Latar Belakang Rancang Bangun Sistem Basis Data Produksi Krisan Potong PT Alam Indah Bunga Nusantara Cianjur, Jawa Barat, Indonesia.

1 I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

PT Alam Indah Bunga Nusantara PT ABN adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang hortikultura dengan produk utamanya adalah bunga hias krisan. PT ABN termasuk produsen krisan dengan kapasitas produksi yang cukup besar yakni mencapai puluhan ribu batang bunga per hari dengan berbagai tipe dan varietas. Jumlah varietas bunga krisan yang dimiliki sebanyak 73 jenis PT ABN, 2007. Untuk mencapai hasil tersebut, PT ABN memiliki infrastruktur dan teknologi yang memadai. PT ABN memiliki rumah lindung green house dengan luasan total produktif 6,03 ha dan dibagi menjadi 24 blok untuk memudahkan dalam kegiatan perencanaan tanam, operasional, serta pengendalian. Secara keseluruhan terdapat 209 lokasi tanam yang berbeda PT ABN, 2006. Kegiatan operasional produksi bunga krisan potong melibatkan bagian- bagian dalam departemen produksi yaitu: bagian Mother Stock dan Nursery MSN, Produksi, Hama dan Penyakit tanaman HPT, Teknik, Gudang, Panen, dan Pascapanen. Bagian-bagian tersebut satu sama lain saling berinteraksi guna mendukung keberhasilan produksi bunga krisan potong agar sesuai dengan target yang telah ditetapkan perusahaan. Oleh karena itu kelancaran serta kelaikan data dan informasi yang mengalir di antara bagian terkait harus terjamin baik. Lebih dari itu, data dan informasi harus dapat diperoleh dengan waktu yang tepat dan cepat, benar dan relevan, serta jelas dan mudah dipahami. Data dan informasi yang tersedia juga harus terintegrasi dari seluruh agregat data di perusahaan. Sistem administrasi data dan informasi yang ada saat ini pada sistem produksi PT ABN masih bersifat semi manual dan terdesentralisasi pada tiap departemen. Semi manual dapat dijelaskan dalam proses daur data dan informasi yang terjadi pada sistem saat ini, yaitu: proses pengumpulan data, pengelompokan data, hingga proses distribusinya yang lebih banyak ditangani oleh manusia Purwono, 2002. Dengan pengelolaan data dan informasi demikian sangat terjadi tingkat kesalahan manusia yang dapat mengakibatkan proses pengendalian operasi kurang 2 optimal, Karena penanganan secara manual sangat bergantung pada manusia. Desentralisasi data setiap bagian memiliki pengaturan data dan informasi masing- masing berdasarkan tugas dan fungsinya juga menjadikan informasi tertentu hanya terdapat di bagian itu saja. Kondisi tersebut dapat menimbulkan redundansi serta inkonsistensi data dan informasi. Hal ini dapat berpeluang mengakibatkan tidak sinerginya antarbagian dan berakibat pada terganggunya proses produksi yang selanjutnya berpengaruh terhadap keberhasilan produksi. Redundansi atau penggandaan data terjadi manakala suatu data yang sama disimpan pada setiap bagian terdesentralisasi, sebagai contoh, data inventarisasi tanaman. Data lengkap tentang koleksi tanaman disimpan di bagian MSN, namun juga di bagian produksi. Jika terjadi perubahan data varietas tanaman di MSN, tidak secara langsung merubah data di bagian produksi dan bagian lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya inkonsistensi data, yaitu data yang sama di tiap bagian berbeda-beda. Contoh ketidaksinkronan yang pernah terjadi antara satu bagian dengan bagian yang lain dalam sistem produksi PT ABN adalah aktivitas pemanenan bunga. Seharusnya telah dilakukan oleh bagian panen karena bunga sudah matang. Panen terpaksa dilakukan oleh bagian produksi yang bukan pelaksana tugas tersebut. Dalam hal ini jika karyawan yang bertugas sedang berhalangan hadir maka dapat mengakibatkan adanya kebuntuan layanan karena tidak adanya komunikasi informasi yang tersedia untuk berkolaborasi antardepartemen. Penangangan kemudian berjalan tidak optimal dan berakibat pada penurunan kualitas produksi. Selain itu, pendokumentasian data yang manual pada buku harian karyawan, berkas-berkas, dan media fisik lainnya dapat rusak dan tercecer. Dengan demikian, perusahaan akan kesulitan melakukan proses pengolahan data, koreksi histori data sebelumnya, ataupun mengadakan penelitian lainnya. Padahal data tersebut adalah bahan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan oleh perusahaan. Akhirnya, informasi yang dihasilkan kurang memadai. Data dan informasi produksi yang tidak terpusat dan pengelolaan secara manual tersebut juga akan menyulitkan pengontrolan kegiatan operasional. Hal ini melemahkan sinergi antarpersonil dan bagian dalam sistem produksi. Misalnya, 3 apakah kegiatan operasional yang dilakukan sudah sesuai dengan standard operational procedure SOP dan jadwal kegiatan operasional, atau belum. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya perbaikan dalam manajemen administrasi data dan informasi. Saat ini manajemen data dan informasi pada PT ABN tidak memungkinkan untuk pencarian dan pengambilan data secara interaktif sesuai kebutuhan. Solusi yang dapat dilakukan adalah membangun sistem basis data untuk menunjang sistem informasi operasional produksi yang lebih terkoordinasi dan terintegrasi. Sistem tersebut untuk menangani Sistem Basis Data Produksi yang memungkinkan seluruh bagian yang terkait dengan produksi berbagi data dan informasi untuk dapat bersinergi pada rantai proses bisnis produksi krisan potong. Dengan sistem basis data tersebut dapat diperoleh jaminan kemudahan distribusi data, keseragaman data, dan standarisasi data; kontrol atas kemungkinan terjadinya redundansi; dan jaminan konsistensi, integritas, serta keamanan data Pratt dan Adamski, 1994. Penelitian ini dilakukan sebagai bagian awal dari proses pembangunan sistem informasi di PT ABN, Jawa Barat, Indonesia, yakni membangun sebuah Sistem Basis Data Produksi Krisan Potong.

B. Tujuan Penelitian