Tabel 3 Pembagian kawasan hutan Konawe Selatan bedasarkan fungsi lahan
Tahun 2003 Fungsi Lahan
Ha 1. Kawasan Hutan
212.097 50.38
a. Kawasan Suaka dan Pelestarian Alam 79.540
37.5 b. Hutan Lindung
42.759 20.2
c. Hutan Produksi Terbatas 3.705
1.7 d. Hutan Produksi Biasa
86.093 40.6
e. Hutan Produksi Yang Dapat Dikonservasi
2. Kawasan Budidaya Non Kehutanan 208.909
49.62 Jumlah 421.006
100
Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe Selatan 2003 dalam Koperasi Hutan Jaya Lestari 2005
Petani jati dalam KHJL memiliki satu hingga beberapa plot yang berkisar antara 0,1 hingga 1 hektar. Kawasan jati dewasa merupakan tegakan monokultur
dan tegakan campuran, misal disela dengan tanaman coklat, lada, kopi, kacang mede, sagu dan berbagai pohon buah. Kawasan yang baru ditanami sekarang sering
ditanam bersamaan dengan tanaman pangan misalnya seperti singkong, jagung, padi kering, cabe. Petani jati juga memiliki sawah, ternak khususnya sapi Koperasi
Hutan Jaya Lestari 2005.
4. 5. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Berdasarkan hasil sensus tahun 2005, penduduk yang berusia 10 tahun keatas berjumlah sekitar 75,09 yang terdiri dari angkatan kerja yang bekerja
59,85 dan yang mencari kerja sebesar 40,15 Pemerintah Propinsi Sulawesi Tenggara 2006.
Jenis komoditi yang diperdagangkan di Kab. Konawe Selatan adalah hasil produksi sektor pertanian yang meliputi tanaman bahan makanan, perkebunan,
peternakan, perikanan dan kelautan. Volume ekspor tahun 2004 mencapai 18.858.214 US. Sekitar 52.89 atau sebesar 9.974.613 US adalah hasil
pertanian, 46.90 atau 8.845.567 US merupakan hasil kayu dan 0.20 atau 38.034 US merupakan hasil rotan Pemerintah Propinsi Sulawesi Tenggara 2006.
4. 6. Sejarah Singkat Perolehan Sertifikasi
Koperasi Hutan Jaya Lestari KHJL merupakan unit usaha pengelolaan hutan yang mengelola hutan tanaman jati berskala kecil di Kabupaten Konawe
Selatan, Sulawesi Tenggara. Pada bulan Juni tahun 2004 KHJL menandatangani Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding MoU dengan Tropical
Forest Trust TFT. TFT memfasilitasi KHJL untuk memperoleh serftifikat FSC, juga membantu dalam penjualan kayu jati yang mereka produksi. Dengan pendampingan
oleh JAUH-Sultra, sebuah LSM lokal pemerhati lingkungan dan pemberdayaan
masyarakat, dan TFT, KHJL berhasil memperoleh sertifikasi untuk pengelolaan hutan secara lestari pada tanggal 20 Mei 2005. Uji sertifikasi dilakukan oleh SmartWood,
sebuah organisasi dunia anggota Forest Stewardshift Council FSC, organisasi jaringan international yang mempromosikan manajemen hutan dan menaruh
perhatian pada pengelolaan hutan secara lestari. Penilaian dilakukan terhadap aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Dengan
mendapatkan sertifikasi ini KHJL menerima pengakuan sekaligus kehormatan sebagai koperasi pertama untuk ketegori koperasi milik masyarakat di Asia Tenggara
yang berhasil mendapatkan sertifikasi FSC. Sertifikat ini adalah untuk kelompok Hutan yang dikelola dengan intensitas kecil dan rendah Small and Low Intensity
Managed Forests, SLIMFs. Tanaman jati yang dikelola oleh KHJL adalah milik petani-petani pemilik
lahan sebagai anggota koperasi. Sejak diresmikan pada tahun 2003, KHJL telah mampu menjual kayu persegian sejumlah 1-2 kontainer per bulan dengan volume
masing-masing sekitar 18 m³. Kayu-kayu tersebut umumnya dibeli oleh perusahaan- perusahaan furnitur dari Jawa dengan harga tinggi karena sertifikat SLIMF FSC yang
telah dimiliki KHJL sejak tahun 2005. Hingga data terakhir saat tulisan ini dibuat, luasan hutan yang dikelola telah mencapai 657 ha dengan unit pengelolaan sejumlah
25 unit.
4. 7. Sistem Pemanenan Jati