V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5. 1. Pemanfaatan Hasil Tebangan 5. 1. 1. Kayu yang Dimanfaatkan
KHJL memproduksi kayu persegian dari sortimen kayu bulat yang berasal dari bagian batang utama dan batang atas. Panjang sortimen kayu bulat yang
dimanfaatkan berkisar antara 110 – 210 cm dan diameter rata-rata adalah 38,25 cm termasuk kulit, dengan diameter terbesar adalah 57 cm dan diameter terkecil 19,5
cm Gambar 7.
Gambar 7 Sortimen kayu bulat yang dimanfaatkan dan kayu sisa. Sortimen batang dengan diameter yang lebih kecil tidak dimanfaatkan dan
ditinggalkan di lokasi tebang dalam kondisi menyatu dengan tajuk. Bagian inilah yang disebut dengan kayu sisa. Rata-rata jumlah sortimen kayu persegian yang
dihasilkan per pohon adalah 5,43 batang 0,39 m³ dengan volume rata-rata per sortimen 0,07 m³.
5. 1. 2. Kayu Sisa
Karena tidak adanya pemanfaatan tajuk oleh KHJL, sebagian besar kayu sisa batang atas, cabang dan ranting masih berada dalam kondisi menyatu. Kondisi
ini tidak diperkirakan sebelumnya, sehingga metode pengukuran harus sedikit disesuaikan. Berdasarkan metode awal, sortimen kayu sisa yang ditemukan di
lapangan hanya diukur dimensinya saja, namun setelah mempertimbangkan kondisi kayu sisa di lapangan, maka dilakukan juga simulasi pembagian sortimen. Mula-mula
kelilingdiameter pangkal sortimen diukur, kemudian ditentukan kelas diameternya, lalu sortimen dibagi dengan memberikan torehan pada kulit menurut batasan
panjang terpendek dalam kelas diameter tersebut. Hal ini dilakukan terus sampai
19,5 cm 57 cm
Kayu sisa Kayu yang dimanfaatkan
Kayu sisa
pada batas bawah dari kelas diameter, kemudian dilanjutkan untuk kelas diameter berikutnya.
Volume total 30 pohon termasuk kulit berdasarkan pengukuran sampai diameter 3 cm adalah 34,98 m³ dengan nilai rata-rata per pohon 1,17 m³. Sejumlah
23,32 m³ 66,57 berupa kayu sisa dan kulit yang belum termanfaatkan dengan nilai rata-rata per pohon 0,78 m³. Volume terbesar berasal dari sebetan dengan nilai
8,26 m³ dan presentase dari total kayu sisa sebesar 35,44 dan volume terkecil berasal dari tunggak yaitu 0,73 m³ 3,12. Tingginya presentase kayu sisa
disebabkan oleh pemanfaatan kayu yang hanya sampai pada ukuran yang dibutuhkan untuk pembuatan kayu persegian. Data masing-masing jenis kayu sisa
dan kulit disajikan oleh Tabel 4. Tabel 4 Kuantifikasi kayu dan kulit sisa penebangan jati di Koperasi Hutan Jaya
Lestari
Jenis Limbah Parameter
Tunggak Pot.
Pendek Batang
Atas Cabang
Ranting Sebetan Kulit Total
Volume m³ 0,72 1,22
2,49 3,45 8,26 7,17
23,32 Presentase
3,12 5,21 10,68
14,79 35,44 30,75
100
Kayu sisa penebangan yang masih berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sortimen kayu bulat berdasarkan SNI 01-5007.17-2001 dan SNI 01-5007.1-2003
yaitu sejumlah 4,89 m³ yang merupakan 17,59 dari volume pohon tanpa kulit dan terdiri dari batang atas, potongan pendek dan cabang dan ranting dengan jumlah
total 634 sortimen. Jumlah ini didominasi oleh kelas diameter 7 cm, 4 cm dan 10 cm yang sebagian besar berupa cabang dan ranting.
Tabel 5 Perbandingan persentase kayu sisa pemanenan jati di KHJL dengan KPH Banyuwangi Utara Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.
Persentase Lokasi Jenis
Pohon Komersial Limbah Total
KHJL Tectona grandis
33,43 66,57 100 BKPH Ketapang KPH BWU
Tectona grandis KU II 82,23 17,77 100
BKPH Ketapang KPH BWU Tectona grandis KU III
68,79 31,21 100 BKPH Watudodol KPH BWU Tectona grandis KU IV
79,99 20,01 100 BKPH Watudodol KPH BWU Tectona grandis KU V
78,29 21,71 100 Sumber: Anggoro 2007. Nilai kayu sisa dihitung untuk semua sortimen dengan diameter
≥ 4 cm
Dapat dilihat dalam Tabel 5, potensi kayu sisa penebangan jati yang didapatkan di KHJL jauh lebih besar bila dibandingkan dengan kayu sisa yang terjadi
di KPH Banyuwangi Utara, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Perbedaan yang besar ini terutama disebabkan oleh perbedaan dalam aturan pembagian batang
bucking policy. Perum Perhutani menghasilkan sortimen dalam bentuk kayu bulat, sehingga kegiatan pembagian batang tidak menghasilkan kayu sisa sebetan seperti
yang terjadi di KHJL. Sementara berdasarkan pengamatan di lapangan, kayu sisa sebetan merupakan kayu sisa dengan presentase terbesar dari seluruh jenis kayu
sisa. Bila dianalogikan KHJL memanfaatkan sortimen dalam bentuk kayu bulat, maka kayu sisa yang terjadi adalah sebesar 31,25. Nilai ini tidak berbeda jauh
dibandingkan dengan Perum Perhutani, mengingat batas bawah diameter sortimen yang digunakan oleh Anggoro 2007 adalah
≥ 4 cm. Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh sistem penebangan yang tidak jauh berbeda antara KHJL dan
Perum Perhutani. Keduanya sama-sama menerapkan sistem semi mekanis dalam rangkaian kegiatannya, dan alat yang digunakan untuk menebang pun sama, yaitu
chainsaw.
5. 1. 2. 1. Kayu Sisa Tunggak