Perbedaan Pendapatan Pengaruh Ekonomi dari Program PEMP

7.1.2 Perbedaan Pendapatan

Pendapatan peserta program di semua jenis usaha responden setiap bulan selalu berfluktuasi. Hal ini dapat dimaklumi mengingat jenis usaha di bidang perikanan dan kelautan yang sangat terpengaruh dengan keadaan alam. Untuk itu dalam memudahkan perhitungan pendapatan digunakan pendekatan pendapatan rata-rata perbulan dalam setahun. Dimana diambil rata-rata perbulan sebelum dan sesudah mengikuti program dengan jarak waktu yang sama dari saat penerimaan pinjaman. Pendapatan sebelum mengikuti program diambil dari data rata-rata perbulan pendapatan sepanjang tahun 2006, sedangkan pendapatan sesudah mengikuti program diambil dari data rata-rata perbulan pendapatan sejak November 2007 hingga Oktober 2008. Hal ini dilakukan dikarenakan pencairan dana DEP dilakukan dari Januari hingga Oktober 2007. Dari total 58 orang responden yang memiliki pekerjaan utama sebagai penangkap, pengolah, dan pembudidaya, sebesar 65,52 persen atau sebanyak 38 orang responden memiliki pekerjaan sampingan baik itu sebagai tukang ojek atau pedagang. Besaran pendapatan sampingan perbulan ini berkisar Rp 200.000 hingga Rp 500.000 dan bahkan kadang-kadang mencapai Rp 1.000.000 perbulan. secara tidak langsung pendapatan sampingan ini mempengaruhi tingkat pendapatan responden perbulan, namun mengingat usaha sampingan yang dilakukan hanya beberapa hari dalam setahun dan pengaruhnya kurang dari 30 persen perbulan dari pendapatan utama, maka untuk pendapatan sampingan tidak dimasukkan kedalam perhitungan pendapatan keluarga. Disamping penelitian ini hanya mengukur pengaruh dari program PEMP. Pengaruh penggunaan modal bergulir dari program PEMP untuk biaya 199 usaha yang dijalankan terlihat dari perubahan nilai pendapatan kotor pada tiap jenis usaha responden. Pada jenis usaha penangkapan, terjadi peningkatan pendapatan kotor usaha rata-rata perbulan sebesar 28,18 persen, sedangkan pada jenis usaha pengolahan terjadi peningkatan pendapatan kotor perbulan rata-rata 29,42 persen, dan pada jenis usah pedangang terjadi peningkatan pendapatan kotor rata-rata perbulan sebesar 42,94 persen. Secara umum terjadi peningkatan pendapatan kotor responden setelah mengikuti program PEMP untuk semua jenis usaha sebesar 30,50 persen. Rata-rata Pendapatan kotor perbulan dari seluruh responden dapat dilihat pada tabel 14. Tabel 14. Rata-rata Peningkatan Pendapatan Kotor Usaha Responden setelah Mengikuti Program PEMP. Rata-rata Pendapatan Kotor RpBulan N o Jenis Usaha Jumlah Responden orang Sebelum Sesudah Rata-rata Peningkatan Pendapatan Kotor 1 Nelayan 28 29.396.000 37.681.000 8.285.000 28,18 Rumpon 6 13.275.000 16.500.000 3.225.000 24,29 Payang 8 45.604.000 61.686.000 16.082.000 35,27 Diesel 5 51.180.000 63.026.000 11.846.000 23,15 Sampan 9 13.634.000 16.382.000 2.748.000 20,16 2 Pengolah 15 44.816.000 57.999.000 13.183.000 29,42 Pindang 8 43.547.000 53.804.000 10.257.000 23,55 Asin 7 46.268.000 62.795.000 16.527.000 35,72 3 Pedagang 15 14.100.000 20.155.000 6.055.000 42,94 Total 29.428.000 38.403.000 8.975.000 30,50 Pendapatan kotor yang diterima dari jenis usaha penangkapan adalah penjualan dari seluruh hasil tangkapan, baik itu yang dijual ke pengumpul maupun yang dijual langsung kemasyarakat sebelum dikurangi oleh biaya usaha. Biaya usaha untuk jenis usaha penangkapan nelayan terdiri dari biaya bahan bakar, biaya konsumsi selama melaut, biaya peralatan perbaikan alat, umpan, dan 200 membeli es, dan biaya lain-lain pajak dan retribusi serta pungutan lainnya. Pendapatan bersih dari jenis usaha penangkapan adalah pendapatan total yang telah dikurangi dengan biaya usaha biaya melaut. Analisis Pendapatan Usaha Responden Jenis Usaha Penangkapan Nelayan dapat dilihat pada Lampiran 9. Pendapatan kotor yang diterima dari jenis usaha pengolahan adalah penjualan dari seluruh hasil olahan sebelum dikurangi oleh biaya usaha. Biaya usaha untuk jenis usaha pengolahan terdiri dari biaya bahan baku, biaya bahan pendukung, biaya bahan bakar, upah tenaga kerja, dan biaya lain-lain pajak, retribusi, kebersihan, keamanan, dan lainnya. Pendapatan bersih pengolah adalah pendapatan total yang telah dikurangi dengan biaya usaha. Analisis Pendapatan