Analisis Perkembangan Ekspor Kertas Indonesia ke Pasar Importir

62 Tabel 20. Perkembangan Nilai Ekspor Kertas Indonesia ke AustraliaTahun 2000-2012 Tahun Nilai Ekspor Kertas Indonesia US Laju Perkembangan 2000 135,751,142 2001 138,168,173 1.780 2002 139,853,198 1.220 2003 138,887,751 -0.690 2004 181,626,263 30.772 2005 150,426,075 -17.178 2006 170,296,639 13.210 2007 183,444,045 7.720 2008 192,490,831 4.932 2009 137,965,126 -28.326 2010 168,011,273 21.778 2011 161,869,628 -3.655 2012 146,495,789 -9.498 Rata-rata 157,329,687 1.839 Sumber : UN Comtrade 2012. Pada tahun 2000 ke 2001 terjadi kenaikan nilai ekspor kertas Indonesia ke Australia sebesar 1.780. Terjadinya peningkatan nilai ekspor kertas pada tahun 2001 ini mengindikasikan bahwa pemberlakuan kebijakan ekolabeling dunia pada tahun 2000 tidak memberikan dampak yang negatif pada ekspor kertas Indonesia ke Australia pada tahun 2001. Penerapan ekolabeling antara Indonesia dan Australia baru terjadi pada tahun Pada akhir tahun 2011 ke 2012 terjadi penurunan nilai ekspor kertas Indonesia ke Australia. Penurunan nilai ekspor kertas pada 2012 umumnya terjadi karena adanya penurunan harga komoditi di pasar dunia meskipun jika dari sisi volume ekspor mengalami peningkatan Syafputri 2013. Peningkatan laju perkembangan nilai ekspor kertas Indonesia ke Australia yang tertinggi terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 30.772. Peningkatan nilai ekspor tersebut disebabkan karena terjadinya apresiasi mata uang Australia terhadap dollar Amerika Serikat sehingga berdampak kurang menuntungkan bagi industri dalam negeri karena harus berkompetisi ketat dengan produk impor yang lebih murah. Sekitar 20 dari 800 perusahaan Australia yang disurvey oleh Australian Industry Group AIG mempertimbangkan untuk memindahkan beberapa unit produksinya ke luar negeri, sedangkan sebagian lainnya mempertimbangkan untuk menghentikan produksinya dan cenderung akan mengimpor produk dengan biaya yang lebih rendah. Keadaan Australia pada 63 tahun 2004 ini memberikan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspornya ke Australia termasuk ekspor kertas Kemenperin 2004. Penurunan laju perkembangan nilai ekspoe kertas Indonesia ke Australia yang terendah terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 28.326. Penurunan ini terjadi akibat krisis ekonomi global yang melanda dunia sehingga mengkaibatkan penurunan pangsa pasar dan melemahnya permintaan produk. Penurunan drastic pertumbuhan ekspor Indonesia pada tahun 2009 juga disebabkan oleh harga kertas di pasar Internasional yang menurun serta berkurangnya volume permintaan dari Australia Maruli 2009.

