7. 2. Pembuatan Kayu Persegian 7. 3. Penomoran Lacak Balak 7. Penyaradan, Pemuatan dan Pengangkutan

oleh chainsawman dalam membagi batang. Saat pembagian batang, bagian-bagian kayu yang memiliki cacat dibuang karena akan mengurangi kualitas sortimen yang dihasilkan

4. 7. 2. Pembuatan Kayu Persegian

Kegiatan selanjutnya adalah pembuatan kayu persegian Gambar 5a. Kayu persegian Gambar 5b ini dibentuk menurut klasifikasi sortimen kayu persegian yang ditetapkan oleh KHJL dengan didasarkan pada keinginan pembeli kayu yang telah melakukan kontrak dengan KHJL. Klasifikasi yang digunakan adalah: a. Lebar 13 cm – 14 cm, panjang ≥ 110 cm, ≥ 210 cm. b. Lebar 15 cm – 19 cm, panjang ≥ 110 cm, ≥ 210 cm. c. Lebar ≥ 20 cm, panjang ≥ 210 cm Gambar 5 Proses pembuatan kayu persegian a dan kayu persegian b. Dalam pelaksanaannya, kadangkala pembuatan kayu persegian dilakukan per satu pohon, maksudnya, setelah satu pohon ditebang, kemudian dilakukan pencabangan, pengukuran dan pembagian batang, lalu langsung dipotong menjadi kayu persegian. Adakalanya juga beberapa pohon ditebang dan dibagi batangnya terlebih dahulu, baru kemudian dilakukan pemotongan kayu persegian untuk semua sortimen tersebut sekaligus. Hal ini tergantung kepada kebijaksanaan dari chainsawman yang bersangkutan. b a 0125414 KHJL-HM-24- 1 Tunggak 1216 2. S 1 KHJLHM 1-24-1 1216 48 – 32 225 Pangkal balok Ujung balok

