keputusan-keputusan keluarga, misalnya mengenai renovasi rumah, pembelian kambing untuk diternak, memperoleh kredit usaha.
•
Kebebasan relatif dari dominasi keluarga: responden ditanya mengenai apakah dalam satu tahun terakhir ada seseorang suami, istri, anak-anak, mertua yang
mengambil uang, tanah, perhiasan dari dia tanpa ijinnya; yang melarang mempunyai anak; atau melarang bekerja di luar rumah.
•
Kesadaran hukum dan politik: mengetahui nama salah seorang pegawai pemerintah desakelurahan; seorang anggota DPRD setempat; nama presiden;
mengetahui pentingnya memiliki surat nikah dan hukum-hukum waris.
•
Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes: seseorang dianggap ‘berdaya’ jika ia pernah terlibat dalam kampanye atau bersama orang lain
melakukan protes, misalnya, terhadap suami yang memukul istri; istri yang mengabaikan suami dan keluarganya; gaji yang tidak adil; penyalahgunaan
bantuan sosial; atau penyalahgunaan kekuasaan polisi dan pegawai pemerintah.
•
Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga: memiliki rumah, tanah, asset produktif, tabungan. Seseorang dianggap memiliki poin tinggi jika ia
memiliki aspek-aspek tersebut secara sendiri atau terpisah dari pasangannya.
3.3 Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir
Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir PEMP merupakan salah satu program yang dilaksanakan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan
DKP yang telah dimulai sejak tahun 2000 hingga sekarang. Salah satu tujuan utamanya adalah memberikan bantuan permodalan dengan sistim bergulir
Revolving.
142
Secara umum Program PEMP bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pengembangan kultur kewirausahaan, penguatan
kelembagaan, penggalangan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pemberdayaan dan diversifikasi usaha yang berkelanjutan dan berbasis sumberdaya lokal.
Sedangkan tujuan khusus program yaitu : memfasilitasi kegiatan-kegiatan Bantuan Sosial Mikro BSM; Solar Packed Dealer untuk Nelayan SPDN;
Kedai Pesisir; dan Klinik Bisnis Direktorat PMP, 2008. Menurut Direktorat
Pemberdayaan Masyarakat Pesisir 2008 Sasaran Program PEMP adalah Pelaku Usaha Perikanan Tangkap Skala Mikro, Pelaku Usaha Perikanan Budidaya Skala
Mikro, Pelaku Usaha Pengolahan dan Pemasaran Skala Mikro, dan Pelaku Usaha Industri dan Jasa Maritim Skala Mikro, dengan prioritas pemuda, perempuan
pesisir, jenis usaha yang tidak merusak lingkungan, dan tergolong miskin. Program PEMP dirancang untuk tiga periode. Periode pertama, tahun
2001-2003, merupakan periode inisiasi dengan fokus pada penggalangan partisipasi dan penyadaran masyarakat, serta perintisan kelembagaan dengan
mendirikan Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina LEPP– M3 sebagai cikal bakal holding company untuk memayungi aktivitas ekonomi
masyarakat pesisir. Pada periode ini, program PEMP terutama ditujukan untuk mengatasi dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak BBM terhadap
perekonomian masyarakat pesisir, yang difokuskan pada penguatan modal melalui perguliran Dana Ekonomi Produktif DEP Direktorat PMP, 2008.
Periode kedua, tahun 2004 - 2006, merupakan periode institusionalisasi. Dalam kurun waktu tiga tahun periode ini, program difokuskan pada revitalisasi
kelembagaan melalui peningkatan status LEPP M3 menjadi berbadan hukum
143
koperasi. Pada periode institusionalisasi, berdasarkan data dari 52 Swamitra Mina Online
, menunjukkan bahwa 67 persen sasaran PEMP berkaitan langsung dengan sektor perikanan dan 33 persen tidak terkait langsung, seperti tukang ojek,
bengkel, pengolahan makanan dan minuman, warung makan dan keperluan sehari-hari masyarakat pesisir Direktorat PMP, 2008.
Periode ketiga, 2007-2009, merupakan periode diversifikasi usaha, yang merupakan perwujudan cita-cita LEPP M3 untuk menjadi holding company. Pada
periode ini mulai dibentuk unit-unit usaha yang bernaung di bawah LEPP M3 yang telah berbadan hukum koperasi. Sampai dengan tahun 2007, telah terbentuk
281 koperasi masyarakat pesisir yang tersebar di 289 kabupatenkota berpesisir Direktorat PMP, 2008.
Program PEMP yang dimulai sejak tahun 2001 tersebut secara terus menerus mengalami berbagai penyempurnaan seiring dengan hasil evaluasi dan
masukan dari berbagai pihak, baik dari masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, maupun instansi-instansi terkait lainnya. Sampai dengan
tahun 2008, program PEMP diharapkan dapat menjangkau 293 kabupatenkota berpesisir di Indonesia Direktorat PMP, 2008.
