Kerangka Pemikiran Teoritis .1 Perdagangan Internasional

36 kepada nisbah ekspor impor dianggap memiliki kelemahan mendasar. Pertama, campur tangan pemerintah dan berbagai macam distorsi pasar cenderung akan membuat nisbah ekspor impor menjadi bias untuk mengukur tingkat keunggulan komparatif suatu komoditas. Kedua, pengukuran keunggulan komparatif dengan nisbah ekspor impor memang bisa menggambarkan pola perdagangan yang ada, namun ia tidak mampu mencerminkan apakah pola tersebut merupakan yang optimal. Bertolak dari dua kelemahan tersebut Bela Balassa memodifikasi perumusannya dengan menggunakan relative export share. Alasan utama menggunakan pangsa ekspor relatif adalah mengingat bahwa data impor cenderung lebih biar karena pemerintah kerap memberlakukan berbagai peraturan untuk menekan impor. Ini tidak berarti bahwa data ekspor bersih dari distorsi, namun dianggap bahwa data ekspor lebih bersih dari berbagai distorsi. RCA diukur berdasarkan konsep bahwa kinerja ekspor suatu produk dari suatu negara diukur dengan menghitung pangsa nilai ekspor suatu produk terhadap total ekspor suatu negara dibandingkan dengan pangsa nilai produk tersebut dalam perdagangan dunia. RCA dirumuskan sebagai berikut : RCA = Dimana : - : Nilai ekspor komoditi i Indonesia ke dunia - � : Nilai total ekspor Indonesia ke dunia - : Nilai ekspor komoditi i dunia - � : Nilai total ekspor dunia Nilai RCA yang lebih dari satu menunjukan bahwa pangsa komoditas i di dalam ekspor total negara j lebih besar dari pangsa rata-rata komoditas yang bersangkutan dalam ekspor semua negara dunia. Artinya, negara j lebih berspesialisasi di kelompok komoditas yang bersangkutan. Kebalikannya berlaku untuk nilai RCA yang lebih kecil dari satu. Sebagaimana metode-metode lainnya, pengukuran keunggulan komparatif dengan menggunakan RCA ini tidak lepas dari beberapa kelemahan. Yang paling mendasar ialah asumsi bahwa setiap negara mengekspor semua komoditas. Kedua, 37 nilai RCA memang dapat menjelaskan pola perdagangan yang telah dan sedang berlangsung, namun ia tidak dapat menjelaskan apakah pola tersebut adalah yang optimal. Selain itu, ia juga tidak dapat memprediksi pola keunggulan di masa mendatang. Sekalipun terdapat kelemahan-kelemahan, berbagai penelitian telah menggunakan metode ini dengan hasil yang cukup memuaskan. Metode RCA kerap digunakan terutama karena mudah memperoleh data dan mengoperasionalkannya.

