihi perubahan nisbi harga di tingkat pelaku pasar acuan yang mempengaruhi. Hasil analisis integrasi pasar vertikal menunjukkan bahwa secara umum pada setiap tingkatan proses pemasaran terjadi integrasi jangka pendek dan tidak terjadi integrasi jangka panjang. Oleh karena itu, dikatakan bahwa perubahan harga di pasar lokal tidak diikuti oleh perbedaan harga di tingkat pasar acuan. Hukama 2003 menganalisis pemasaran jambu mete dengan menggunakan SCP. Pemasaran jambu mete belum efisien karena saluran pemasaran masih panjang dan melibatkan banyak pelaku pemasaran. Struktur pasar yaitu oligopsoni. Keuntungan sebagian besar diambil oleh pedagang. Analisis keterpaduan pasar dominasi pedagang besar dalam penetapkan harga di petani sebagai penerima harga. Kurniawan 2003, yang meneliti kelembagaan pemasaran gaharu di Kalimantan Timur menggunakan pendekatan SCP untuk menganalisis perilaku usaha pengumpul dan pedagang gaharu. Sedangkan untuk mengetahui karakteristik kelembagaan pemasaran gaharu dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk kelembagaan yang diterapkan dalam kelembagaan pemasaran gaharu adalah sistem patron-klien, struktur pasar gaharu baik di tingkat kelembagaan pengumpul desa, maupun pedagang gaharu kota adalah oligopsoni. Hasil lain yang dikemukakan adalah tidak seluruh patron pedagang dapat mengambil keuntungan dalam pemasaran gaharu. Perilaku patron cenderung eksploitatif kepada kliennya sehingga klien yang merasa 19 dirugikan akan merespon dengan mengurangi loyalitasnya kepada patron dimana perilaku ini menimbulkan moral hazard dalam kelembagaan gaharu. Berbeda halnya dengan Slameto 2003 yang menganalisis kinerja kelembagaan pemasaran kakao rakyat di Lampung dengan menggunakan SCP. Struktur pasar cenderung oligopoli. Harga ditentukan pedagang dan belum dipatuhinya grading dan standarisasi produk. Keragaan pasar kakao belum baik karena hubungan pasar lokal dan pasar acuan kurang padu sehingga harga tidak tertransmisi dengan baik. Yusrachman 2001, menganalisis sistem pemasaran ikan segar di PPI Muara Angke Jakarta. Hasil analisis menunjukkan bahwa struktur pasar yang berlaku yaitu pasar tidak bersaing sempurna oligopsoni. Penyebaran margin belum efisien karena marjin pada setiap lembaga pemasaran tidak merata. Pedagang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi harga yang terjadi pasar. Hal ini menunjukkan pemasaran yang tidak efisien. Andrias et al 2003 melakukan penelitian analisis tataniaga dan pilihan kelembagaan pemasaran tembakau di Kabupaten Temanggung. Hasilnya menunjukkan bahwa perilaku pasar tembakau ditentukan oleh konsumen yaitu perusahaan rokok dan pedagang besar. Struktur pasar yang terbentuk oligopsoni. Distribusi keuntungan tidak merata. Maka, pemasaran tembakau di kabupaten Tembakau belum efisien. Triyono 2000 melakukan penelitian perkembangan posisi tawar petani dalam pemasaran damar mata kucing di Lampung. Hasilnya menunjukkan perilaku pasar cenderung efisien namun struktur pasar belum dalam kondisi persaingan 20 sempurna. Hal ini dikarenakan adanya hambatan masuk. Secara umum, pemasaran yang dilakukan belum efisien. Referensi yang telah diperoleh dapat membantu penulis dalam melakukan analisis dalam penelitian ini. Penelitian sistem pemasaran gula yang dilakukan oleh beberapa sumber dapat disimpulkan bahwa sistem pemasaran gula dapat berjalan efisien jika seluruh lembaga pemasaran yang terlibat melakukan fungsi pemasaran yang sesuai dan melakukan kegiatan pemasaran secara fair. Penerapan SCP dalam analisis sistem pemasaran yang telah dilakukan beberapa sumber menghasilkan kesimpulan umum bahwa sistem pemasaran akan efisien jika memenuhi indikator-indikator SCP dalam suatu pasar. 21

III. KERANGKA PEMIKIRAN