Menurut Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir 2008, Pembentukan kelembagaan dan perubahan sistem melalui periodisasi Program
PEMP semata–mata dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir secara menyeluruh dan terencana sesuai dengan prinsip pemberdayaan,
yaitu helping the poor to help themselves. Oleh karena itu dalam jangka panjang Program PEMP tetap diarahkan pada :
144
1. Peningkatan kemandirian masyarakat pesisir melalui pengembangan kegiatan
ekonomi, peningkatan kualitas sumberdaya manusia SDM, partisipasi masyarakat, penguatan modal dan penguatan kelembagaan ekonomi
masyarakat pesisir yang dibangunnya. 2.
Peningkatan kemampuan masyarakat pesisir untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya pesisir dan laut secara optimal, berkelanjutan
sesuai dengan kaidah kelestarian lingkungan. 3.
Pengembangan kemitraan masyarakat pesisir dengan lembaga swasta dan pemerintah.
Menurut Menurut Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir 2006 Program
x PEMP dikelola oleh organisasi dengan tugas dan fungsi sebagai berikut:
a. Pemerintah Pusat
Departemen Kelautan dan Perikanan DKP dalam hal ini adalah Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil yang yang bertindak sebagai
penanggung jawab dan pembina program di tingkat nasional. b.
Pemerintah Daerah Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi yang merepresentasikan
Departemen Kelautan dan Perikanan di tingkat daerah yang bertugas mengusulkan kabupatenkota calon penerima PEMP dari hasil evaluasi tahun berjalan, dan
melakukan koordinasi sosialisasi, monitoring dan evaluasi. Dinas Kelautan dan Perikanan KabupatenKota sebagai penanggung jawab
operasional program dengan tugas menetapkan Konsultan Pelaksana, menetapkan koperasi pelaksana, sosialisasi dan publikasi tingkat kabupatenkota, fasilitasi
pembentukan LKM bagi kabupatenkota baru penerima Program PEMP,
145
rekruitmen Tenaga Pendamping Desa, pelatihan, monitoring dan evaluasi serta pelaporan.
c. Konsultan Manajemen
Konsultan Manajemen KM KabupatenKota berfungsi membantu Dinas Kelautan dan Perikanan KabupatenKota dalam aspek teknis dan manajemen
Program PEMP, meliputi kegiatan inventarisasi potensi dan kebutuhan masyarakat pesisir dalam modal usaha, pemetaan jalur produksi, pasar, dan konsumen serta
kemungkinan pengembangan program melalui kerjasama dengan berbagai pihak. KM juga bertugas membantu Dinas Kelautan dan Perikanan KabupatenKota
dalam proses revitalisasi LEPP-M3 menjadi badan hukum koperasi bagi kabupatenkota baru penerima Program PEMP. KM dapat dijalankan oleh
lembaga konsultan, LSM, dan Perguruan Tinggi atau lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Tenaga Pendamping Desa TPD
TPD merupakan tenaga profesional di bidangnya yang bersedia tinggal di tengah masyarakat sasaran dan bertugas mendampingi masyarakat secara terus-
menerus selama program berlangsung. Tugas TPD antara lain mempersiapkan masyarakat pesisir untuk mengakses kredit pada LKM; mendampingi mereka
menjalankan dan mengembangkan usaha baik dalam proses produksi maupun pemasaran; membuat laporan perkembangan kegiatan setiap bulan kepada Dinas
Kelautan dan Perikanan KabupatenKota. e. Koperasi
Koperasi berfungsi sebagai komponen utama pelaksanaan Program PEMP di daerah. Dalam pelaksanaannya, koperasi harus berkoordinasi dengan Dinas
146
Kelautan dan Perikanan KabupatenKota sebagai penanggungjawab operasional di daerah dan juga dengan lembaga perbankanpembiayaan sebagai mitra usaha
mereka. f. Bank Pelaksana
Merupakan lembaga keuangan perbankan yang ditetapkan oleh DKP dengan tugas dan fungsi: 1 menyediakan kredit bagi koperasi sebagai
konsekuensi dari adanya DEP yang dijaminkan untuk kegiatan penguatan modal; 2 menyalurkan DEP langsung dengan pola hibah melalui rekening koperasi yang
ada di Bank Pelaksana untuk kegiatan pelaksanaan BPR Pesisir, SPDN dan atau Kedai Pesisir; dan 3 melakukan pendampingan teknis dan administratif kepada
koperasi dan atau LKMUSP. Organisasi dan struktur kelembagaan program PEMP dijelaskan dalam gambar 1.
D K P
Koperasi LEPP M3 Koperasi Perikanan
Koperasi lainnya Kant or Cabang
Bank Pelaksana Dinas Kelaut an dan
Perikanan Kab. Kota
BANK PELAKSANA
Perj anj ian Kerj asama
k o
o rd
in a
si Kesepakat an
Bersama
Dinas Kelaut an dan Perikanan
Propinsi KM
kab. kot a T P D
p e
n d
a m
p in
g a
n
MASYARAKAT PESISIR
Gambar 1. Bagan Organisasi Pengelola Program PEMP Sumber : Direktorat PMP, 2006.
