Tabel 4.2. Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Menurut Bentuk Pengusahaan
Tahun 2000-2007 Tahun
PR ribu ha
PBN ribu ha
PBS ribu ha
Total Luas
ribu ha Pertumbuhan
persen 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 1.167
1.561 1.808
1.854 2.120
2.356 2.549
2.852 588
610 632
663 665
677 679
698 2.403
2.542 2.627
2.766 2.781
2.915 3.023
3.358 4.158
4.713 5.067
5.283 5.566
5.948 6.251
6.908 13,35
7,51 4,26
5,36 6,86
5,09
10,51
Sumber : Ditjenbun, 2009 diolah
4.2. Industri Hilir Minyak Kelapa Sawit
Industri hulu perkebunan kelapa sawit menghasilkan produk primer yaitu minyak kelapa sawit CPO dan minyak inti kelapa sawit KPO. Dari produk
CPO dan KPO dapat dikembangkan menjadi bermacam-macam produk industri hilir sebagai berikut:
Industri Pangan
Pada awalnya minyak kelapa sawit dikembangkan untuk mengisi perkembangan permintaan minyak goreng domestik yang tidak dapat dipenuhi
oleh minyak kelapa. Pada akhir tahun 1980-an minyak kelapa sawit menjadi minyak utama dalam konsumsi minyak goreng, menyingkirkan minyak kelapa
karena mampu mengimbangi pertumbuhan konsumsi. Penggunaan CPO domestik sebagian besar lebih dari 80 persen untuk pangan sedangkan untuk industri
oleokimia relatif masih kecil PPKS, 2006. Selain untuk minyak goreng, olahan CPO lain yang digolongkan dalam produk pangan adalah lemak makan yang
mencakup margarine, vanaspati, dan shortening.
Industri Oleokimia
Oleokimia adalah penggunaan CPO untuk produk kimia. Kapasitas produksi industri oleokimia dasar di Indonesia masih relatif kecil, padahal
mempunyai nilai tambah yang cukup besar. Oleokimia semula merupakan produk alternatif terhadap petrokimia, namun dalam perjalanannya oleokimia semakin
mendominasi pasokan industri kimia lanjut tertentu khususnya industri toiletries dan personal care hair care seperti shampoo, bahan pembersih seperti sabun dan
deterjen. Industri oleokimia dasar yaitu fatty acid, glycerine dan fatty alcohol
mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Pada tahun 1988 produksi oleokimia dasar Indonesia baru mencapai 79,50 ribu ton, naik menjadi 217,70 ribu ton pada
tahun 1993 dan menjadi 652 ribu ton pada tahun 1998 atau tumbuh dengan laju sekitar 23,50 persen per tahun.
Industri Energi Alternatif Biodiesel
Kelapa sawit merupakan bahan baku biodiesel yang prospekif. Hal ini didukung dengan luas areal dan produksi CPO yang besar di Indonesia. Artinya
dari sisi bahan baku, potensinya cukup tersedia secara berkelanjutan. Penggunaan
biodiesel dari CPO di Indonesia layak dikembangkan karena beberapa alasan sebagai berikut PPKS, 2006:
1 Ketersediaan bahan bakar minyak bumi yang semakin terbatas cadangan minyak bumi Indonesia hanya cukup untuk 18 tahun lagi yaitu sebesar 9
milyar barel.
2 Indonesia mulai tahun 2005 menjadi pengimpor net importer bahan bakar minyak, karena produksi dalam negeri tidak dapat lagi memenuhi permintaan
pasar yang meningkat dengan cepat akibat pertumbuhan penduduk dan industri.
3 Pada saat harga minyak mentah minyak bumi tinggi dan subsidi BBM dalam negeri dikurangidicabut maka biodiesel merupakan alternatif yang cukup
kompetitif. 4 Antisipasi kelebihan produksi CPO di Indonesia.
Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa kelapa sawit memiliki tingkat Produktivitas terbesar diantara komoditas lain yang juga dapat dimanfaatkan
sebagai biodiesel. Biodiesel dari sawit memiliki sejumlah keunggulan. Selain ramah lingkungan dan tidak beracun, untuk dipakai di kendaraan bermotor tidak
perlu memodifikasi mesin. Emisi yang dihasilkan biodiesel juga rendah, tidak menambah efek rumah kaca, energi yang dihasilkan sama, ada efek pelumasan,
penyimpanannya lebih mudah dan besifat renewable dapat diperbaharui. Tabel 4.3. Produktivitas Berbagai Sumber MinyakLemak Nabati
Nama Indonesia Nama Inggris
Nama Latin KgHaTahun
Kelapa sawit Kelapa
Alpukat Kacang Brasil
Kacang Makadam Jarak pagar
Jojoba K. pekan kemiri
Jarak kaliki Zaitun
Oil Palm Coconut
Avocado Brasil nut
Macadamia nut Physic nut
Jojoba Pecan nut
Castor Olive
Elaeis gueneesis Cocos nucifera
Persea americana Bertholletia excelsea
Macadamia ternif Jathropa curcas
Simmondsia califor Carya pecan
Ricinus Communis Olea europea
5.000 2.260
2.217 2.010
1.887 1.590
1.528 1.505
1.188 1.109
Sumber : Prihandana dan Hendroko, 2008
4.3. Perkembangan CPO Crude Palm Oil Indonesia