Efek komposisi komoditas Metode Analisis Data

52 Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat bahwa rata-rata laju perkembangan nilai ekspor pulp Indonesia ke India tahun 2000-2012 bernilai positif yaitu sebesar 87.226. Hal tersebut menandakan bahwa selama periode tahun 2000-2012 ekspor pulp Indonesia ke India mengalami peningkatan. Pada tahun 2000 ke 2001 terjadi penurunan ekspor pulp Indonesia ke India. Penurunan tersebut disebabkan oleh pembukaan ekspor kayu bulat yang dimulai pada tahun 1998 hingga 2001. Ekspor kayu bulat menyebabkan terciptanya pasar dan permintaan yang memicu pembalakan liar dan penyelundupan kayu yang menekan produksi dan ekspor produk hasil hutan yang lain, termasuk pulp dan kertas Kuswahyo 2009. Pemberlakuan kebijakan ekolabeling terhadap pulp Indonesia tahun 2000 juga menjadi penyebab turunnya nilai ekspor pulp Indonesia ke India tahun 2001 hingga 2002. Pada tahun 2002 laju perkembangan ekspor pulp Indonesia ke India memiliki laju perkembangan paling rendah yaitu sebesar -80.22. Penurunan laju perkembangan tersebut seiring dengan penurunan impor pulp India secara keseluruhan. Berdasarkan KJRI Mumbai 2002 diketahui bahwa impor pulp dan produk kertas India tahun 2001 ke 2002 turun dari 167 ribu ton menjadi 123 ribu ton. Peningkatan laju pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 916.20. Pada tahun 2005 peningkatan laju pertumbuhan juga terjadi, hal ini dikarenakan pada tahun 2005 terjadi peningkatan jumlah industri pulp dan kertas dari tahun-tahun sebelumnya. Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 dan 2009 tidak memberikan dampak yang besar pada perekonomian India. Hal tersebut ditunjukkan dengan laju perkembangan ekspor pulp Indonesia ke India yang tidak bernilai negatif. 5.1.4. Ekspor Pulp Indonesia ke Pasar Jepang Sebagai negara maju Jepang memiliki perkembangan industri yang pesat. Berkembangnya industri di Jepang menyebabkan Jepang memiliki daya beli yang tinggi. Jepang banyak mengimpor pulp dari Indonesia karena keterbatasannya dalam sumberdaya alam sedangkan tingkat konsumsi kertas Jepang sangat tinggi. Pulp di Jepang digunakan sebagai input produksi dalam industri kertas, popok sekali pakai, dan berbagai macam industri lainnya. 53 Tabel 15. Perkembangan Nilai Ekspor Pulp Indonesia ke Jepang Tahun 2000-2012 Tahun Nilai Ekspor Pulp Indonesia US Laju Perkembangan 2000 44,778,175 2001 39,045,193 -12.803 2002 50,396,700 29.073 2003 54,049,566 7.248 2004 38,480,346 -28.805 2005 56,738,060 47.447 2006 72,789,939 28.291 2007 66,048,109 -9.262 2008 101,877,576 54.248 2009 53,968,423 -47.026 2010 91,733,866 69.977 2011 96,858,556 5.586 2012 72,529,048 -25.119 Rata-rata 64,561,043 9.905 Sumber : UN Comtrade 2012. Tabel 15 menceritakan mengenai perkembangan nilai ekspor pulp Indonesia ke Jepang pada tahun 2000-2012. Dalam Tabel 15 dapat dilihat bahwa pada tahun 2001 terjadi penurunan laju perkembangan nilai ekspor pulp Indonesia ke Jepang. Penurunan tersebut terjadi sebagai imbas dari dibukanya perdagangan kayu bulat Indonesia ke luar negeri yang dimulai pada tahun 1998 hingga 2001. Akibat dari perdagangan kayu bulat tersebut adalah terbukanya pasar dan meningkatnya permintaan akan kayu bulat sehingga mendorong terjadinya illegal logging guna memenuhi tingginya permintaan pasar Kuswahyo 2009. Kesepakatan ekolabeling antara Indonesia dan Jepang terjadi pada nulan Juni tahun 2003 setelah Jepang dan Indonesia menerbitkan pengumuman bersama tentang kerja sama dalam pemberantasan penebangan liar dan perdagangan kayu dan produk kayu illegal Tacconi, et al 2004. Pemberlakuan ekolabeling Indonesia Jepang pada tahun 2003 menyebabkan menurunnya nilai ekspor pulp Indonesia ke Jepang tahun 2004 yaitu sebesar -28.804. Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan ekspor pulp Indonesia ke Jepang yang paling rendah terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar - 47.03. Penurunan ekspor pulp ini disebabkan oleh terjadinya krisis ekonomi global yang menyebabkan penurunan harga pulp dunia sehingga daya beli pun semakin turun. Penurunan nilai ekspor pulp Indonesia ke pasar Jepang juga terjadi