Latar Belakang Analisis Faktor Penentu Integrasi Pasar Beras di Indonesia

2 Pelaksanaan stabilisasi harga beras secara efektif sendiri menghadapi beberapa kendala. Menurut Bustaman 2003, pertama adalah karena Indonesia merupakan negara kepulauan sehingga stabilisasi harga harus dilaksanakan pada masing-masing pasar yang tersebar di seluruh Indonesia. Kedua, ketersediaan beras yang berfluktuasi akibat perbedaan periode tanam dan panen sehingga pergerakan harga beras mengikuti siklus periode panen raya dan paceklik tersebut. Ketiga, pasar konsumen yang terpisah dari daerah produksi sehingga dibutuhkan aktivitas pemasaran untuk mengirimkan produk pertanian hingga sampai ke konsumen akhir. Keempat, faktor integrasi pasar, dimana upaya stabilisasi harga akan lebih efektif dilaksanakan pada pasar-pasar yang terintegrasi dibandingkan yang tidak. Adanya integrasi pasar artinya terdapat hubungan dalam jangka pendek maupun jangka panjang antar harga pada pasar yang berbeda. Perubahan harga pada pasar yang terintegrasi akan ditransmisikan ke pasar yang lain, baik secara vertikal maupun horizontal. Integrasi vertikal berarti dalam beberapa waktu, guncangan yang terjadi terhadap harga gabah di tingkat petani pada pasar produsen akan ditransmisikan kepada harga beras di tingkat konsumen atau sebaliknya. Sementara integrasi pasar secara spasial berarti dalam beberapa waktu, guncangan harga yang terjadi pada pasar acuan akan ditransmisikan dan sampai ke pasar lain pasar konsumen yang secara geografis terpisah. Integrasi pasar antar wilayah yang tidak berjalan sempurna menyebabkan munculnya informasi yang keliru kepada produsen dan pelaku lain dalam rantai pemasaran, dan akan mengakibatkan keputusan yang keliru dalam produksi dan pemasaran. Proses transmisi harga antar pasar yang terintegrasi juga dapat memberikan gambaran mengenai efisiensi pasar. Jika pasar memberikan respon yang berbeda antara kenaikan dan penurunan harga maka transmisi harga akan berlangsung secara asimetris. Perbedaan respon tersebut terjadi karena salah satu pihak menggunakan market power dalam menentukan harga. Transmisi harga asimetris tidak diharapkan karena dapat menyebabkan penurunan kesejahteraan pelaku pasar. Informasi mengenai integrasi pasar spasial antar wilayah di Indonesia atau integrasi spasial antara pasar beras internasional dengan pasar beras domestik 3 sangat diperlukan karena dapat memberikan gambaran mengenai efisiensi pasar beras yang terjadi di Indonesia. Integrasi spasial juga dapat memberikan informasi mengenai gejolak harga di suatu wilayah dan dampaknya terhadap wilayah lain sehingga dapat digunakan sebagai langkah antisipasi untuk mencegah meluasnya fluktuasi harga. Untuk itu perlu dikaji tingkat integrasi pasar beras antar wilayah di Indonesia untuk mengetahui pengaruh suatu pasar terhadap pasar di wilayah lain. Studi mengenai tingkat integrasi antara pasar beras internasional dengan pasar beras domestik juga perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan harga di pasar beras internasional terhadap pasar beras domestik. Selain itu, integrasi pasar juga perlu diketahui untuk melihat pengaruh perubahan harga di pasar konsumen terhadap tingkat grosir atau sebaliknya. Selain mengetahui tingkat integrasi pasar, perlu diketahui pula faktor penentu integrasi pasar tersebut. Dengan mengetahui faktor penentunya maka kebijakan yang akan diterapkan, diharapkan akan dapat dilaksanakan dengan lebih efektif dan mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk itu menjadi penting untuk diteliti, integrasi pasar beras dan faktor penentu integrasi pasar beras di Indonesia agar tujuan pelaksanaan kebijakan pemerintah dalam rangka perlindungan terhadap konsumen dan juga terhadap petani produsen dapat dilaksanakan secara efektif dan tepat pada sasaran.

1.2 Perumusan Masalah

Padi merupakan tanaman musiman sehingga ketersediaan beras padi tergantung pada musim tanam. Pada bulan tertentu pasokan beras dapat melimpah panen raya, namun pada waktu-waktu lainnya dapat mengalami kekurangan paceklik. Selain itu, ketersediaan beras juga tidak merata bila dibandingkan antar wilayah di Indonesia. Hal-hal ini menimbulkan terjadinya ketimpangan produksi beras antar waktu dan antar wilayah di Indonesia. Disisi lain, kebutuhan beras cenderung meningkat seiring pertambahan penduduk. Adanya ketidakseimbangan penawaran dan permintaan beras tersebut menyebabkan pentingnya manajemen distribusi beras yang tepat untuk menjamin ketersediaan beras di masyarakat Syahroni 2001. 4 Akumulasi panen padi terdapat pada subround Januari-April mengikuti ketersediaan air pada siklus musim hujan. Sebaran produksi padi antar waktu selama setahun di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1. Sumber : BPS 2013 Gambar 1. Pola Panen Padi, Tahun 2009-2012 Produksi padi pada periode panen rendengan yaitu selama bulan Februari- April adalah lebih dari 40 persen dari total produksi setahun, sedangkan pada periode panen gadu yaitu pada bulan Juli-September hanya sekitar 20-30 persen dari total produksi setahun. Walaupun secara kuantitas, hasil panen gadu lebih sedikit dibandingkan dengan panen rendengan, namun secara kualitas hasil panen gadu relatif lebih baik karena kondisi curah hujan yang tidak setinggi musim penghujan sehingga pengeringan gabah menjadi lebih baik yang berimbas pula pada harga beras yang lebih tinggi. Selain itu biasanya, petani akan lebih banyak menyimpan hasil produksi dari periode panen gadu untuk menghadapi masa paceklik dan berakibat pada suplai beras ke pasar yang lebih kecil. Petani juga biasanya menyimpan sebagian hasil panennya sebagai modal untuk musim tanam berikutnya. Hal-hal ini yang mengakibatkan harga beras relatif lebih tinggi. Adapun ketersediaan beras antar wilayah juga tidak merata. Tidak seluruh provinsi memproduksi beras yang cukup, bila dibandingkan dengan konsumsi yang tersebar di seluruh wilayah. Produksi beras masih berpusat di pulau Jawa 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 3,000,000 Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des L ua s P ane n H a Periode 2009 2010 2011 2012