36 Hasil pengujian akar unit untuk mengetahui kestasioneran series harga beras
tingkat retail pada 26 provinsi di Indonesia pada Tabel 4  menunjukkan bahwa untuk seluruh variabel pada tingkat level, tidak terdapat cukup bukti untuk
menolak hipotesis nol memiliki akar unit, artinya data tidak stasioner pada level. Adapun pada tingkat first difference terdapat cukup bukti untuk menolak hipotesis
nol adanya akar unit pada taraf nyata 1. Hal ini mengindikasikan bahwa seluruh series harga beras tingkat retail pada 26 provinsi di Indonesia merupakan I1.
Pengujian akar unit juga dilakukan terhadap series harga beras tingkat grosir jenis IR-64 kualitas II dan kualitas III di Pasar Induk Beras Cipinang PIBC serta
harga beras internasional jenis Thailand broken 15 persen dan Vietnam broken 15 persen dengan metode ADF pada tingkat level dan pada tingkat first difference.
Hasil uji akar unit ditampilkan pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Hasil Uji Akar Unit Series Harga Beras Tingkat Grosir di Pasar
Induk Beras Cipinang PIBC dan Harga Beras Internasional
Lag Optimal
ADF Test
Lag Optimal
ADF Test
IR64_2 1
-2.26 -9.62
IR64_3 -2.00
-10.35 Thai broken  15
2 -2.96
1 -6.29
Viet broken  15 -1.71
-10.63 Variabel Series
Level First Difference
Keterangan : Panjang lag optimal berdasarkan Schwarz Info Criterion SIC, Hipotesis H : Series
memiliki akar unit nonstasioner, Nilai Kritis mengikuti Mackinnon 1996. Tanda ,  dan menunjukkan penolakan bahwa terdapat akar unit pada taraf nyata 1, 5 dan 10 untuk nilai
kritis 1 = -4.02; 5 = -3.44; and 10 = -3.14.
Hasil pengujian akar unit untuk mengetahui kestasioneran series harga beras tingkat  grosir jenis IR-64 kualitas II  dan  kualitas III  di  Pasar Induk Beras
Cipinang PIBC serta harga beras internasional jenis Thailand broken 15 persen dan Vietnam broken  15 persen pada Tabel 5  menunjukkan bahwa untuk seluruh
variabel pada tingkat level, tidak terdapat cukup bukti untuk menolak hipotesis nol memiliki akar unit, artinya data tidak stasioner pula pada level. Adapun pada
tingkat  first difference  terdapat cukup bukti  untuk menolak hipotesis nol adanya akar unit pada taraf nyata 1. Hal ini mengindikasikan bahwa seluruh series
harga beras tingkat grosir jenis IR-64 kualitas II  dan  kualitas III  di PIBC serta harga beras internasional jenis Thailand dan Vietnam merupakan I1.
37 Untuk menduga apakah suatu data bersifat stasioner atau tidak, dapat  juga
dilihat secara visual dari tren atau kecenderungan pola data tersebut. Grafik seluruh series harga beras tingkat retail pada 26 provinsi di Indonesia, harga
tingkat grosir jenis IR-64 kualitas II  dan  kualitas III  di Pasar Induk Beras Cipinang PIBC serta harga beras internasional jenis Thailand broken 15 persen
dan Vietnam broken  15 persen pada tingkat level dan first difference  secara berurutan dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.
4.1.2 Penentuan Lag Optimal
Setelah mengetahui kestasionerannya,  langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian kointegrasi untuk melihat keseimbangan yang terjadi antara
kedua harga dalam jangka panjang. Metode yang digunakan adalah Johansen Cointegration Test.  Pengujian kointegrasi Johansen berdasarkan pada model
unrestricted p-dimensional VAR lag order k.  Penentuan lag optimal  berdasarkan kriteria pemilihan pada LR yang terbesar atau pada AIC, SC, FPE atau HQ
bernilai terkecil. Lag optimal yang digunakan pada masing-masing  pengujian kointegrasi antar harga beras tingkat retail terhadap pasangan provinsi;  antara
harga beras tingkat retail pada masing-masing provinsi dengan harga beras tingkat grosir  jenis  IR-64 kualitas II  dan  kualitas III  di PIBC;  serta antara harga beras
tingkat grosir jenis IR-64 kualitas II dan kualitas III di PIBC dengan harga beras internasional Thailand broken  15 persen dan Vietnam broken  15 persen dapat
dilihat pada Lampiran 3.
