5. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat 6. Sejarah Singkat Perolehan Sertifikasi

Tabel 3 Pembagian kawasan hutan Konawe Selatan bedasarkan fungsi lahan Tahun 2003 Fungsi Lahan Ha 1. Kawasan Hutan 212.097 50.38 a. Kawasan Suaka dan Pelestarian Alam 79.540 37.5 b. Hutan Lindung 42.759 20.2 c. Hutan Produksi Terbatas 3.705 1.7 d. Hutan Produksi Biasa 86.093 40.6 e. Hutan Produksi Yang Dapat Dikonservasi

2. Kawasan Budidaya Non Kehutanan 208.909

49.62 Jumlah 421.006

100 Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe Selatan 2003 dalam Koperasi Hutan Jaya Lestari 2005 Petani jati dalam KHJL memiliki satu hingga beberapa plot yang berkisar antara 0,1 hingga 1 hektar. Kawasan jati dewasa merupakan tegakan monokultur dan tegakan campuran, misal disela dengan tanaman coklat, lada, kopi, kacang mede, sagu dan berbagai pohon buah. Kawasan yang baru ditanami sekarang sering ditanam bersamaan dengan tanaman pangan misalnya seperti singkong, jagung, padi kering, cabe. Petani jati juga memiliki sawah, ternak khususnya sapi Koperasi Hutan Jaya Lestari 2005.

4. 5. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Berdasarkan hasil sensus tahun 2005, penduduk yang berusia 10 tahun keatas berjumlah sekitar 75,09 yang terdiri dari angkatan kerja yang bekerja 59,85 dan yang mencari kerja sebesar 40,15 Pemerintah Propinsi Sulawesi Tenggara 2006. Jenis komoditi yang diperdagangkan di Kab. Konawe Selatan adalah hasil produksi sektor pertanian yang meliputi tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan. Volume ekspor tahun 2004 mencapai 18.858.214 US. Sekitar 52.89 atau sebesar 9.974.613 US adalah hasil pertanian, 46.90 atau 8.845.567 US merupakan hasil kayu dan 0.20 atau 38.034 US merupakan hasil rotan Pemerintah Propinsi Sulawesi Tenggara 2006.

4. 6. Sejarah Singkat Perolehan Sertifikasi

Koperasi Hutan Jaya Lestari KHJL merupakan unit usaha pengelolaan hutan yang mengelola hutan tanaman jati berskala kecil di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Pada bulan Juni tahun 2004 KHJL menandatangani Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding MoU dengan Tropical Forest Trust TFT. TFT memfasilitasi KHJL untuk memperoleh serftifikat FSC, juga membantu dalam penjualan kayu jati yang mereka produksi. Dengan pendampingan oleh JAUH-Sultra, sebuah LSM lokal pemerhati lingkungan dan pemberdayaan masyarakat, dan TFT, KHJL berhasil memperoleh sertifikasi untuk pengelolaan hutan secara lestari pada tanggal 20 Mei 2005. Uji sertifikasi dilakukan oleh SmartWood, sebuah organisasi dunia anggota Forest Stewardshift Council FSC, organisasi jaringan international yang mempromosikan manajemen hutan dan menaruh perhatian pada pengelolaan hutan secara lestari. Penilaian dilakukan terhadap aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Dengan mendapatkan sertifikasi ini KHJL menerima pengakuan sekaligus kehormatan sebagai koperasi pertama untuk ketegori koperasi milik masyarakat di Asia Tenggara yang berhasil mendapatkan sertifikasi FSC. Sertifikat ini adalah untuk kelompok Hutan yang dikelola dengan intensitas kecil dan rendah Small and Low Intensity Managed Forests, SLIMFs. Tanaman jati yang dikelola oleh KHJL adalah milik petani-petani pemilik lahan sebagai anggota koperasi. Sejak diresmikan pada tahun 2003, KHJL telah mampu menjual kayu persegian sejumlah 1-2 kontainer per bulan dengan volume masing-masing sekitar 18 m³. Kayu-kayu tersebut umumnya dibeli oleh perusahaan- perusahaan furnitur dari Jawa dengan harga tinggi karena sertifikat SLIMF FSC yang telah dimiliki KHJL sejak tahun 2005. Hingga data terakhir saat tulisan ini dibuat, luasan hutan yang dikelola telah mencapai 657 ha dengan unit pengelolaan sejumlah 25 unit.

4. 7. Sistem Pemanenan Jati