3.1.4 Constant Market Share Analysis CMSA

Untuk mengukur daya saing ekspor suatu produk telah dikembangkan berbagai model analisis daya saing. Salah satu diantaranya adalah Constant Market Share Analysis CMSA atau model pangsa pasar konstan. CMSA digunakan untuk mengetahui daya saing suatu komoditas di pasar dunia dari suatu negara relatif terhadap pesaingnya. Penggunaan pendekatan CMSA didasarkan pada pemahaman teoritis bahwa, laju pertumbuhan ekspor suatu negara bisa lebih kecil, sama, atau lebih tinggi daripada laju pertumbuhan ekspor rata-rata dunia pertumbuhan standar. Berdasarkan Leamer dan Stern 1970 dalam Suprihatini 2005 dijelaskan bahwa dalam CMSA, suatu negara memiliki pertumbuhan ekspor lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekspor dunia disebabkan oleh tiga alasan, yaitu 1 ekspor terkonsentrasi pada komoditas-komoditas yang memiliki pertumbuhan permintaannya relatif rendah; 2 ekspor lebih ditujukan ke wilayah yang mengalami stagnasi; dan 3 ketidakmampuannya bersaing dengan negara-negara pengekspor lainnya. Asumsi dasar CMSA adalah bahwa pangsa pasar ekspor suatu negara di pasar dunia tidak boleh berubah antar waktu. Oleh karena itu, efek dari daya saing merupakan perbedaan antara pertumbuhan ekspor aktual suatu negara dengan pertumbuhan yang mungkin terjadi apabila suatu negara dapat mempertahankan pangsa pasarnya. Nilai daya saing yang negatif menggambarkan bahwa negara tersebut gagal dalam mempertahankan pangsa pasarnya, dan sebaliknya untuk nilai positif. Efek daya saing pada analisis CMSA ini lebih bersumber pada daya saing harga Suprihatini 2005. 38 Terdapat empat parameter pada model CMSA yaitu : a. Pertumbuhan Standar Pertumbuhan standar menandakan standar umum dari pertumbuhan ekspor seluruh negara dalam pasar dunia, atau ke kawasan tertentu. Hal ini menggambarkan kinerja ekspor beberapa negara atau negara pesaing dibandingkan dengan Indonesia. Jika pertumbuhan standar dunia lebih rendah daripada pertumbuhan ekspor Indonesia, maka performa ekspor Indonesia lebih baik dibandingkan negara lain, dan sebaliknya. b. Efek Komposisi Komoditas Efek komposisi komoditas merupakan parameter yang menjelaskan tingkat kesesuaian komoditi suatu negara di pasar negara tujuan. Efek komposisi komoditas dapat bernilai positif atau negatif. Nilai positif menandakan bahwa komposisi komoditi suatu negara telah cukup memenuhi permintaan pasar dan persyaratan pasar, hal tersebut menunjukkan bahwa negara sudah mengekspor produk yang tepat. c. Efek Distribusi Pasar Efek distribusi pasar dapat bernilai negatif atau positif. Nilai ini menandakan apakah negara-negara tujuan merupakan pasar yang potensial bagi negara eksportir atau bukan. Nilai akan bernilai positif apabila suatu negara telah mendistribusikan pasarnya ke pusat pertumbuhan permintaan. d. Efek Daya Saing Efek daya saing menandakan peningkatan atau penurunan tingkat daya saing komoditi dari suatu negara dibandingkan negara-negara pesaingnya di pasar negara tujuan. Nilai dari efek daya saing ini dapat bernilai positif atau negatif. Nilai positif menandakan bahwa negara tersebut memiliki daya saing yang kuat, sedangkan nilai negatif menandakan bahwa negara tersebut memiliki daya saing yang lemah. Dalam analisis CMSA lambat atau tingginya laju pertumbuhan ekspor dibandingkan laju pertumbuhan ekspor standar rata-rata dunia diuraikan menjadi tiga faktor, yaitu komposisi produk ekspor, distribusi pasar dunia, dan daya saing Tambunan 2001. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut : Pertumbuhan standar : g = � −� −1 � −1 1 39 Efek komposisi komoditas : + ∑ � −� � �−1 � �−1 2 Efek distribusi pasar : + ∑ ∑ � −� � �−1 � �−1 3 Efek daya saing : + ∑ ∑ � � −� �−1 −� � �−1 � �−1 4 � = � − �−1 �−1 …………………………………………….5 � = � − �−1 �−1 ...................................................................6 � = � − �−1 �−1 …………………………...........……….7 Berdasarkan efek-efek diatas, maka pertumbuhan ekspor suatu negara adalah sebagai berikut : � −� −1 � −1 = � + 2 + 3 + 4 Dimana : � : Nilai total ekspor komoditas Indonesia � : Nilai total ekspor komoditas i Indonesia � : Nilai total ekspor komoditas Indonesia ke negara j � : Nilai total ekspor komoditas i Indonesia ke negara j : Nilai total ekspor standar dunia pada komoditas i : Nilai total ekspor standar dunia ke negara j : Nilai total ekspor standar dunia pada komoditas I ke negara j � : pada tahun t � − 1 : pada tahun sebelumnya Metode CMSA memiliki beberapa kelemahan. Muhammad dan Habibah 1993 dalam Suprihatini 2005 memaparkan kelemahan CMSA antara lain adalah persamaan yang digunakan sebagai basis untuk menguraikan pertumbuhan ekspor adalah persamaan identitas. Oleh karena itu, alasan-alasan dari terjadinya 40 perubahan daya saing ekspor tidak dapat dievaluasi dengan menggunakan CMSA saja. Kelemahan lainnya adalah mengabaikan perubahan daya saing pada titik waktu yang terdapat diantara dua titik waktu yang digunakan. Namun demikian, analisis ini sangat berguna untuk mengkaji kecenderungan daya saing produk yang dihasilkan suatu negara.