Jenis dan Sumber Data
49
terjadi penurunan ekspor pulp Indonesia ke China dari tahun 2000 ke 2001. Penurunan ekspor tersebut dikarenakan adanya pembukaan izin ekspor kayu bulat
pada tahun 1998 hingga 2001. Adanya pembukaan ekspor kayu bulat menjadikan terciptanya pasar dan permintaan yang memicu pembalakan liar dan
penyelundupan kayu yang menekan produksi dan ekspor produk hasil hutan yang lain, termasuk pulp dan kertas Kuswahyo 2009. Mulai berlakunya kebijakan
ekolabeling di dunia tahun 2000 belum memberikan efek pada perdagangan pulp antara Indonesia dan China karena baru pada bulan Desember tahun 2002
Indonesia dan China menandatangani Nota Kesepakatan Mengenai Kerjasama dalam Menghentikan Perdagangan Produk Hutan Illegal Tacconi, et al 2004.
Penurunan laju perkembangan yang paling rendah terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar -36.41, penurunan tersebut terjadi akibat adanya krisis ekonomi global
yang melanda Amerika dan Eropa. Krisis ekonomi global menyebabkan harga pulp menurun karena daya beli dunia yang rendah. Krisis perekonomian global
memberikan dampak yang cukup besar terhadap perekonomian China, hal tersebut ditunjukkan dengan penurunan impor pulp China dari Indonesia.
Laju perkembangan ekspor pulp Indonesia ke China paling tinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 47.34. Meskipun terjadi penurunan harga pulp
dunia akibat krisis ekonomi global namun pada tahun 2010 permintaan pulp dunia meningkat, termasuk permintaan pulp oleh China. Volume eskpor pulp meningkat
dari 1.05juta ton pada Januari 2010 menjadi 1.81 juta ton pada September 2010. Kenaikan volume eskpor pulp menyebabkan nilai ekspor total juga naik, namun
kenaikan nilai ekspor pulp pada 2010 tidak setinggi kenaikan volume ekspor karena harga pulp dunia merosot. Harga pulp dunia baru meningkat pada tahun
2011 Munthe 2011.