Sesuai dengan konsep nasionalnya program PEMP memberikan bantuan pinjaman dengan kisaran lima juta rupiah tanpa agunan kepada pelaku usaha
perikanan dan kelautan. Adapun untuk pinjaman lebih dari lima juta rupiah dengan agunan juga dapat dilakukan namun tetap mempertimbangkan omset
usaha yang tidak boleh lebih dari Rp 50 juta perbulan sebagai patokan usaha skala mikro. Namun dari penjelasan sebelumnya terlihat bahwa terdapat pergeseran
dalam pada pelaksanaan program PEMP di Kabupaten Sukabumi, dimana banyak terjadi pengalokasian besaran pinjaman kepada peserta yang omset usahanya
sudah melebih Rp 50 juta perbulan. Pertimbangan Koperasi dalam melakukan hal ini adalah dikarenakan peserta program tersebut lebih dapat mempertanggung
jawabkan pinjamannya.
7.1.1 Alokasi Tambahan Modal
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum penggunaan DEP lebih dialokasikan untuk tambahan biaya usaha, dalam hal ini biaya usaha terdiri dari
biaya operasional dan perbaikanperawatan alat usaha, sehingga sebesar 94,83 persen atau sebanyak 55 orang responden menyatakan mengalokasikan dana DEP
untuk menambah biaya usaha. Sedangkan sebesar 5,17 persen atau sebanyak tiga orang responden menyatakan mengalokasikan dana DEP untuk menambah
investasi alat usaha baru. Tanggapan Responden terhadap penggunaan dana DEP dapat dilihat pada Gambar 16.
193
Gambar 16. Tanggapan Responden terhadap penggunaan dana DEP Bila dilihat dari tiap-tiap jenis usaha, terlihat terdapat perbedaan
pengalokasian DEP yang diterima. Namun secara keseluruhan dapat terlihat bahwa DEP digunakan untuk biaya usaha. Alokasi dana DEP dapat dilihat pada
Gambar 17.
Gambar 17. Alokasi Tambahan Modal Jenis usaha penangkapan, tidak terjadi penambahan investasi usaha baru,
seluruh responden menyatakan menggunakan pinjaman modal yang diperoleh lebih dipergunakan untuk biaya usaha. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa hal
ini dilakukan untuk mengantisipasi kenaikan harga barang-barang kebutuhan melaut seperti solar, konsumsi selama melaut, dan kenaikan biaya untuk aktivitas
lain yang juga tetap harus dilakukan guna menunjang kegiatan melaut seperti
Biaya Usaha 94,83
Investasi Usaha 5,17
28
14
1 2
13
5 10
15 20
25 30
Biaya Usaha
Investasi Usaha
Biaya Usaha
Investasi Usaha
Biaya Usaha
Investasi Usaha
Penangkap Pengolah
Pedagang orang
194
memperbaiki kerusakan kapal, membeli atau memperbaiki alat tangkap. Bahan bakar solar merupakan komponen utama biaya usaha variabel penangkapan,
karenanya perubahan harga bahan bakar solar menjadi sangat berpengaruh terhadap biaya usaha.
Berdasarkan penjelasan di atas, pada jenis usaha penangkapan komposisi biaya variabel menjadi jauh lebih tinggi dibanding biaya tetap yang hanya
merupakan biaya pajak dan retribusi serta pungutan lainnya yang cenderung tidak mengalami kenaikan yang berarti. Pada beberapa responden juga diketahui bahwa
dana yang dipinjam dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari jika sedang tidak musim melaut. Dapat dilihat Tabel 13 bahwa dari seluruh responden jenis usaha
penangkapan, terjadi peningkatan biaya usaha rata-rata sebesar 31,24 persen dengan perbandingan biaya usaha 98,37 persen untuk biaya variabel dan 1,63
persen untuk biaya tetap. Pada jenis usaha Pengolahan, terdapat satu orang atau sebesar 6,67 persen
responden yang mengalokasian pinjaman untuk menambah investasi alat usahahanya, yakni membeli kendaraan bermotor. Hal ini dilakukan dengan alasan
untuk memudahkan dalam distribusi produk. Sedangkan sisanya sebesar 93,33 persen atau sebanyak 14 orang responden menyatakan menggunakan pinjaman
untuk biaya usaha dalam hal ini mengatasi masalah kenaikan hargabiaya seperti perbaikan atau perawatan rutin seperti pada tempat penjemuran ikan, dan tungku
pengasapan pindang. Namun biaya usaha terbesar dipergunakan untuk biaya variabel yakni membeli bahan baku guna menambah kapasitas volume olahannya.
Secara umum, responden jenis usaha pengolahan mengajukan pinjaman saat musim ikan, sehingga harga yang didapat lebih murah dengan kualitas yang
195
lebih baik. Sedangkan pada biaya tetap hanya merupakan pengeluaran rutin dari kegiatan usaha seperti upah tenaga kerja, dan pungutan rutin lainnya seperti pajak,
dan retribusi yang cenderung tidak mengalami kenaikan biaya yang besar. Dapat dilihat Tabel 13 bahwa dari seluruh responden jenis usaha pengolahan terjadi
peningkatan biaya usaha rata rata sebesar 27,13 persen. dengan perbandingan biaya usaha 99,31 persen untuk biaya variabel dan 0,69 persen untuk biaya tetap.
