Daya saing produk perikanan Indonesia di beberapa negara importer utama dan dunia

(1)

OLEH

ADINDA KHARISMA RAMADHAN H14070098

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(2)

Adinda Kharisma Ramadhan. Daya Saing Produk Perikanan Indonesia di Beberapa Negara Importir Utama dan Dunia (Dibimbing oleh Muhammad Firdaus)

Perikanan dan kelautan merupakan salah satu core competence Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.504 pulau (Depdagri, 2006) yang menyebar dari sabang sampai merauke dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 km (World Resource Institute, 1997) dan luas lautan 5,8 juta km2. Penelitian ini menganalisis daya saing beberapa produk perikanan Indonesia di beberapa negara importir utama dan dunia. Produk perikanan yang dipilih adalah ikan hias, tuna sirip kuning segar, tuna sirip kuning beku, lobster beku, lobster segar, udang beku, udang segar, kepiting beku, kepiting segar dan siput. Negara importir utama yang dipilih adalah Australia, Cina, Hongkong, Jepang, Malaysia, Belanda, Singapura, Taiwan, Inggris dan Amerika Serikat. Analisis daya saing diawali dengan melihat perkembangan nilai ekspor dan mengidentifikasi strategi pesaing utama dalam bidang perikanan, dilanjutkan dengan mengestimasi keunggulan komparatif menggunakan metode Revealed Comparative Advantages (RCA) dan mengestimasi posisi daya saing menggunakan metode Export Product Dynamics (EPD) pada setiap produk ke setiap negara importir utama dan dunia tahun 2001, 2005 dan 2009.

Dari sepuluh negara importir utama, ada tujuh negara yaitu Cina, Jepang, Malaysia, Singapura, Taiwan, Inggris dan Amerika Serikat serta pasar dunia dimana sebagian besar produk perikanan Indonesia memiliki nilai ekspor yang berfluktuatif dari tahun 2001, 2005 dan 2009. Dua negara yaitu Australia dan Belanda mengalami peningkatan, sedangkan Hongkong mengalami penurunan. Rata-rata nilai ekspor tertinggi selama tahun 2001, 2005 dan 2009 pada sebagian besar negara importir terdapat pada produk udang beku, kecuali Malaysia pada produk kepiting segar. Negara pesaing utama Indonesia berbeda-beda pada setiap produk dan di setiap negara importir, tetapi secara keseluruhan pesaing utama tersebut adalah negara Filipina, Thailand, Kanada, Amerika Serikat dan Vietnam.

Hasil analisis Revealed Comparative Advantages (RCA) menunjukan bahwa setiap produk perikanan Indonesia yang diekspor memiliki keunggulan komparatif rata-rata tertinggi di setiap negara importir utama yang berbeda. Sementara dari rata-rata nilai RCA selama tahun 2001, 2005 dan 2009 hanya produk ikan hias, tuna sirip kuning segar dan udang beku yang selalu memiliki daya saing kuat di sepuluh negara importir utama dan dunia. Tujuh produk lainnya memiliki daya saing lemah pada negara importir tertentu. Estimasi dengan metode EPD menghasilkan bahwa ada lima negara yang memiliki pertumbuhan pangsa pasar produk yang positif (dinamis) yaitu Cina, Singapura, Jepang, Malaysia dan Amerika Serikat serta pasar dunia. Estimasi posisi daya saing tersebut menunjukkan bahwa 34 persen dari seluruh produk yang dianalisis memiliki posisi daya saing Rising Star, 25 persen Lost Opportunity, 21 persen Falling Star dan 20 persen Retreat. Dari hasil estimasi RCA dan EPD dapat


(3)

Berdasarkan hasil yang diperoleh, terlihat bahwa perikanan Indonesia sudah memiliki daya saing yang kuat pada sebagian besar produk di setiap negara importir. Selain itu, juga memiliki pertumbuhan pangsa ekspor yang cenderung positif di sebagian negara importir sehingga untuk mempertahankan dan lebih meningkatkan seluruh pihak yang turut serta dalam proses ekspor perikanan Indonesia harus lebih dapat berkoordinasi dengan efektif dan efisien. Salah satunya dengan meningkatkan mutu atau kualitas produk perikanan Indonesia dengan menjamin kebersihan (sanitary) dan kesehatan (hygene) pada setiap produk yang diproduksi. Selain itu, menjadi penting bagi Indonesia untuk dapat belajar dari strategi negara pesaing utama dalam sektor perikanan. Dari sisi ekonomi makro, apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS beberapa tahun terakhir ini ternyata tidak menyusutkan nilai ekspor perikanan Indonesia di pasar internasional terutama di negara importir utama. Pasar ekspor utama perikanan Indonesia juga didominasi oleh pasar di Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa, maka dari itu untuk mengurangi ketergantungan akan ketiga pasar tersebut Indonesia dapat mencari pasar potensial baru seperti kawasan Timur Tengah dan India.