5.2.5. Ekspor Kertas Indonesia ke Pasar China

China merupkan negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat dan sampai saat ini terus berkembang. Pada saat GDP China berada pada US 7.5 triliun, saat itu GDP Amerika Serikat lebih dari US 15 triliun. Akan tetapi sekarang keadaan tersebut mulai berubah, pertumbuhan perekonomian China setiap tahun terlihat begitu cepat. Posisi China saat ini seakan sudah menyaingi perekonomian Amerika Serikat Ndw 2013 China menjadi pasar dengan konsumsi kertas kedua terbesar di dunia. Tercatat bahwa pada tahun 2013 konsumsi kertas China sebesar 12-15 kg per kapita per tahun Ratomo 2013. Tabel 21 memberikan informasi mengenai perkembangan nilai ekspor kertas Indonesia di pasar China. Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa selama periode tahun 2000 hingga 2012 ekspor kertas Indonesia mengalami penurunan. Hal tersebut dapat terlihat dari rata-rata laju perkembangan nilai ekspor kertas Indonesia ke China yang bernilai negatif yaitu sebesar -1.804. Penurunan ekspor kertas Indonesia ke China menurun dapat disebabkan oleh perkembangan industri kertas di China yang semakin meningkat. Industri kertas di China naik 30 per tahun. Selain untuk memenuhi kebutuhan pasar domestiknya, produksi kertas China mengekspor produknya ke Indonesia Ekarina 2012. Pada tahun 2000 ke 2001 terjadi penurunan laju perkembangan ekspor kertas Indonesia di pasar China sebesar 30.085. Penurunan ekspor kertas Indonesia ke China tahun 2001 disebabkan dibukanya penjualan ekspor kayu bulat Indonesia yang dimulai pada tahun 1998 hingga 2001. Adanya pembukaan ekspor 64 kayu bulat menjadikan terciptanya pasar dan permintaan yang memicu pembalakan liar dan penyelundupan kayu yang menekan produksi dan ekspor produk hasil hutan yang lain, termasuk pulp dan kertas Kuswahyo 2009. Pada bulan Desember tahun 2002 Indonesia dan China menandatangani Nota Kesepakatan Mengenai Kerjasama dalam Menghentikan Perdagangan Produk Hutan Illegal sehingga menyebabkan terjadinya penurunan laju nilai ekspor kertas Indonesia ke China tahun 2003 Tacconi, et al 2004. Ekolabeling yang disepakati pada tahun 2003 menyebabkan penurunan ekspor kertas Indonesia ke China. Penurunan ekspor kertas Indonesia ke China antara tahun 2000 dan 2001 merupakan penurunan ekspor kertas terbesar yang pernah terjadi selama periode tahun 2000 hingga 2012. Pada tahun 2011 ke 2012 terjadi penurunan ekspor kertas Indonesia yang cukup besar yaitu -27.208. Penurunan ekspor kertas pada tahun ini disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi China pada 2012 dari 7.9 pada kuartal IV2012 menjadi 7.7 di kuartal I2013 Sidik 2013. Tabel 21. Perkembangan Nilai Ekspor Kertas Indonesia ke China Tahun 2000-2012 Tahun Nilai Ekspor Kertas Indonesia US Laju Perkembangan 2000 220,502,962 2001 154,163,846 -30.085 2002 206,062,807 33.665 2003 197,440,029 -4.185 2004 200,292,118 1.445 2005 174,035,370 -13.109 2006 201,173,914 15.594 2007 195,010,083 -3.064 2008 195732889 0.371 2009 157,452,526 -19.557 2010 193,746,224 23.051 2011 196,536,844 1.440 2012 143,063,760 -27.208 Rata-rata 187,324,105.5 -1.804 Sumber : UN Comtrade 2012. Jika penurunan laju perkembangan nilai ekspor kertas Indonesia di pasar China terendah terjadi pada tahun 2001, maka peningkatan laju perkembangan nilai ekspor kertas Indonesia ke China tertinggi terjadi tahun 2002. Peningkatan laju perkembangan ekspor terjadi akibat disepakatinya kerjasama China-ASEAN 65 Free Trade Agreement sehingga meningkatkan perekonomian Indonesia Silvia, et al 2012.