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Indonesia memiliki hutan yang cukup luas dengan berbagai potensi sumberdaya alam dan hasil hutan yang terkandung di dalamnya. Salah satu produk hasil hutan yang dimanfaatkan adalah pulp dan kertas. Komoditas pulp dan kertas Indonesia dapat memenuhi kualitas dan standar internasional sehingga perdagangannya saat ini sudah memasuki pasar dunia. Negara tujuan ekspor utama pulp Indonesia adalah China, Jepang, Korea Selatan, India, dan Taiwan. Sedangkan negara tujuan ekspor utama kertas Indonesia adalah Jepang, Malaysia, Amerika Serikat, Australia, dan China. Indonesia berperan sebagai eksportir pulp dan kertas di pasar intenasional. Biaya input yang lebih rendah dan ketersediaan bahan baku yang mencukupi menjadi keuntungan bagi Indonesia untuk bersaing dengan negara-negara eksportir pulp dan kertas lain. Akan tetapi hingga saat ini kontribusi ekspor pulp dan kertas Indonesia di pasar internasional terutama di pasar negara importir utama masih belum maksimal dibandingkan dengan negara-negara eksportir lain, hal tersebut mengakibatkan lemahnya daya saing pulp dan kertas Indonesia di pasar importir utama. Indonesia sebagai negara beriklim tropis dan memiliki hutan yang lebih luas dibandingkan dengan negara-negara eksportir lain seharusnya mampu untuk berkontribusi lebih besar pada perdagangan pulp dan kertas. Namun pada kenyataannya saat ini pulp dan kertas Indonesia masih kalah dengan negara- negara eksportir lain. Ekspor pulp dan kertas Indonesia juga mengalami tantangan baru dalam era perdagangan global, yaitu berupa pemberlakuan ekolabeling bagi produk- produk yang sensitif terhadap perubahan lingkungan. Saat ini pasar dunia sudah mengarah pada produk yang ramah lingkungan. Pasar dunia hanya menerima produk pulp dan kertas yang berasal dari hutan yang sudah memiliki sertifikat 41 ekolabel sehingga bisa dipertanggungjawabkan legalitasnya. Apabila para perusahaan pulp dan kertas Indonesia gagal dalam memenuhi persyaratan dan sertifikat ekolabel tersebut, maka diperkirakan Indonesia akan kehilangan devisa yang cukup besar dari sektor industri pulp dan kertas. Gambar 7. Diagram Alur Kerangka Pemikiran Operasional Adanya tantangan dalam era perdagangan bebas berupa kebijakan ekolabeling dan bertambahnya negara pesaing baru. Analisis deskriptif dengan tabulasi data untuk mendeskripsikan ekspor pulp dan kertas Indonesia serta negara-negara pesaingnya. Metode RCA dan CMSA untuk menganalisis posisi daya saing pulp dan kertas Indonesia dan negara-negara pesaingnya. Strategi peningkatan daya saing pulp dan kertas Indonesia. Masih rendahnya kontribusi ekspor pulp dan kertas Indonesia di pasar negara tujuan ekspor utama dibandingkan dengan negara eksportir lain. Indonesia memiliki potensi hasil hutan yang cukup besar, salah satunya adalah pulp dan kertas Komoditas pulp dan kertas Indonesia yang berdaya saing atau tidak berdaya saing. 42 Data-data mengenai ekspor pulp dan kertas Indonesia dan negara-negara pesaingnya kemudian ditabulasikan dan dideskripsikan menurut teori ekonomi. Posisi daya saing pulp dan kertas Indonesia dianalisis dengan menggunakan Revealed Comparative Advantage RCA dan Constant Market Share Analysis CMSA. Alat analisis RCA digunakan untuk mengetahui keunggulan komparatif dari produk pulp dan kertas Indonesia. Pada metode RCA akan dilakukan perbandingan antara nilai ekspor pulp dan kertas dengan pangsa pasar produk pulp dan kertas di dunia. Nilai RCA lebih dari satu menunjukkan bahwa produk pulp dan kertas berdaya saing dan begitu juga sebaliknya. Pendekatan CMSA digunakan untuk mengukur dinamika tingkat daya saing suatu industri dari suatu negara. Penggunaan pendekatan ini didasarkan pemahaman bahwa laju pertumbuhan ekspor suatu negara bisa lebih tinggi, sama, atau lebih kecil daripada laju pertumbuhan ekspor rata-rata dunia. Dari CMSA dapat terlihat performa daya saing pulp dan kertas Indonesia dan juga faktor yang mempengaruhi daya saing. Dari hasil analisis yang telah dikerjakan akan diperoleh hasil penelitian yang kemudian akan diperlukan saran dalam strategi meningkatkan daya saing pulp dan kertas Indonesia di negara importir utama. Gambar 7 menjelaskan secara konseptual mengenai analisis daya saing pulp dan kertas Indonesia di pasar negara importir utama. 43