(4)

Adinda Kharisma Ramadhan. Indonesia’s Fishery Products Competitiveness in Several Principal Importer Countries and Worldwide. (Guided by Muhammad Firdaus)

Fisheries and maritime affairs is one of the core competence in Indonesia as the world's largest archipelagic country consists of 17.504 islands (Ministry of Home Affairs, 2006) that are spread from Sabang to Merauke with total length of coastline reached 95.181 km (World Resource Institute, 1997) and the vast sea of 5,8 million km2. This study analyzes the competitiveness of some Indonesian fishery products in several major importing countries and the world. Fishery products selected were the ornamental fish, fresh yellowfin tunas, frozen yellowfin tunas, frozen lobster, not frozen lobster, frozen shrimp, not frozen shrimp, frozen crabs, not frozen crabs and snails. The main importers of the selected countries are Australia, China, Hongkong, Japan, Malaysia, Netherlands, Singapore, Taiwan, England and the United States. The analysis begins by looking at the competitiveness of export value growth and identify the strategies of major competitors in the field of fisheries, followed by estimating the comparative advantage of using the method ofRevealed Comparative Advantages (RCA) and estimate the competitive position using the Export Product Dynamics(EPD) on every product to every main importer country and the world in 2001, 2005 and 2009.

From the ten major importing countries, there are seven countries namely China, Japan, Malaysia, Singapore, Taiwan, Britain and the United States and the world market where the majority of Indonesian fishery products to have the value of exports fluctuated from 2001, 2005 and 2009. Two countries, namely Australia and Netherlands have increased, while Hong Kong has decreased. On average the highest export value during 2001, 2005 and 2009 in most countries are importers of frozen shrimp products, except for Malaysia in not frozen crabs products. Indonesia's major competitor countries vary on each product and in each the importers country, but overall, the main competitor are the Philippines, Thailand, Canada, United States and Vietnam.

The results of Revealed Comparative Advantages (RCA) analysis showed that every fishery products which Indonesia exported has a highest average comparative advantage in each of the main importers in different countries. While the average value of RCA during the years 2001, 2005 and 2009 only ornamental fish products, fresh yellowfin tunas and frozen shrimp that always had a strong competitiveness in ten countries and the world's major importers. Seven other products have weak competitiveness in the state of certain importers. Estimates by the EPD method that there are five countries that have a product market share growth in a positive (dynamic), namely China, Singapore, Japan, Malaysia, and United States and the world markets. Estimated position of competitiveness shows that 34 percent of all


(5)

who has good prospects in the future is the United States and fishery products in all major importing countries and the world is not frozen crabs.

Based on the results obtained, it appears that fisheries Indonesia already has strong competitiveness in the majority of products in each importers country. In addition, it also has a growing share of exports which tend to be positive in some importing countries so as to maintain and further enhance all parties who participated in the process of export of Indonesian fishery should be better able to coordinate effectively and efficiently. One by improving the quality or the quality of Indonesian fishery products to ensure sanitation (sanitary) and health (hygene) on every product manufactured. In addition, it becomes important for Indonesia to be able to learn from the strategy of major competitor countries in the fisheries sector. From the macroeconomic side, the appreciation of the rupiah against the US Dollar in recent years had not reduced the value of fishery exports from Indonesia in the international market especially in the major importing countries. Fisheries Indonesia's main export markets are also dominated by the market in the United States, Japan and the European Union, and therefore to reduce the dependence on third markets are Indonesia may seek new potential markets such as Middle Eastern and India.