5.3 Ringkasan

Berdasarkan hasil analisis mengenai perkembangan nilai ekspor pulp dan kertas Indonesia ke negara-negara importir utama pada periode tahun 2000 hingga 2012 diketahui bahwa ekspor pulp dan kertas Indonesia semakin meingkat setiap tahunnya. Peningkatan ekspor pulp dan kertas Indonesia dapat dilihat berdasarkan rata-rata laju perkembangan ekspor pulp dan kertas Indonesia ke masing-masing negara importir utama selama tahun 2000 hingga 2012 yang bernilai positif. Untuk komoditas pulp ekspor Indonesia mengalami peningkatan ke seluruh negara importir utama, sedangkang untuk komoditas kertas Indonesia tidak semua mengalami peningkatan ekspor. Kertas Indonesia mengalami penurunan ekspor di China yaitu sebesar -1.804. Melihat prospek perkembangan ekspor pulp dan kertas Indonesia yang baik di pasar internasional, maka Indonesia disarankan untuk memperluas pangsa pasar pulp dan kertasnya. Menurunnya perkembangan produksi pulp dan kertas dari negara-negara anggota NORSCAN yang merupakan pengekspor utama pulp dan kertas dunia juga memberikan keuntungan bagi Indonesia untuk mengembangkan ekspor pulp dan kertasnya. Ekspor pulp dan kertas Indonesia sebenarnya sudah memasuki negara-negara Eropa dan Timur Tengah, tetapi masih dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Hal tersebut dikarenakan pada negara- negara Eropa dan Timur Tengah pulp dan kertas lebih banyak disupply dari negara NORSCAN. Oleh karena itu, dengan menurunnya keadaan produksi negara NORSCAN dan perkembangan ekspor pulp dan kertas Indonesia yang baik diharapkan pulp dan kertas Indonesia dapat merebut pasar di negara-negara Eropa dan Timur Tengah. 66

VI. POSISI DAYA SAING KOMODITAS PULP DAN KERTAS INDONESIA DI NEGARA IMPORTIR UTAMA

Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai posisi daya saing pulp dan kertas Indonesia di pasar negara importir utama. Informasi mengenai bagaimana daya saing pulp dan kertas Indonesia di pasar negara-negara importir utama sangat penting agar dapat meningkatkan ekspor pulp dan kertas Indonesia ke negara tujuan ekspor utama. Untuk memperoleh informasi mengenai bagaimana daya saing pulp dan kertas Indonesia di pasar negara importir utama, perlu dimulai dengan menaksir keunggulan komparatif pulp dan kertas Indonesia di negara importir utama. Untuk mengetahui posisi daya saing pulp dan kertas Indonesia di negara importir utama digunakan metode Revealed Comparative Advantage RCA untuk menganalisis keunggulan komparatif pulp dan kertas Indonesia di negara importir utama, kemudian menggunakan metode Constant Market Share Analysis CMSA untuk menganalisis dinamika tingkat daya saing pulp dan kertas Indonesia di negara importir utama.

6.1 Hasil Estimasi Revealed Comparative Advantage RCA dan Constant

Market Share Analysis CMSA Komoditas Pulp Indonesia di Negara Importir Utama 6.1.1. China Untuk mengetahui bagaimana keunggulan komparatif pulp Indonesia di pasar China digunakan metode RCA. Apabila nilai RCA lebih besar dari satu maka pangsa pasar ekspor pulp Indonesia ke China dalam total ekspornya jauh lebih besar daripada pangsa pasar ekspor komoditi tertentu di China dalam total ekspornya. Tabel 22 memperlihatkan hasil estimasi RCA pulp Indonesia dan negara-negara pesaingnya di pasar China. Tabel 22. Nilai Rata-rata RCA Pulp Indonesia dan Negara-negara Pesaingnya di Pasar China Tahun 2000-2012 China Indonesia Chile Amerika Kanada 6.80 9.28 2.68 14.75 Sumber : UN Comtrade 2012 