Studi Pustaka Respon Penawaran

e. Membedakan dengan jelas antar parameter jangka panjang sehingga sangat ideal untuk digunakan menaksir dari keakuratan sebuah hipotesis, f. Jika terdapat variabel yang tidak nyata, pengeliminasian variabel tersebut dapat dilakukan sehingga meningkatkan efisiensi estimasi. Kelebihan lain dari ECM adalah seluruh komponen dan informasi pada tingkat variabel telah dimasukkan dalam model, memasukkan semua bentuk kesalahan untuk dikoreksi yaitu dengan cara mendaur ulang error yang terbentuk pada periode sebelumnya, menghindari terjadinya trend dan regresi palsu spurious regression. Selain itu dalam pendekatan ECM sifat-sifat statistik yang diinginkan dari model akan memberikan makna yang lebih sederhana. Artinya model ECM mampu memberikan makna lebih luas dari estimasi model ekonomi sebagai pengaruh perubahan variabel independen terhadap dependen dalam hubungan jangka pendek maupun jangka panjang Enders, 2004.

2.2. Penelitian Terdahulu

2.2.1. Studi Pustaka Respon Penawaran

Beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan mengenai respon penawaran, terutama difokuskan pada respon penawaran untuk komoditas pertanian. Penelitian tersebut diantaranya dilakukan oleh Alemu, et al. 2003, Awasola, et al. 2006, dan Imai, et al. 2008. Di pihak lain penelitian mengenai komoditi kelapa sawit sebagian besar membahas tentang perdagangan dan daya saing kelapa sawit yang terkait dengan ekspor atau pun impor diantaranya dilakukan oleh Sari 2008 dan Kusumawardhana 2008. Penelitian dari Alemu et al. 2003 yang berjudul “Grain-Supply Response in Ethiopia: An Error Correction Approach” dilakukan untuk mengukur respon produsen teh, gandum terigu, jagung, dan tebu gula di negara Ethiopia dengan menggunakan metode ECM. Data yang digunakan merupakan data sekunder dari tahun 1966 sampai 1994 yang terdiri dari data produksi, harga komoditi, harga komoditi pesaing dan curah hujan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa rencana penawaran dari komoditi-komoditi tersebut dipengaruhi secara positif oleh harga komoditi itu sendiri, negatif oleh harga komoditi substitusinya dan structural breaks yang berhubungan dengan perubahan kebijakan. Pada jangka panjang elastisitas harga signifikan untuk seluruh komoditas, sedangkan pada jangka pendek elastisitas harga signifikan hanya pada jagung, dan keduanya bernilai inelastis. Awasola, et al. 2006 dalam penelitiannya yang berjudul ”Vector Error Correction Modelling Of Nigerian Agricultural Supply Response ” mempelajari respon penawaran pada sektor pertanian di Nigeria dengan menggunakan model Vector Error Correction Model VECM. Data yang digunakan adalah data sekunder dari tahun 1978 sampai yahun 2003 yang terdiri dari data indeks produksi pertanian agregat, indeks rata-rata harga komoditi pertanian dari Nigeria, Anggaran untuk sektor pertanian, dan kredit untuk sektor pertanian. Penelitian ini dilakukan untuk menguji jangka panjang produksi pertanian tidak hanya terhadap harga, tetapi juga investasi pemerintah, dan insentif kredit yang diberikan pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa elastisitas harga komoditas pertanian di Nigeria relatif rendah. Dengan kata lain walaupun harga naik sedangkan perlengkapan mesin dan kredit tidak meningkat, maka tidak cukup untuk meningkatkan respon penawaran untuk mencapai harga yang baik. Penelitin Imai, et al. 2008 dengan judul ”Supply Response to Changes in Agricultural Commodity Prices in Asia Countries ” meneliti bagaimana produktifitas beberapa komoditi utama jagung, gandum, padi, buah-buahan, dan sayur-sayuran pada harga domestik, mengontrol efek curah hujan dan harga minyak mentah. Dengan menggunakan metode panel data terhadap 10 negara Asia, yaitu Bangladesh, Cina, Kamboja, India, Indonesia, Nepal, Pakistan, Philipina, Sri lanka dan Thailand, peneliti ingin memperlihatkan seberapa kuat elastisitas produktivitas untuk komoditas tertentu. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah respon produktivitas yang kuat terhadap harga di 10 negara Asia, walaupun terjadi variasi yang besar pada kekuatan dan kecepatan respon produktifitas di antara komoditi yang berbeda.

2.2.2. Studi Pustaka Minyak Kelapa Sawit