(6)

Nama Mahasiswa : Adinda Kharisma Ramadhan

NRP : H14070098

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

M. Firdaus, Ph.D NIP. 19730105 199702 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr.Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec. NIP.19641022 198903 1 003


(7)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juli 2011

Adinda Kharisma Ramadhan H14070098


(8)

Penulis dilahirkan di Kota Bogor, Jawa Barat pada Tanggal 18 Mei 1989 dengan nama lengkap Adinda Kharisma Ramadhan. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara, dari pasangan Tatang Satya Yudha dan Endang Sri Wahyuni. Pada usia empat tahun penulis dan keluarga pindah ke kota Jakarta Timur dan disanalah penulis memulai jenjang pendidikannya. Pada tahun 1995 penulis memulai jenjang pendidikan formalnya di Sekolah Dasar Negeri 03 Pondok Kelapa, Jakarta Timur dan lulus pada tahun 2001. Setelah itu melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 252 Jakarta Timur pada tahun yang sama. Setelah menyelesaikan pendidikannya di tingkat menengah, penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan atas di SLTA Negeri 91 Jakarta Timur dan lulus pada tahun 2007.

Setelah lulus dari sekolah tingkat atas, penulis meneruskan jenjang pendidikannya di jenjang perguruan tinggi. Pada tahun 2007 penulis diterima di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SPMB (Saringan Penerimaan Mahasiswa Baru). Pada tahun pertama penulis melalui Tingkat Persiapan Bersama (TPB) tanpa mengikuti organisasi apapun. Tetapi pada tahun kedua penulis aktif dalam beberapa organisasi dan kepanitiaan. Penulis aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) selama dua tahun berturut-turut. Tahun pertama sebagai staff Departemen Sosial Lingkungan dan Pengabdian Masyarakat diikuti tahun kedua sebagai staff Departemen Komunikasi dan Informasi dan diberi amanat menjadi Pemimpin Redaksi Tabloid Orasi BEM FEM. Penulis juga pernah aktif sebagai jurnalis dalam media informasi BEM Keluarga Mahasiswa (KM) IPB.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada ALLAH SWT, karena atas rahmat dan hidayah-NYA maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah“Daya Saing Produk Perikanan Indonesia di Beberapa Negara Importir Utama dan Dunia”. Produk perikanan sebagai bahan pangan bergizi tinggi serta bermanfaat juga sebagai bahan non pangan atau hiasan. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan dua pertiga luas wilayahnya adalah lautan tetapi belum dapat memanfaatkan secara maksimal dan berkontribusi besar dalam perdagangan perikanan dunia. Maka dari itulah, penulis merasa penting untuk mengetahui bagaimana daya saing produk hasil perikanan Indonesia di pasar internasional khususnya di negara importir utama dengan melihat keunggulan komparatif dan kompetitifnya.

Skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, tetapi tetap membutuhkan bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Dengan kerendahan hati dan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibunda Endang Sri Wahyuni, Ayahanda Tatang Satya Yudha, kakak Raka Gilang Persada serta adik-adik penulis Deandra Betari Salwa dan Callista Dewi Persada atas segala doa, semangat serta dukungannya baik moril maupun materil kepada penulis.

2. Muhammad Firdaus, Ph.D. selaku dosen pembimbing skripsi atas segala perhatian, kebaikan meluangkan waktu, bantuan, motivasi dan bimbingannya selama ini kepada penulis.

3. Dr.Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec. selaku dosen penguji utama dan Fifi Diana Thamrin, M.Si selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas segala masukan, kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan skripsi penulis.


(10)

4. Staff Departemen Ilmu Ekonomi serta para dosen, atas bantuan teknis dalam memperlancar proses kelulusan penulis.

5. Teman satu bimbingan (Noby, Michele, Rena) dan Kakak Muti serta teman-teman IE 44 dan IE 45 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas kebersamaan dan bantuan dalam proses pembuatan skripsi ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan serta keterbaasan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang semata-mata bertujuan untuk memperbaiki berbagai kekurangan yang ada sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan kecil bagi perkembangan ekonomi Indonesia serta dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Bogor, Juli 2011