diolah. Dari hasil estimasi RCA diperoleh bahwa nilai rata-rata RCA pulp Indonesia ke China lebih besar dari satu, hal tersebut menandakan bahwa pulp 67 Indonesia memiliki keunggulan komparatif di pasar China. Negara Chile dan Kanada memiliki nilai rata-rata RCA yang lebih besar dari Indonesia, hal tersebut menandakan bahwa pulp yang berasal dari Chile dan Kanada memiliki keunggulan komparatif yang lebih tinggi di pasar China jika dibandingkan dengan pulp Indonesia di pasar China. Nilai ekspor pulp Chile ke China lebih kecil daripada nilai ekspor pulp Indonesia ke China, tetapi nilai RCA pulp Chile lebih besar daripada nilai RCA pulp Indonesia di pasar China. Pulp Amerika di pasar China memiliki nilai rata-rata RCA lebih kecil daripada nilai rata-rata RCA pulp Indonesia di pasar China, yaitu sebesar 2.68. Padahal nilai ekspor pulp Amerika ke China lebih besar daripada nilai ekspor pulp Indonesia ke China. Hal tersebut menunjukkan bahwa pulp Amerika memiliki keunggulan komparatif yang lebih rendah jika dibandingkan dengan pulp Indonesia di pasar China. Tabel 23. Nilai Rata-rata CMSA Pulp Indonesia di Pasar ChinaTahun 2000-2012 Negara Uraian Rata-rata Nilai CMSA China Pertumbuhan Standar 82,099,626.26 Efek Komposisi Komoditas -4,965,016.17 Efek Daya Saing -34,731,052.01 Sumber : UN Comtrade 2012 diolah. Tabel 23 memperlihatkan hasil estimasi CMSA pulp Indonesia di pasar China. Berdasarkan hasil analisis mengenai kinerja ekspor pulp Indonesia dengan menggunakan metode CMSA, terdapat hasil berupa sumber-sumber pertumbuhan ekspor pulp Indonesia yaitu pertumbuhan standar, efek komposisi komoditas, dan efek daya saing. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode CMSA, dapat diketahui bahwa efek pertumbuhan standar memiliki rata-rata nilai yang bertanda positif. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan pertumbuhan ekspor dunia pertumbuhan standar dapat memberikan dampak yang positif bagi pertumbuhan ekspor Indonesia. Nilai dari pertumbuhan standar ini masih lebih besar daripada pertumbuhan ekspor pulp Indonesia lampiran 3.1 artinya kinerja ekspor dunia masih lebih baik daripada pertumbuhan ekspor pulp Indonesia, sehingga Indonesia perlu berupaya untuk meningkatkan kinerja ekspor pulpnya. Efek komposisi 68 komoditas pulp Indonesia bernilai negatif, hal tersebut mengindikasikan bahwa ekspor pulp Indonesia ke pasar China pada tahun 2000-2012 belum cukup diminati pasar dengan kata lain Indonesia telah mengekspor produk yang kurang tepat bagi pasar China dan tidak sesuai dengan permintaan pasar China. Ekspor pulp Indonesia ke pasar China juga memiliki daya saing yang kurang baik dibandingkan negara eksportir lain yang juga mengekspor ke pasar China. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai efek daya saing pulp Indonesia yang bernilai negatif. Berdasarkan keempat efek tersebut, kinerja ekspor pulp Indonesia ke China lebih dipengaruhi oleh pertumbuhan standar. Berdasarkan hasil estimasi menggunakan RCA diketahui bahwa pulp Indonesia memiliki keunggulan komparatif dan berdaya saing akan tetapi berdasarkan hasil estimasi menggunakan CMSA pulp Indonesia memiliki pergerakan daya saing yang menurun selama periode tahun 2000 hingga 2012 jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya yang juga mengekspor pulp ke China. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pulp Indonesia memang memiliki keunggulan komparatif di pasar China namun bukan disebabkan karena daya saing yang kuat dari ekspor Indonesia pada pasar China. 