Usaha Responden Jenis Usaha Pengolahan dapat dilihat pada Lampiran 10. Pendapatan kotor yang diterima dari jenis usaha pedagang adalah penjualan dari seluruh dagangannya sebelum dikurangi oleh biaya usaha. Biaya usaha untuk jenis usaha pedagang terdiri dari biaya bahan baku, upah tenaga kerja, sewa kios dan biaya lain-lain pajak, retribusi, kebersihan, keamanan, dan lainnya. Pendapatan bersih pedagang adalah pendapatan total yang telah dikurangi dengan biaya usaha. Analisis Pendapatan Usaha Responden Jenis Usaha Pedagang dapat dilihat pada Lampiran 11. Dari hasil perhitungan terhadap pendapatan kotor dengan biaya usaha, didapat nilai pendapatan bersih untuk semua responden, dimana terlihat peningkatan pendapatan bersih dari semua jenis usaha responden penelitian sebesar 31,19 persen. Pada jenis usaha penangkapan, terjadi peningkatan pendapatan bersih usaha rata-rata perbulan responden sebesar 26,10 persen untuk jenis kapal rumpon, sebesar 27,02 persen untuk jenis kapal payang, sebesar 14,12 201 persen untuk jenis kapal diesel, dan sebesar 12,07 persen untuk jenis kapal cangkringsampan. Pada sistem bagi hasil jenis usaha penangkapan, sesuai dengan perjanjian responden pemilik kapal dengan ABK yakni 60 persen untuk pemilik dan 40 persen untuk total ABK, didapati bahwa terjadi peningkatan rata-rata Rp 1.080.000 untuk pemilik kapal dan Rp 76.000 untuk tiap ABK. Analisis Pendapatan pemilik kapal dan ABK Jenis Usaha Penangkapan dapat dilihat pada Lampiran 12. Pada jenis usaha pengolahan, terjadi peningkatan pendapatan bersih usaha rata-rata perbulan sebesar 16,64 persen untuk jenis pengolahan pindang, dan sebesar 67,21 persen untuk jenis pengolahan ikan asin. Namun bila dilihat dari tiap responden, dari total 15 responden, hanya 11 responden yang mengalami peningkatan pendapatan bersih, sisanya sebanyak empat orang responden mengalami penurunan pendapatan bersih. Dari pengamatan dilapangan menunjukkan penurunan pendapatan bersih ini terjadi akibat dari penumpukan produk yang belum laku di pasar. Sedangkan pada jenis usaha pedagang terjadi peningkatan pendapatan bersih usaha rata-rata perbulan seluruh responden sebesar 66,18 persen. Rata-rata peningkatan pendapatan bersih responden penelitian setelah mengikuti program PEMP dapat dilihat pada Tabel 15. 202 Tabel 15. Rata-rata Peningkatan Pendapatan Bersih Usaha Responden setelah Mengikuti Program PEMP. Rata-rata Pendapatan Bersih RpBulan No Jenis Usaha Jumlah Responden orang Sebelum Sesudah Rata-rata Peningkatan Pendapatan Bersih 1 Nelayan 28 8.637.000 10.436.000 1.800.000 20,84 Rumpon 6 6.350.000 8.008.000 1.658.000 26,10 Payang 8 12.078.000 15.340.000 3.263.000 27,02 Diesel 5 13.799.000 15.748.000 1.949.000 14,12 Sampan 9 4.235.000 4.746.000 511.000 12,07 2 Pengolah 15 8.983.000 12.443.000 3.460.000 38,51 Pindang 8 9.559.000 11.150.000 1.591.000 16,64 Asin 7 8.325.000 13.920.000 5.595.000 67,21 3 Pedagang 15 2.887.000 4.798.000 1.911.000 66,18 Total 7.239.000 9.497.000 2.258.000 31,19 Pada perhitungan nilai RC Ratio, nilai RC Ratio responden sebelum mengikuti program PEMP seluruhnya telah bernilai lebih dari satu dengan nilai RC Ratio terkecil adalah 1,05 dan terbesar adalah 2,05. hal ini didefinisikan bahwa usaha yang dilakukan sebelum mengikuti program PEMP telah menunjukkan keuntungan karena pengeluaran biaya sebesar Rp 1,- dapat menambah penerimaan lebih dari Rp 1,-. Sedangkan setelah mengikuti program PEMP, secara umum terjadi kecenderungan perubahan nilai RC Ratio yakni nilai terkecil 1,13 dan nilai tersesar 2,17. namun hal tersebut tidak dialami oleh seluruh responden, dimana sebanyak 33 orang responden mengalami penurunan nilai RC Ratio dalam hal ini lebih didominasi oleh jenis usaha penangkapan, 8 orang responden tidak mengalami perubahan, dan hanya 17 orang responden mengalami peningkatan nilai RC Ratio. Nilai selisih RC Ratio yang menurun atau relatif tetap bukan berarti usaha tersebut mengalami kerugian, dalam hal ini kenaikan penerimaan yang diikuti juga dengan kenaikan biaya usaha turut mempengaruhi hal 203 tersebut. Hal lain yang mempengaruhi adalah masih tingginya ketidakefisienan dalam melakukan usaha. Analisis RC Ratio Responden Peserta Program PEMP dapat dilihat pada Lampiran 13.