Adinda Kharisma Ramadhan H14070098


(11)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iii

DAFTAR TABEL ...v

DAFTAR GAMBAR...xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xiv

I. PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Perumusan Masalah...5

1.3 Tujuan Penelitian...9

1.4 Manfaat Penelitian...10

1.5 Ruang Lingkup Penelitian...10

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ...12

2.1 Definisi dan Klasifikasi Perikanan ...12

2.2 Produk Ekspor Perikanan Indonesia ...12

2.3 Perdagangan Internasional ...13

2.3.1 Teori Perdagangan Internasional...14

2.3.2 Teori Ekspor...18

2.3.3 Konsep Dayasaing...20

2.4 World Trade Organizationdan Perikanan ...21

2.5 Penelitian Terdahulu ...23

2.5.1 Penelitian Mengenai Kinerja Ekspor atau Dayasaing ...23

2.5.2 Penelitian Mengenai Komoditi Perikanan ...24

2.6 Kerangka Pemikiran...25

III. METODE PENELITIAN ...28

3.1 Jenis dan Sumber Data ...28

3.2 Metode Analisis dan Pengolahan Data...28

3.2.1 Revealed Comparative Advantages(RCA)...28


(12)

IV. GAMBARAN UMUM...34

4.1 Perikanan Dunia ...34

4.2 Perikanan Indonesia ...35

4.2.1 Volume Produksi dan Pelabuhan Ekspor Perikanan Indonesia ...38

4.3 Perkembangan Total Ekspor Indonesia di Dunia ...48

4.4 Perkembangan Volume Ekspor Perikanan Indonesia di Beberapa Negara Importir Utama dan Dunia...51

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...61

5.1 Perkembangan Nilai Ekspor Produk Perikanan Indonesia di Beberapa Negara Importir Utama dan Pasar Dunia ...61

5.2 Strategi Perikanan Negara Pesaing Utama Indonesia di Beberapa Negara Importir Utama dan Dunia...101

5.3 Hasil Estimasi Revealed Comparative Advantages (RCA), Export Product Dynamic (EPD) serta Analisis Persilangan Estimasi RCA dan EPD Perikanan Indonesia di Beberapa Negara Importir Utama dan Pasar Dunia ...106

5.4 Identifikasi Akhir Hasil Pembahasan ...209

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...219

6.1 Kesimpulan...219

6.2 Saran...220

DAFTAR PUSTAKA ...222


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Potensi Lahan Budidaya dan Tingkat Pemanfaatan di Indonesia (Ha) .... 2

2. Produk Domestik Bruto atas Dasar Harga Berlaku Sektor Pertanian 2001-2009 (1000 US $) ... 3

3. Negara Importir Perikanan Dengan Nilai Ekspor Terbesar di Dunia... 5

4. Negara Importir Utama Perikanan asal Indonesia ... 7

5. Pangsa Ekspor Beberapa Komoditas Perikanan Indonesia di Dunia... 8

6. Kode dan Deskripsi Komoditi Perikanan ... 11

7. Matriks Posisi Daya Saing Dalam Metode EPD ... 31

8. Negara Produsen Perikanan Tangkap Terbesar di Dunia (ton) ... 34

9. Negara Produsen Perikanan Budidaya Terbesar di Dunia (ton) ... 35

10. Jumlah Rumah Tangga Perikanan Budidaya (buah) ... 37

11. Jumlah Kapal Penangkap Ikan (unit)... 37

12. Pelabuhan Ekspor Ikan Hias Terbesar di Indonesia ... 39

13. Pelabuhan Ekspor Tuna Sirip Kuning Segar Terbesar di Indonesia... 41

14. Pelabuhan Ekspor Tuna Sirip Kuning Beku Terbesar di Indonesia ... 41

15. Pelabuhan Ekspor Lobster Beku Terbesar di Indonesia ... 42

16. Pelabuhan Ekspor Lobster Segar Terbesar di Indonesia ... 43

17. Pelabuhan Ekspor Udang Beku Terbesar di Indonesia... 44

18. Pelabuhan Ekspor Udang Segar Terbesar di Indonesia... 45

19. Pelabuhan Ekspor Kepiting Beku Terbesar di Indonesia ... 46

20. Pelabuhan Ekspor Kepiting Segar Terbesar di Indonesia... 47

21. Pelabuhan Ekspor Siput Terbesar di Indonesia ... 48

22. Negara Pesaing Utama Ekspor Perikanan Indonesia di Negara Importir Utama dan Dunia... 102

23. Hasil Estimasi RCA dan EPD Perikanan Indonesia di Australia ... 107

24. Perbandingan RCA Ikan Hias Indonesia dan Pesaing ke Australia ... 108

25. Perbandingan RCA Tuna Sirip Kuning Segar Indonesia dan Pesaing ke Australia... 109


(14)