4. 7. 3. Penomoran Lacak Balak

Sebagai komitmen dari sertifikasi SLIMFs Small and Low Intensity Managed Forests yang telah didapatkan, KHJL diwajibkan melaksanakan sistem lacak balak. Sistem ini bertujuan memudahkan pelacakan jejak sumber kayu untuk memastikan legalitasnya. Setelah kegiatan penebangan selesai dan sebelum kayu persegian disarad, dilakukan penomoran pada pangkal dan ujung kayu. Tim grading membubuhkan nomor pada penampang kayu dan penampang tunggak. Nomor pada kayu persegian berisi informasi nomor anggota pemilik tegakan, nomor unit, nomor lahan, nomor pohon, nomor sortimen, urutan potongan, dan ukuran dimensinya. Nomor pada tunggak berisi informasi nomor anggota, nomor unit, nomor lahan, nomor pohon, tinggi bebas cabang dan diameter pohon Gambar 6. Gambar 6 Penomoran pada tunggak dan kayu persegian. 4. 7. 4. Penyaradan, Pemuatan dan Pengangkutan Kayu-kayu yang telah dibubuhkan nomor kemudian disarad ke lokasi TPn. Penyaradan yang diterapkan oleh KHJL menggunakan metode manual, yaitu menggunakan tenaga manusia sebagai penyarad. Biaya sarad ditanggung oleh pemilik kayu, dan para penyarad yang disewa biasanya berasal dari desa-desa di sekitar hutan. Penyewaan tenaga kerja penyaradan biasanya menjadi hak penuh pemilik kayu, karena KHJL tidak menyediakan sumberdaya manusia untuk itu. Kegiatan penyaradan menggunakan alat-alat sederhana yaitu kayu, tali atau ban bekas sepeda. Pemilihan benda-benda tersebut karena alat tersebut ada di sekitar mereka dan mudah ditemukan. Masyarakat lebih memilih menggunakan karet ban bekas dibandingkan tali karena ban bekas lebih stabil dalam menopang beban yang besar dan tidak licin. Ada tradisi unik yang dimiliki oleh penyarad di KHJL, yaitu adanya alat berupa bantalan yang terbuat dari kain yang digulung maupun bantalan yang berisi serbuk kayu yang berfungsi sebagai pelapis antara kayu dan bahu untuk mengurangi rasa sakit saat menyarad. Umumnya 1 regu penyarad berjumlah 6 orang dan dibayar berdasarkan volume yang diangkut. Di lahan yang memiliki topografi landai, jarang timbul kendala dalam kegiatan penyaradan ini, selain cuaca yang tidak menentu. Tetapi di daerah yang topografinya lebih curam, para penyarad terkadang menemui kesulitan dalam menyarad kayu, ditambah lagi karena alat sarad yang masih sederhana. Di lapangan pernah ditemukan kayu persegian yang berukuran cukup besar nyaris ditinggalkan oleh penyarad, karena mengingat sulitnya jalur sarad dikhawatirkan apabila dipaksakan dapat menimbulkan kecelakaan bagi penyarad. Kendala ini lalu dipecahkan dengan jalan membagi kayu persegian tersebut menjadi dua bagian sejajar sumbu kayu, tetapi hal ini tentu saja menurunkan kelas kualitas kayu. Pemuatan atau loading adalah kegiatan memuat kayu persegian dari lokasi TPn ke alat angkut. Kegiatan pemuatan di KHJL menggunakan tenaga manusia, alat angkut yang dipakai berupa truk, dan biaya pemuatanangkut dari TPn ke TPK ditanggung oleh pemilik kayu. Kendala yang terjadi dalam proses pengangkutan terjadi ketika lokasi penebangan berada jauh dari akses jalan dan kondisinya berbukit sehingga menyulitkan truk untuk masuk dan mengeluarkan kayu dari TPn. Dikarenakan akses jalan pendukung yang kurang baik menyebabkan kegiatan pengangkutan sangat tergantung kepada cuaca. Pembongkaran kayu unloading dilakukan di lokasi TPK. Saat pembongkaran, seringkali kayu diturunkan dengan cara dilemparkan dari truk ke tanah. Hal ini mengakibatkan kayu-kayu bertumpuk tidak beraturan di TPK dan beberapa kayu mengalami retak pada penampangnya. Kadang susunan kayu tersebut kemudian dirapikan kembali. Kayu-kayu persegian yang telah dipilih untuk dikirimkan ke pembeli kemudian dimuat ke dalam truk kontainer, untuk selanjutnya diturunkan di pelabuhan. Pemuatan dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia, dan biaya pemuatan sekaligus pengangkutan ke pelabuhan ditanggung oleh pihak koperasi. Proses pemuatan dilakukan secara manual dengan alat bantu sederhana yang tersedia di lokasi pemuatan. Karena terbatasnya fasilitas, tingkat keamanan dan kesehatan pekerja dalam kegiatan pemuatan kurang diperhatikan, hal tersebut terlihat dari tidak diterapkannya penggunaan alat-alat pelindung diri pada para pekerja.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. 1. Pemanfaatan Hasil Tebangan 5. 1. 1. Kayu yang Dimanfaatkan KHJL memproduksi kayu persegian dari sortimen kayu bulat yang berasal dari bagian batang utama dan batang atas. Panjang sortimen kayu bulat yang dimanfaatkan berkisar antara 110 – 210 cm dan diameter rata-rata adalah 38,25 cm termasuk kulit, dengan diameter terbesar adalah 57 cm dan diameter terkecil 19,5 cm Gambar 7. Gambar 7 Sortimen kayu bulat yang dimanfaatkan dan kayu sisa. Sortimen batang dengan diameter yang lebih kecil tidak dimanfaatkan dan ditinggalkan di lokasi tebang dalam kondisi menyatu dengan tajuk. Bagian inilah yang disebut dengan kayu sisa. Rata-rata jumlah sortimen kayu persegian yang dihasilkan per pohon adalah 5,43 batang 0,39 m³ dengan volume rata-rata per sortimen 0,07 m³.

5. 1. 2. Kayu Sisa

Karena tidak adanya pemanfaatan tajuk oleh KHJL, sebagian besar kayu sisa batang atas, cabang dan ranting masih berada dalam kondisi menyatu. Kondisi ini tidak diperkirakan sebelumnya, sehingga metode pengukuran harus sedikit disesuaikan. Berdasarkan metode awal, sortimen kayu sisa yang ditemukan di lapangan hanya diukur dimensinya saja, namun setelah mempertimbangkan kondisi kayu sisa di lapangan, maka dilakukan juga simulasi pembagian sortimen. Mula-mula kelilingdiameter pangkal sortimen diukur, kemudian ditentukan kelas diameternya, lalu sortimen dibagi dengan memberikan torehan pada kulit menurut batasan panjang terpendek dalam kelas diameter tersebut. Hal ini dilakukan terus sampai 19,5 cm 57 cm Kayu sisa Kayu yang dimanfaatkan Kayu sisa