meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2007 dari 17,65 juta ton produksi CPO, sebesar 11,88 juta ton diekspor atau sekitar 67,30 persen dan sisanya digunakan
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Gambar 4.5 menunjukkan bahwa pada tahun 1998 ekspor CPO Indonesia mengalami penurunan, padahal saat itu harga
CPO dunia naik yaitu mencapai rata-rata US 672ton. Hal ini terjadi akibat adanya penetapan pajak ekspor hingga mencapai 60 persen yang diberlakukan
oleh pemerintah untuk menjamin ketersediaan minyak sawit dalam negeri, karena lambannya proses penyesuaian produksi CPO untuk mengimbangi tingginya
permintaan impor dari dunia, sehingga jika dilihat pada Gambar 4.1, terjadi penurunan ekspor, sedangkan konsumsi domestik meningkat.
4.3.2. Luas Areal Kelapa Sawit Indonesia
Perkembangan luas areal kelapa sawit tahun 1980 sampai tahun 2007 dapat dilihat pada Gambar 4.2. Secara umum luas areal tanam kelapa sawit
menunjukkan trend yang meningkat setiap tahunnya. Peningkatan luas areal tanam kelapa sawit ini juga disebabkan peningkatan permintaan baik domestik
maupun ekspor dan insentif harga. Pertumbuhan rata-rata luas areal kelapa sawit selama periode mencapai 12,57 persen setiap tahunnya.
Gambar 4.2. Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit
Peningkatan luas areal kelapa sawit yang cukup signifikan dimulai dari tahun 1998. Hal ini terjadi karena ketika krisis ekonomi 1998 mengakibatkan nilai
tukar rupiah terhadap dollar terdepresiasi, sehingga harga untuk ekspor CPO meningkat. Peningkatan harga ekspor CPO merupakan intensif bagi petani untuk
meningkatkan produksi CPO dengan menambah luas areal perkebunan kelapa sawit, sehingga pada tahun 1998 luas areal kelapa sawit mencapai 3,56 juta hektar
atau terjadi peningkatan luas areal sebesar 637,90 ribu hektar dari tahun 1997 yang mencapai 2,92 juta hektar Ditjenbun, 2009.
4.3.3. Harga Domestik CPO
Harga domestik CPO dari tahun 1998 sampai 2007 cenderung mempunyai trend
yang meningkat seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.3. Tetapi harga domestik mengalami peningkatan yang tajam ketika tahun 1998, yaitu saat terjadi
krisis ekonomi. Keadaan krisis menyebabkan nilai tukar rupiah terdepresiasi, sehingga ekspor CPO menjadi sangat menguntungkan bagi produsen.
2,000,000 4,000,000
6,000,000 8,000,000
1980 1982
1984 1986
1988 1990
1992 1994
1996 1998
2000 2002
2004 2006
Lu a
s Ar
ea l
Kel a
p a
Sa wi
t
In d
o n
es ia
h a
Sumber: Ditjenbun, 2009 diolah
Gambar 4.3. Perkembangan Harga Domestik CPO Peningkatan harga ekspor juga mendorong peningkatan harga domestik
karena jika harga domestik tidak meningkat, peningkatan volume ekspor akan semakin tinggi dan dapat mengganggu persediaan CPO dalam negeri. Tetapi
kemudian pada tahun berikutnya harga domestik mengalami penurunan seiring terjadinya penurunan pada harga CPO dunia.
2000 4000
6000 8000
1980 1982
1984 1986
1988 1990
1992 1994
1996 1998
2000 2002
2004 2006
H ar
ga Do
m e
sti k
CPO RpKg
Sumber: Ditjenbun, 2009 diolah
V. HASIL DAN PEMBAHASAN