26. Perbandingan RCA Tuna Sirip Kuning Beku Indonesia dan Pesaing ke

Australia... 110

27. Perbandingan RCA Lobster Beku Indonesia dan Pesaing ke Australia .... 110

28. Perbandingan RCA Lobster Segar Indonesia dan Pesaing ke Australia.... 111

29. Perbandingan RCA Udang Beku Indonesia dan Pesaing ke Australia... 112

30. Perbandingan RCA Udang Segar Indonesia dan Pesaing ke Australia ... 113

31. Perbandingan RCA Kepiting Beku Indonesia dan Pesaing ke Australia .. 114

32. Perbandingan RCA Kepiting Segar Indonesia dan Pesaing ke Australia... 114

33. Perbandingan RCA Siput Indonesia dan Pesaing ke Australia ... 115

34. Hasil Estimasi RCA dan EPD Perikanan Indonesia di Cina ... 116

35. Perbandingan RCA Ikan Hias Indonesia dan Pesaing ke Cina... 117

36. Perbandingan RCA Tuna Sirip Kuning Segar Indonesia dan Pesaing ke Cina ... 118

37. Perbandingan RCA Tuna Sirip Kuning Beku Indonesia dan Pesaing ke Cina... 119

38. Perbandingan RCA Lobster Beku Indonesia dan Pesaing ke Cina ... 120

39. Perbandingan RCA Lobster Segar Indonesia dan Pesaing ke Cina... 120

40. Perbandingan RCA Udang Beku Indonesia dan Pesaing ke Cina ... 121

41. Perbandingan RCA Udang Segar Indonesia dan Pesaing ke Cina ... 122

42. Perbandingan RCA Kepiting Beku Indonesia dan Pesaing ke Cina... 122

43. Perbandingan RCA Kepiting Segar Indonesia dan Pesaing ke Cina... 123

44. Perbandingan RCA Siput Indonesia dan Pesaing ke Cina... 124

45. Hasil Estimasi RCA dan EPD Perikanan Indonesia di Hongkong ... 125

46. Perbandingan RCA Ikan Hias Indonesia dan Pesaing ke Hongkong ... 126

47. Perbandingan RCA Tuna Sirip Kuning Segar Indonesia dan Pesaing ke Hongkong... 127

48. Perbandingan RCA Tuna Sirip Kuning Beku Indonesia dan Pesaing ke Hongkong ... 127

49. Perbandingan RCA Lobster Beku Indonesia dan Pesaing ke Hongkong .. 128

50. Perbandingan RCA Lobster Segar Indonesia dan Pesaing ke Hongkong ... 129

51. Perbandingan RCA Udang Beku Indonesia dan Pesaing ke Hongkong.... 130


(15)