4.1.3 Pengujian Kointegrasi Johansen
Hasil  pengujian kointegrasi Johansen antar harga beras tingkat retail terhadap pasangan masing-masing provinsi; antara harga beras tingkat retail pada
masing-masing provinsi dengan harga beras tingkat grosir jenis IR-64 kualitas II dan  kualitas III  di PIBC; serta antara harga beras tingkat grosir jenis IR-64
kualitas II  dan  kualitas III  di PIBC dengan harga beras internasional Thailand broken 15 persen dan Vietnam broken 15 persen menggunakan statistik uji trace
dan statistik uji maximum eigenvalue  secara  berurutan  dapat dilihat pada Lampiran  4 dan Lampiran 5.  Nilai  trace statistik  dan maximum eigenvalue  yang
lebih besar dari titik kritis pada taraf nyata tertentu, dalam hal ini α=5,
38 menunjukkan tingkat kointegrasinya. Semakin besar nilai trace statistik  dan
maximum eigenvalue maka semakin tinggi tingkat kointegrasinya.
1 Kointegrasi Pasar Beras Antar Provinsi
Dari 325 pengujian kointegrasi Johansen yang dilakukan terhadap pasangan harga beras tingkat retail pada 26 provinsi di Indonesia, berdasarkan hasil nilai
trace statistic  dari masing-masing pengujian pasangan tersebut menunjukkan bahwa terdapat 125 kointegrasi yang signifikan pada taraf nyata
α=5. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat integrasi pasar spasial antar provinsi sebesar 38.46
persen. Adapun hasil nilai statistik uji menggunakan maximum eigenvalue dari masing-masing pengujian pasangan tersebut menunjukkan bahwa terdapat 118
kointegrasi yang signifikan pada taraf nyata α=5 dan memperlihatkan bahwa
terdapat integrasi pasar spasial antar provinsi sebesar 36.31 persen. Perbedaan hasil pengujian kointegrasi Johansen tersebut adalah apabila
menggunakan statistik uji trace, maka terdapat 125 kointegrasi, kecuali di Aceh- Sulteng, Sumut-Sumbar, Sumut-Sulteng,  Jambi-NTB, Jambi-NTT, Sumsel-NTB,
Bengkulu-Jatim, Bengkulu-NTB, Lampung-DKI, Lampung-Kalsel,  DIY-Kalteng, Kaltim-Sulut,  Kalsel-Sulut,  Kalteng-Sulteng, Kalteng-Sulsel, Kalteng-Bali,
Kalteng-NTT,  dan Bali-Papua  yang  menurut statistik uji maximum eigenvalue tidak memiliki kointegrasi.  Sebaliknya, dari 118  kointegrasi yang diperoleh bila
menggunakan statistik uji maximum eigenvalue, kecuali di Sumut-Riau, Sumbar- Jambi, Sumbar-Lampung, Sumbar-NTT, Sumbar-Maluku,  Bengkulu-Maluku,
Jateng-Sulteng, DIY-Sulut, Sulteng-NTT, Sulteng-Papua, dan Sulsel-NTB  yang menurut statistik uji trace tidak memiliki kointegrasi.
Berdasarkan hasil nilai trace statistic  dan  maximum eigenvalue  yang menunjukkan bahwa terdapat integrasi pasar spasial antar provinsi sebesar 38.46
persen dan sebesar 36.31 persen, maka dapat dikatakan bahwa harga beras tingkat retail  pada  pasar  26 provinsi di Indonesia  tidak terintegrasi secara penuh. Hanya
terdapat beberapa kointegrasi yang terjadi antar pasangan provinsi, yaitu kointegrasi  antar harga beras tingkat retail di pulau Jawa,  antara provinsi
penghasil beras lainnya dengan  pasar di pulau Jawa, dan antara harga beras