6.1.2. Korea Selatan Hasil estimasi RCA pulp Indonesia di pasar Korea Selatan tertera pada Tabel 24. Dalam tabel tersebut memperlihatkan pulp Indonesia yang dianalisis dari tahun 2000 hingga 2012 memiliki nilai RCA lebih dari satu sehingga dapat dikatakan bahwa pulp Indonesia memiliki keunggulan komparatif diatas rata-rata Korea Selatan. Tabel 24. Nilai Rata-rata Pulp Indonesia dan Negara-negara Pesaingnya di Pasar Korea Selatan Tahun 2000-2012 Korea Selatan Indonesia Amerika Kanada Chile 4.61 1.91 23.04 11.29 Sumber : UN Comtrade 2012 diolah. Pada Tabel 24 dapat dilihat juga nilai rata-rata RCA pulp dari negara- negara pesaing Indonesia yang juga mengekspor pulp ke pasar Korea Selatan. Amerika memiliki nilai rata-rata RCA yang lebih rendah dibandingkan Indonesia meskipun Amerika memiliki nilai ekspor pulp yang lebih besar dari Indonesia, 69 artinya pulp yang berasal dari Amerika memiliki keunggulan komparatif yang lebih rendah di pasar Korea Selatan daripada pulp yang berasal dari Indonesia. Sedangkan Kanada dan Chile memiliki nilai rata-rata RCA yang lebih tinggi dari Indonesia. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pulp yang berasal dari Kanada dan Chile memiliki keunggulan komparatif lebih kuat dibandingkan pulp yang berasal dari Indonesia di pasar Korea Selatan. Hasil estimasi CMSA pulp Indonesia di pasar Korea Selatan dapat dilihat pada Tabel 25. Berdasarkan hasil estimasi CMSA tersebut dapat diketahui yang menjadi sumber yang paling mempengaruhi pertumbuhan ekspor pulp Indonesia di pasar Korea Selatan adalah pertumbuhan standar. Tabel 25. Nilai Rata-rata CMSA Pulp Indonesia di Pasar Korea Selatan Tahun 2000-2012 Negara Uraian Rata-Rata Nilai CMSA Indonesia Pertumbuhan Standar 18,818,022.33 Efek Komposisi Komoditas -18,261,300.05 Efek Daya Saing 9,984,333.22 Sumber : UN Comtrade 2012 diolah. Berdasarkan hasil analisis menggunakan CMSA pada Tabel 25 diperoleh hasil bahwa pulp Indonesia memiliki nilai rata-rata pertumbuhan standar yang positif. Hal tersebut menandakan bahwa kenaikan pertumbuhan ekspor dunia pertumbuhan standar dapat memberikan dampak yang positif bagi pertumbuhan ekspor Indonesia. Nilai dari pertumbuhan standar ini masih lebih besar daripada pertumbuhan ekspor pulp Indonesia lampiran 3.2 artinya kinerja ekspor dunia masih lebih baik daripada pertumbuhan ekspor pulp Indonesia, sehingga Indonesia perlu berupaya untuk meningkatkan kinerja ekspor pulpnya. Efek komposisi komoditas Indonesia bernilai negatif. Hal ini menandakan bahwa komposisi komoditi ekspor Indonesia belum sesuai dengan permintaan pasar Korea Selatan. Efek daya saing Indonesia pada pasar Korea Selatan bernilai positif, artinya bahwa ada peningkatan daya saing pulp bagi Indonesia di pasar Korea Selatan sehingga pulp Indonesia memiliki daya saing yang semakin kuat. Dari hasil estimasi menggunakan RCA diketahui bahwa pulp Indonesia memiliki keunggulan komparatif dan berdaya saing dan berdasarkan hasil estimasi 70 menggunakan CMSA pulp Indonesia juga memiliki peningkatan daya saing di pasar Korea Selatan pada periode tahun 2000 hingga 2012. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pulp Indonesia memiliki daya saing pulp Indonesia yang kuat pada negara tersebut. 6.1.3. India Hasil estimasi RCA pulp Indonesia di pasar India dapat dilihat pada Tabel 26. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa pulp Indonesia yang diekspor ke India pada periode tahun 2000 hingga 2012. Memiliki nilai rata-rata RCA lebih dari satu. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pulp Indonesia memiliki keunggulan komparatif di pasar India. Tabel 26. Nilai Rata-rata RCA Pulp Indonesia dan Negara-negara Pesaingnya di Pasar India Tahun 2000-2012 India Indonesia Amerika Kanada Swedia 3.39 4.82 20.66 8.09 Sumber : UN Comtrade 2012 diolah. Dalam Tabel 26 dapat dilihat juga nilai rata-rata RCA pulp dari negara- negara pesaing Indonesia yang juga mengekspor pulp ke pasar India. Nilai rata- rata RCA pulp Indonesia di pasar India yang lebih dari satu menyatakan bahwa Indonesia memiliki keunggulan komparatif namun, nilai rata-rata RCA pulp Indonesia di pasar India ini lebih rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata RCA pulp negara-negara pesaingnya seperti Amerika, Swedia, dan Kanada. Hal ini mengindikasikan bahwa keunggulan komparatif pulp Indonesia di pasar India masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara pesaingnya. Tabel 27. Nilai Rata-rata CMSA Pulp Indonesia di Pasar India Tahun 2000-2012 Negara Uraian Rata-Rata Nilai CMSA Indonesia Pertumbuhan Standar 11,842,016.72 Efek Komposisi Komoditas -4,354,411.14 Efek Daya Saing 2,450,368.84 Sumber : UN Comtrade 2012 diolah. 71 Hasil estimasi menggunakan CMSA dapat dilihat pada Tabel 27. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa bahwa pertumbuhan standar pulp Indonesia memiliki nilai rata-rata yang positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa kenaikan pertumbuhan ekspor dunia pertumbuhan standar dapat memberikan dampak yang positif bagi pertumbuhan ekspor Indonesia. Nilai dari pertumbuhan standar ini masih lebih besar daripada pertumbuhan ekspor pulp Indonesia lampiran 3.3 artinya kinerja ekspor dunia masih lebih baik daripada pertumbuhan ekspor pulp Indonesia, sehingga Indonesia perlu berupaya untuk meningkatkan kinerja ekspor pulpnya. Efek komposisi komoditas Indonesia bernilai negatif. Hal ini menandakan bahwa komposisi komoditi ekspor Indonesia belum sesuai dengan permintaan pasar di India sehingga Indonesia belum mengekspor produk yang tepat. Efek daya saing Indonesia bernilai positif. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya peningkatan daya saing pulp di pasar India sehingga pulp Indonesia memiliki daya saing yang kuat. Dari analisis CMSA diketahui bahwa yang paling mempengaruhi pertumbuhan ekspor pulp Indonesia di pasar India adalah pertumbuhan standar. Berdasarkan hasil estimasi menggunakan RCA diketahui bahwa pulp Indonesia memiliki keunggulan komparatif dan berdasarkan hasil estimasi menggunakan CMSA pulp Indonesia juga memiliki peningkatan daya saing di pasar India pada tahun 2000 hingga 2012. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pulp Indonesia memang memiliki daya saing yang baik pada pasar India. 6.1.4. Jepang Hasil estimasi RCA pada komoditas pulp Indonesia di pasar Jepang disajikan dalam Tabel 28. Dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa pada periode tahun 2000 hingga 2012 pulp Indonesia yang dianalisis dalam penelitian ini memiliki nilai rata-rata RCA lebih besar dari satu yang berarti komoditas pulp Indonesia memiliki keunggulan komparatif di pasar Jepang. Tabel 28. Nilai Rata-rata RCA Pulp Indonesia dan Negara-negara Pesaingnya di Pasar Jepang Tahun 2000-2012 Jepang Indonesia Amerika Kanada Brazil 1.26 2.87 19.88 12.25 Sumber : UN Comtrade 2012 diolah.