7.1.3 Hasil uji t berpasangan paired t-test terhadap Perbedaan Pendapatan

Dokumen yang terkait

Respon Masyarakat Pesisir Terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Alam Lokal (Studi Deskriptif Program Bina Desa kelompok perempuan di Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara)

0 41 97

Evaluasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat pesisir ( Studi Kasus Program PEMP di Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah )

1 16 181

Manfaat Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatra Barat

0 12 69

Evaluasi kebijakan pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP) kabupaten enramayu provinsi Jawa Barat

0 16 99

Analisis dampak program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP) terhadap pendapatan anggota kelompok masyarakat pemanfaat (KMP) di Kabupaten Subang dan Cirebon

2 23 284

Strategi Peningkatan Mutu Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir ( PEMP ) Di Kabupaten Maluku Tenggara

0 14 232

Evaluasi dampak pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP) terhadap perekonomian wilayah pesisir di Kabupaten Kepulauan Aru:

0 13 368

Analisis dampak program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP) terhadap pendapatan anggota kelompok masyarakat pemanfaat (KMP) di Kabupaten Subang dan Cirebon

0 3 137

Evaluasi dampak pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP) terhadap perekonomian wilayah pesisir di Kabupaten Kepulauan Aru

0 13 191

Evaluasi Keberhasilan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) di Kabupaten Bantul

0 2 15