Pada jenis usaha pedagang, terdapat sebanyak dua orang atau sebesar 13,33 persen responden menyatakan mengalokasian pinjaman modal untuk
menambah investasi alat usahanya dalam hal ini membeli kendaraan bermotor. Hal tersebut dilakukan juga dengan alasan untuk memudahkan dalam distribusi
produk. Sedangkan sisanya sebesar 86,67 persen atau sebanyak 13 orang responden menyatakan menggunakan pinjaman untuk mengatasi masalah
kenaikan biaya usaha variabel utama yakni membeli bahan baku Ikan guna menjaga dan menambah kapasitas volume dagangannya. Kenaikan bahan baku
Ikan ini memang tidak bisa dihindari dikarenakan turut meningkatnya harga jual dari penangkap sebaga akibat utama dari kenaikan biaya usaha melaut. Sedangkan
untuk biaya usaha tetap seperti upah tenaga kerja, sewa kios dan biaya lain-lain pajak dan retribusi jenis usaha pedagang hanya mengalami sedikit kenaikan.
Dapat dilihat Tabel 13 bahwa dari seluruh responden jenis usaha pedagang terjadi peningkatan biaya usaha rata rata sebesar 36,96 persen. dengan
perbandingan biaya usaha 96,02 persen untuk biaya variabel dan 3,98 persen untuk biaya tetap.
Dapat digambarkan bahwa pinjaman dana yang diterima benar-benar digunakan untuk menjaga atau menambah kapasitas volume usaha, dimana terjadi
196
perbedaan biaya usaha seluruh jenis usaha responden penelitian sebesar 30,27 persen. Peningkatan biaya usaha ini sangat di dominasi oleh biaya usaha variabel
dikarenakan biaya usaha variabel sangat dipengaruhi oleh aktivitas untuk menjaga atau peningkatan kapasitas volume usaha dan tingkat kenaikan harga bahan baku
usaha. Sedangkan peningkatan yang terjadi pada biaya usaha tetap merupakan kenaikan dari faktor eksternal yang tidak bisa dihindari. Rata-rata peningkatan
biaya usaha responden penelitian setelah mengikuti program PEMP dapat dilihat pada Tabel 13.
197
Tabel 13. Rata-rata Peningkatan Biaya Usaha Responden setelah Mengikuti Program PEMP dalam juta rupiah.
No Jenis
Usaha Rata-rata
Biaya Variabel
Rata-rata Biaya
Tetap Rata-rata
Total Biaya
Biaya Tetap Terhadap Biaya
Usaha Biaya Variabel
Terhadap Biaya Usaha
Total Penangkapan Sebelum
20.420 339 20.750
1,63 98,37
Sesudah 26.801
443 27.244
1,63 98,37
Rata-rata Peningkatan Biaya 6.485
31,24 Kapal Rumpon
Sebelum 6.579
346 6.925
4,99 95,01
Sesudah 8.074
418 8.493
4,93 95,07
Rata-rata Peningkatan Biaya 1.568
22,64 Kapal Payang
Sebelum 33.131
395 33.526
1,18 98,82
Sesudah 45.868
478 46.346
1,03 98,97
Rata-rata Peningkatan Biaya 12.819
38,24 Kapal Diesel
Sebelum 36.955
426 37.381
1,14 98,86
Sesudah 46.698
580 47.278
1,23 98,77
Rata-rata Peningkatan Biaya 9.897
26,48 Kapal Cangkringsampan
Sebelum 9.163
236 9.399
2,51 97,49
Sesudah 11.283
353 11.636
3,03 96,97
Rata-rata Peningkatan Biaya 2.237
1
23,80 Total Pengolah
Sebelum 35.587
246 35.833
0,69 99,31
Sesudah 45.242
315 45.557
0,69 99,31
Rata-rata Peningkatan Biaya 9.723
27,13 Ikan Asin
Sebelum 37.729
214 37.943
0,56 99,44
Sesudah 48.583
291 48.874
0,60 99,40
Rata-rata Peningkatan Biaya 10.931
28,81 Pindang
Sebelum 33.714
274 33.988
0,81 99,19
Sesudah 42.318
336 42.654
0,79 99,21
Rata-rata Peningkatan Biaya 8.666
2
25,50 Total Pedagang
Sebelum 10.763
450 11.213
4,01 95,99
Sesudah 14.746
612 15.357
3,98 96,02
Rata-rata Peningkatan Biaya 4.144
3
36,96 Total Seluruh Jenis Usaha
Sebelum 21.845
344 22.189
1,55 98,45
Sesudah 28.452
454 28.906
1,57 98,43
Rata-rata Peningkatan Biaya 6,717
30,27
198
7.1.2 Perbedaan Pendapatan