IV. METODE

4.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Bentuk data sekunder yang digunakan adalah berupa data deret waktu atau time series dengan periode waktu tahun 2000-2012. Data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah atau lembaga terkait lain diantaranya yaitu Badan Pusat Statistik Republik Indonesia BPS RI, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia Kemendag RI, Kementerian Kehutanan Republik Indonesia Kemenhut RI, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Kemenperin RI, Asosiasi Pengusaha Pulp dan Kertas Indonesia APKI, United Nations Commodity Trade Statistics Database UN Comtrade, Food and Agriculture Organization FAO, jurnal-jurnal penelitian, serta literatur-literatur terkait lainnya. Data lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.2 Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan estimasi Revealed Comparative Advantage RCA dan Constant Market Share Analysis CMSA. Metode deskriptif dengan menggunakan tabulasi data yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian pertama yaitu dengan menghitung laju kinerja ekspor pulp Indonesia ke China, Jepang, Korea Selatan, India, dan Taiwan, dan menghitung laju kinerja ekspor kertas Indonesia ke Jepang, Malaysia, Amerika Serikat, Australia, dan China. Metode estimasi Revealed Comparative Advantage RCA dan Constant Market Share Analysis CMSA digunakan untuk menganalisis posisi daya saing pulp Indonesia ke China, Jepang, Korea Selatan, India, dan Taiwan juga menganalisis posisi daya saing kertas Indonesia ke Jepang, Malaysia, Amerika Serikat, Australia, dan China dan menganalisis posisi daya saing ekspor pulp dan kertas negara-negara pesaingnya di negara importir utama. Metode deskriptif dan metode estimasi Revealed Comparative Advantage RCA dan Constant Market Share Analysis CMSA menggunakan Microsoft Excel 2010. 44

4.2.1 Analisis Perkembangan Ekspor Pulp dan Kertas Indonesia

Tabulasi data dalam penelitian ini mencakup data ekspor pulp dan kertas dengan kode HS 47, HS 48, dan HS 49. Data ekspor yang digunakan mencakup ekspor pulp Indonesia ke China, Jepang, Korea Selatan, India, dan Taiwan dan ekspor kertas Indonesia ke Jepang, Malaysia, Amerika Serikat, Australia, dan China. Nilai laju digunakan untuk menganalisa fenomena yang terjadi pada ekspor pulp dan kertas Indonesia di negara-negara importir utama. Rumus untuk menghitung laju yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Laju ekspor = � � � −� � � −1 � � � −1 x 100 Keterangan : Laju ekspor = laju pertumbuhan ekspor Indonesia ke suatu negara Nilai ekspor t = nilai ekspor pulp atau kertas Indonesia ke suatu negara tahun ke-t Nilai ekspor t-1 = nilai ekspor pulp atau kertas Indonesia ke suatu negara setiap negara tahun sebelumnya

4.2.2 Analisis Posisi Daya Saing Ekspor Pulp dan Kertas Indonesia

Untuk menjawab tujuan kedua yaitu menganalisis posisi daya saing ekspor pulp dan kertas Indonesia di pasar negara importir utama dan dibandingkan dengan negara-negara pesaingnya maka digunakan metode Revealed Comparative Advantage RCA dan Constant Market Share Analysis CMSA.