147
Masyarakat miskin diwilayah pesisir merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dengan kelompok masyarakat lainnya, hanya saja
kondisi geografis dan keterisoliran mereka dengan tingkat kesulitan akses yang tinggi membuat masyarakat pesisir berbeda dengan kelompok masyarakat pada
umumnya. Wilayah pesisir sebenarnya memiliki sumberdaya yang tidak dimiliki
masyarakat lainnya, seperti sumberdaya laut termasuk didalamnya pelabuhan laut dan kawasan wisata bahari. Hanya saja ketidakmampuan dalam
mengoptimalkan potensi tersebut akibat dari minimnya kualitas sumberdaya, teknologi, akses permodalan, dan kelembagaan membuat mereka tidak bisa
bangkit dari kemiskinan yang sudah mengakar tersebut. Pelaksanaan Program PEMP dirancang untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat pesisir melalui kegiatan pemberdayaan. Pada prinsipnya, Kesejahteraan tidak hanya meliputi aspek ekonomi pendapatan dan
lapangan kerja tetapi juga meliputi aspek sosial agama, pendidikan, dan kesehatan, dan lingkungan dalam rangka pelestarian sumberdaya alam.
Menurut Humas Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil 2008, Prinsip-prinsip yang digunakan dalam pelaksanaan Program PEMP
antara lain adalah sebagai berikut : 1.
Acceptable. Pilihan kegiatan ekonomi usaha berdasarkan potensi sumberdaya, kelayakan usaha serta kebutuhankeinginan dan kemampuan,
sehingga memperoleh dukungan masyarakat. 2.
Transparancy. Pengelolaan kegiatan dilakukan secara terbuka, diinformasikan dan diketahui oleh masyarakat, sehingga masyarakat dapat ikut memantaunya.
148
3. Accountability. Pengelolaan kegiatan harus dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat. 4.
Responsiveness. Kegiatan dilaksanakan sebagai bentuk kepedulian atas beban penduduk miskin.
5. Quick disbursement. Penyampaian bantuan kepada masyarakat sasaran secara
cepat dan tepat. 6.
Democracy. Proses pemilihan peserta dan kegiatan PEMP dilakukan secara musyawarah.
7. Sustainability. Pengelolaan kegiatan dapat memberikan manfaat kepada
masyarakat secara optimal dan berkelanjutan, baik dalam lingkungan internal maupun eksternal.
8. Equality. Pemberian kesempatan kepada kelompok lain yang belum
memperoleh kesempatan, agar semua merasakan manfaat langsung. 9.
Competitiveness. Setiap ketentuan dalam pemanfaatan dana ekonomi produktif masyarakat diharapkan dapat mendorong terciptanya kompetisi
yang sehat dan jujur dalam mengajukan usulan kegiatan yang layak. Keberhasilan dalam peningkatkan pendapatan ekonomi dengan
mengikuti program ini tentunya dipengaruhi oleh permodalan yang tersedia dan pengembangan kegiatan usaha serta kondisi pasar yang kondusif, disamping juga
dipengaruhi oleh kondisi sumberdaya Manusia yang melaksanakannya, sumberdaya alam laut dan pesisir, dan teknologi yang tersedia.
Manfaat dalam bidang ekonomi yang diperoleh dalam pelaksanaan program PEMP ini dapat dilihat dari penggunaan perguliran dana untuk
permodalan dalam melaksanakan usaha kegiatan ekonominya untuk
149
meningkatkan pendapatan. Sedangkan lebih jauh lagi, manfaat sosial budayanya dapat dilihat dari penggunaan pendapatan untuk peningkatan
kualitas SDM keluarga Pendidikan dan Kesehatan, manajemen keuangan keluarga Menabung, dan pengembangan usaha lain serta kepedulian
terhadap lingkungan. Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan diatas, maka dalam penelitian ini
diajukan hipotesis sebagai berikut : 1.
Diduga terdapat perbedaan pendapatan terjadi peningkatan setelah mengikuti program PEMP.
2. Diduga terdapat perbedaan perilaku Sosial budaya dalam mengalokasikan
pendapatan untuk memenuhi kebutuhannya. 3.
Diduga terdapat perbedaan perilaku dalam kepedulian terhadap lingkungan.
150
Pengaruh langsung Program PEMP
Terhadap Pendapatan Ekonomi
Pengaruh tak langsung Program PEMP
Sosial budaya dan Lingkungan
Analisis Pendapatan Uji Perbedaan
paired t-test Pendapatan
Masyarakat Pesisir Masyarakat
Pesisir existing condition
Karakterisktik Masyarakat Pesisir
• Lemah Akses Modal • Lemah Akses Informasi
• Lemah Akses Pasar • SDM Rendah
• Teknologi Sederhana
Kondisi • Sumberdaya alam
• Sosial, • Ekonomi,
• Politik, • Budaya,
• Infrastruktur Program
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir
Penguatan Modal Modal Bergulir
Peningkatan Kapasitas SDM
Diversifikasi Usaha
Pendampingan
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
151
IV. METODE PENELITIAN