BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kukang jawa Nycticebus javanicus menurut Napier dan Napier 1967
1985 dan Rowe 1996 dalam Winarti 2011 mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Sub Kelas : Eutheria
Ordo : Primata
Sub Ordo : ProsimiiStrepsirrhini
Infra Ordo : Lemuriformes
Super Famili : Loroidea
Famili : Loridae f
Genus : Nycticebus
Spesies : Nycticebus javanicus Geoffroy 1812
Menurut Nursahid dan Purnama 2007 ada delapan genus dari 14 spesies kelompok keluarga loris lambat yang di Indonesia dikenal dengan satwa ‘pemalu’,
diantaranya satu dari delapan genus tersebut yaitu Kukang atau Nycticebus yang terdiri dari lima spesies yaitu Nycticebus coucang, Nycticebus javanicus,
Nycticebus menagensis, Nycticebus pygmaeus, dan Nycticebus bengalensis. Tiga di antara lima kukang hidup di Indonesia yaitu kukang malaya Nycticebus
coucang di Sumatera dan pulau-pulau sekitarnya, kukang borneo Nycticebus menagensis di Kalimantan, dan kukang jawa Nycticebus javanicus di Pulau
Jawa Winarti 2011. Kukang jawa Nycticebus javanicus merupakan satwa primata primitif
yang tidak berekor, bersifat nokturnal aktif di malam hari, dan arboreal tinggal di atas pohon Winarti 2011. Primata ini memiliki retikulum khusus dalam
tangan dan kakinya yang menghasilkan asam laktat yang membantu Gambar 2 Kukang
jawa
.
memungkinkan mereka untuk mencengkeram dengan tangan dan kaki selama berjam-jam. Ibu jari dan jempol kaki memiliki permukaan yang kasar dan tegak
lurus dengan jari-jari lainnya sehingga terbentang jarak yang jauh antara ibu jari dengan jari-jari yang lainnya Nowak 1999.
Kuku pada jari kedua kaki belakangnya berbentuk lebih seperti cakar dan digunakan untuk menggaruk. Tepat setelah menggaruk, satwa ini biasanya
menjilati tubuhnya Tenaza et al. 1969. Kukang memiliki 36 buah gigi dimana keempat gigi seri dan kedua taring rahang bawah letaknya datar dan sejajar
berbentuk seperti sisir yang berfungsi untuk grooming dan memakan makanan khusus seperti keong pohon serta tulang lidah yang agak tebal dan berwarna putih
dengan ujung lidah bergerigi dan nostril cuping hidung agak basah Lekagul dan Mc Neely 1977. Alterman 1995 menyatakan bahwa spesies ini memiliki air liur
yang beracun dan digunakan dalam pertahanan terhadap pemangsa dimana induk kukang akan menyebarkan racun pada anaknya dengan menggunakan gigi
sisirnya. Menurut Choudhury 1992 terdapat sebuah lingkaran coklat berbentuk
seperti cincin di mata kukang dengan rambut pada wajah yang berwarna coklat pucat hingga keputihan dan tanda dengan warna yang lebih gelap. Kepala dan
bahu yang kemungkinan memiliki warna abu-abu, krem atau putih keperakan. Sisi dorsal yang berwarna coklat kemerahan hingga abu-abu dalam warna tersebut.
Sisi-sisi tubuh dan bagian bawah spesies ini berwarna karat atau abu-abu dan yang paling khas dari satwa jenis ini yaitu ada garis punggung coklat yang membentang
dari bagian atas kepala hingga ke belakang. Massa tubuh rata-rata untuk seekor Loris lambat jantan dewasa adalah
sekitar 670-1300 gram dan bagi betinanya yaitu sekitar 626-1200 gram Barrett, 1984 dengan panjang badannya yaitu sekitar 25-40 cm serta panjang ekornya 10-
20 mm Lekagul dan Mc Neely 1977. Kukang betina memiliki dua pasang kelenjar susu, yang satu ada di dada dan yang lainnya ada di bagian depan
perutnya abdomen Izard et al. 1988. Asnawi 1991 menyatakan bahwa kukang jantan mempunyai bentuk wajah yang agak segitiga, sedangkan betina
cenderung berwajah lebih bulat dan berukuran lebih kecil. Ciri morfologi kukang jawa berdasarkan taksonominya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1 Ciri morfologi kukang jawa
Klasifikasi Ciri
Kerajaan Animalia
Hewan Filum
Chordata Bertulang belakang
Kelas Mamalia
Menyusui, memiliki rambut hampir di seluruh tubuh Ordo
Primata Mata binokuler dan streoskopis, kapasitas otak yang relatif
besar, berkuku dan mampu menggenggam Sub Ordo
Strepsirhine Prosimian
Nokturnal dan memiliki tapetum lucidum, tooth coomb, toilet claw, dan rhinarium
Famili Loridae
Arboreal, memiliki ibu jari opposite atau berseberangan dengan keempat jari lainnya, bergerak lamban dengan
lokomosi quadrupedal bergerak berpindah dengan empat anggota gerak tanpa leaping meloncat, cantilevering
berpindah tempat dengan cara meregangkan tubuh, serta metabolisme basal yang rendah, masa bunting yang lama,
infan lahir dengan berat yang ringan, masa menyusui yang lama, dan adanya perilaku infant parking
Genus Nycticebus
Memiliki ukuran tubuh yang lebih besar daripada Loris sp. Spesies
N. javanicus Memiliki pola garpu di wajah yang paling jelas dibandingkan
dengan genus Nycticebus lainnya, dan memiliki frosting rambut warna putih pada bagian leher
Sumber: Napier Napier 1967, 1985; Rowe 1996; Schulze 2003d; Nekaris Bearder 2007 dalam Winarti 2011.
2.2 Penyebaran dan Habitat