4.2.2.1 Revealed Comparative Advantage RCA

Metode RCA digunakan untuk menganalisis keunggulan komparatif pulp dan kertas Indonesia di pasar internasional untuk kemudian dibandingkan dengan negara-negara pesaingnya. Rumus yang digunakan dalam menganalisis adalah sebagai berikut : RCA = Dimana : = nilai ekspor pulp atau kertas dari Indonesia atau negara-negara pesaingnya ke negara importir utama. � = nilai total ekspor Indonesia atau negara-negara pesaingnya ke negara 45 importir utama. = nilai ekspor pulp atau kertas dunia ke negara importir utama. � = nilai total ekspor dunia ke negara importir utama. Apabila nilai RCA1 maka Indonesia atau negara-negara pesaingnya memiliki keunggulan komparatif terhadap komoditas pulp atau kertas. Semakin besar nilai RCA yang diperoleh, maka semakin kuat keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu negara. Apabila nilai RCA1 maka Indonesia atau negara- negara pesaingnya tersebut tidak memiliki keunggulan komparatif terhadap komoditas pulp atau kertas dan sebaiknya negara yang memiliki nilai RCA1 tidak memproduksi pulp atau kertas untuk tujuan ekspor karena tidak memiliki daya saing di pasar internasional Soekarno 2009.

4.2.2.2 Constant Market Share Analysis CMSA

Metode CMSA digunakan dalam mengukur dinamika tingkat daya saing pulp dan kertas dari Indonesia dan negara-negara pesaingnya. Tulus 2001 menjelaskan bahwa pendekatan ini didasarkan pada pemahaman bahwa, laju pertumbuhan ekspor pulp dan kertas suatu negara bisa lebih kecil, sama, atau lebih besar dari pertumbuhan ekspor rata-rata pulp dan kertas dunia pertumbuhan standar. Hal tersebut dapat disebabkan karena : 1. Pertumbuhan permintaan dunia memang lambat, misalnya karena kurangnya minat dari pasar dunia komposisi ekspor. 2. Masalah distribusi pasar dunia dari negara eksportir. 3. Masalah daya saing dalam harga atau kualitas. Berdasarkan pemikiran teoritis diatas, pertumbuhan ekspor pulp dan kertas pada penelitian ini dapat diuraikan ke dalam tiga efek, yaitu : a efek pertumbuhan standar; b efek komposisi komoditi; dan c efek daya saing. Semakin tinggi nilai efek yang dihasilkan maka semakin baik kinerja ekspor pulp dan kertas.

1. Efek pertumbuhan standar dunia

Efek pertumbuhan standar merupakan perubahan ekspor pulp dan kertas suatu negara yang dihasilkan oleh pertumbuhan ekspor dunia. Efek ini menggambarkan kinerja ekspor pulp dan kertas Indonesia dibandingkan dengan negara-negara pesaingnya. Apabila pertumbuhan dunia lebih rendah daripada 46 pertumbuhan ekspor Indonesia, maka performa ekspor Indonesia lebih baik dibandingkan negara lain, dan sebaliknya. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : � = � − �−1 �−1 Dimana : � = pertumbuhan standar pada tahun t = nilai total ekspor dunia tahun t −1 = nilai total ekspor dunia tahun t-1 Tanda positif menunjukkan kenaikan pertumbuhan dunia menyumbang kenaikan pertumbuhan ekspor suatu negara. Sedangkan tanda negatif menunjukkan kenaikan pertumbuhan dunia menyumbang penurunan ekspor suatu negara.

2. Efek komposisi komoditas

Efek komposisi komoditas menjelaskan mengenai besarnya perbandingan antara besarnya persentase kenaikan permintaan negara tujuan ekspor untuk komoditas pulp dan kertas terhadap persentase kenaikan permintaan keseluruhan komoditi total di negara tujuan ekspor atau pasar dunia, kemudian nilai tersebut dikalikan dengan total keseluruhan ekspor untuk komoditas pulp dan kertas pada tahun dasar negara pengekspor atau pasar dunia. Nilai positif menunjukkan pertumbuhan ekspor Indonesia sebagian besar disebabkan oleh pilihan pasar yang benar. Sebaliknya nilai negatif menunjukkan bahwa ekspor Indonesia ditujukan ke pasar yang besar permintaannya tidak secepat pertumbuhan dunia Basri dan Munandar 2010. Misalnya, apabila pertumbuhan ekspor pulp atau kertas Indonesia ke dunia, lebih tinggi daripada petumbuhan impor pulp dan kertas oleh dunia, berarti efek komposisi komoditas produk pulp dan kertas Indonesia di pasar dunia akan positif. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : ∑ � −� � �−1 � �−1 Dimana : � = pertumbuhan standar pada tahun t