53. Perbandingan RCA Kepiting Beku Indonesia dan Pesaing ke

Hongkong ... 131

54. Perbandingan RCA Kepiting Segar Indonesia dan Pesaing ke Hongkong ... 132

55. Perbandingan RCA Siput Indonesia dan Pesaing ke Hongkong ... 133

56. Hasil Estimasi RCA dan EPD Perikanan Indonesia di Jepang... 135

57. Perbandingan RCA Ikan Hias Indonesia dan Pesaing ke Jepang ... 136

58. Perbandingan RCA Tuna Sirip Kuning Segar Indonesia dan Pesaing ke Jepang ... 136

59. Perbandingan RCA Tuna Sirip Kuning Beku Indonesia dan Pesaing ke Jepang ... 137

60. Perbandingan RCA Lobster Beku Indonesia dan Pesaing ke Jepang... 138

61. Perbandingan RCA Lobster Segar Indonesia dan Pesaing ke Jepang ... 139

62. Perbandingan RCA Udang Beku Indonesia dan Pesaing ke Jepang ... 140

63. Perbandingan RCA Udang Segar Indonesia dan Pesaing ke Jepang... 140

64. Perbandingan RCA Kepiting Beku Indonesia dan Pesaing ke Jepang ... 141

65. Perbandingan RCA Kepiting Segar Indonesia dan Pesaing ke Jepang ... 142

66. Perbandingan RCA Siput Indonesia dan Pesaing ke Jepang ... 143

67. Hasil Estimasi RCA dan EPD Perikanan Indonesia di Malaysia ... 144

68. Perbandingan RCA Ikan Hias Indonesia dan Pesaing ke Malaysia ... 145

69. Perbandingan RCA Tuna Sirip Kuning Segar Indonesia dan Pesaing ke Malaysia... 146

70. Perbandingan RCA Tuna Sirip Kuning Beku Indonesia dan Pesaing ke Malaysia... 147

71. Perbandingan RCA Lobster Beku Indonesia dan Pesaing ke Malaysia .... 148

72. Perbandingan RCA Lobster Segar Indonesia dan Pesaing ke Malaysia.... 148

73. Perbandingan RCA Udang Beku Indonesia dan Pesaing ke Malaysia... 149

74. Perbandingan RCA Udang Segar Indonesia dan Pesaing ke Malaysia ... 150

75. Perbandingan RCA Kepiting Beku Indonesia dan Pesaing ke Malaysia .. 151

76. Perbandingan RCA Kepiting Segar Indonesia dan Pesaing ke Malaysia... 152

77. Perbandingan RCA Siput Indonesia dan Pesaing ke Malaysia ... 153

78. Hasil Estimasi RCA dan EPD Perikanan Indonesia di Belanda... 154


(16)

80. Perbandingan RCA Tuna Sirip Kuning Segar Indonesia dan Pesaing

ke Belanda ... 156

81. Perbandingan RCA Tuna Sirip Kuning Beku Indonesia dan Pesaing ke Belanda ... 156

82. Perbandingan RCA Lobster Beku Indonesia dan Pesaing ke Belanda... 157

83. Perbandingan RCA Lobster Segar Indonesia dan Pesaing ke Belanda ... 158

84. Perbandingan RCA Udang Beku Indonesia dan Pesaing ke Belanda ... 159

85. Perbandingan RCA Udang Segar Indonesia dan Pesaing ke Belanda... 159

86. Perbandingan RCA Kepiting Beku Indonesia dan Pesaing ke Belanda .... 160

87. Perbandingan RCA Kepiting Segar Indonesia dan Pesaing ke Belanda ... 161

88. Perbandingan RCA Siput Indonesia dan Pesaing ke Belanda ... 162

89. Hasil Estimasi RCA dan EPD Perikanan Indonesia di Singapura... 163

90. Perbandingan RCA Ikan Hias Indonesia dan Pesaing ke Singapura... 164

91. Perbandingan RCA Tuna Sirip Kuning Segar Indonesia dan Pesaing ke Singapura ... 165

92. Perbandingan RCA Tuna Sirip Kuning Beku Indonesia dan Pesaing ke Singapura ... 166

93. Perbandingan RCA Lobster Beku Indonesia dan Pesaing ke Singapura... 167

94. Perbandingan RCA Lobster Segar Indonesia dan Pesaing ke Singapura .. 167

95. Perbandingan RCA Udang Beku Indonesia dan Pesaing ke Singapura .... 168

96. Perbandingan RCA Udang Segar Indonesia dan Pesaing ke Singapura.... 169

97. Perbandingan RCA Kepiting Beku Indonesia dan Pesaing ke Singapura ... 170

98. Perbandingan RCA Kepiting Segar Indonesia dan Pesaing ke Singapura ... 170

99. Perbandingan RCA Siput Indonesia dan Pesaing ke Singapura... 171

100. Hasil Estimasi RCA dan EPD Perikanan Indonesia di Taiwan... 172

101. Perbandingan RCA Ikan Hias Indonesia dan Pesaing ke Taiwan ... 174

102. Perbandingan RCA Tuna Sirip Kuning Segar Indonesia dan Pesaing ke Taiwan... 174

103. Perbandingan RCA Tuna Sirip Kuning Beku Indonesia dan Pesaing ke Taiwan ... 175

104. Perbandingan RCA Lobster Beku Indonesia dan Pesaing ke Taiwan... 176


(17)

106. Perbandingan RCA Udang Beku Indonesia dan Pesaing ke Taiwan ... 177

107. Perbandingan RCA Udang Segar Indonesia dan Pesaing ke Taiwan... 178

108. Perbandingan RCA Kepiting Beku Indonesia dan Pesaing ke Taiwan ... 179

109. Perbandingan RCA Kepiting Segar Indonesia dan Pesaing ke Taiwan .... 180

110. Perbandingan RCA Siput Indonesia dan Pesaing ke Taiwan ... 181

111. Hasil Estimasi RCA dan EPD Perikanan Indonesia di Inggris ... 182

112. Perbandingan RCA Ikan Hias Indonesia dan Pesaing ke Inggris... 183

113. Perbandingan RCA Tuna Sirip Kuning Segar Indonesia dan Pesaing ke Inggris ... 184

114. Perbandingan RCA Tuna Sirip Kuning Beku Indonesia dan Pesaing ke Inggris ... 184

115. Perbandingan RCA Lobster Beku Indonesia dan Pesaing ke Inggris... 185

116. Perbandingan RCA Lobster Segar Indonesia dan Pesaing ke Inggris... 186

117. Perbandingan RCA Udang Beku Indonesia dan Pesaing ke Inggris ... 186

118. Perbandingan RCA Udang Segar Indonesia dan Pesaing ke Inggris ... 187

119. Perbandingan RCA Kepiting Beku Indonesia dan Pesaing ke Inggris... 188

120. Perbandingan RCA Kepiting Segar Indonesia dan Pesaing ke Inggris ... 188

121. Perbandingan RCA Siput Indonesia dan Pesaing ke Inggris... 189

122. Hasil Estimasi RCA dan EPD Perikanan Indonesia di Amerika Serikat... 190

123. Perbandingan RCA Ikan Hias Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat ... 192

124. Perbandingan RCA Tuna Sirip Kuning Segar Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat ... 192

125. Perbandingan RCA Tuna Sirip Kuning Beku Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat ... 193

126. Perbandingan RCA Lobster Beku Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat ... 194

127. Perbandingan RCA Lobster Segar Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat ... 195

128. Perbandingan RCA Udang Beku Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat ... 195

129. Perbandingan RCA Udang Segar Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat ... 196

130. Perbandingan RCA Kepiting Beku Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat ... 197


(18)

131. Perbandingan RCA Kepiting Segar Indonesia dan Pesaing ke Amerika

Serikat ... 198

132. Perbandingan RCA Siput Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat... 198

133. Hasil Estimasi RCA dan EPD Perikanan Indonesia di Dunia ... 200

134. Perbandingan RCA Ikan Hias Indonesia dan Pesaing ke Dunia ... 201

135. Perbandingan RCA Tuna Sirip Kuning Segar Indonesia dan Pesaing ke Dunia... 202

136. Perbandingan RCA Tuna Sirip Kuning Beku Indonesia dan Pesaing ke Dunia... 203

137. Perbandingan RCA Lobster Beku Indonesia dan Pesaing ke Dunia ... 204

138. Perbandingan RCA Lobster Segar Indonesia dan Pesaing ke Dunia ... 204

139. Perbandingan RCA Udang Beku Indonesia dan Pesaing ke Dunia... 205

140. Perbandingan RCA Udang Segar Indonesia dan Pesaing ke Dunia ... 206

141. Perbandingan RCA Kepiting Beku Indonesia dan Pesaing ke Dunia ... 207

142. Perbandingan RCA Kepiting Segar Indonesia dan Pesaing ke Dunia... 207

143. Perbandingan RCA Siput Indonesia dan Pesaing ke Dunia ... 208

144. Rata-rata Nilai RCA Beberapa Produk Perikanan Indonesia ke Bererapa Negara Importir Utama dan Dunia... 210

145. Posisi Dayasaing Beberapa Produk Perikanan Indonesia ke Bererapa Negara Importir Utama dan Dunia ... 211


(19)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Persentase Negara Eksportir dengan Nilai Ekspor Komoditas

Perikanan Terbesar 2009 ...4

2. Model Heckscher-Ohlin...17

3. Kerangka Pemikiran Operasional ...27

4. Kekuatan Bisnis dan Daya Tarik Pasar dalam Metode EPD ...32

5. Volume Produksi Perikanan Indonesia ...36

6. Perkembangan Produksi Tuna Sirip Kuning Indonesia...40

7. Perkembangan Produksi Lobster Indonesia...42

8. Perkembangan Produksi Udang Indonesia ...44

9. Perkembangan Produksi Kepiting Indonesia...46

10. Perkembangan Produksi Siput Indonesia ...47

11. Perkembangan Nilai Total Ekspor Indonesia ...49

12. Perkembangan Nilai Ekspor Perikanan Indonesia...50

13. Perkembangan Volume Ekspor Ikan Hias ...52

14. Perkembangan Volume Ekspor Tuna Sirip Kuning Segar ...53

15. Perkembangan Volume Ekspor Tuna Sirip Kuning Beku ...54

16. Perkembangan Volume Ekspor Lobster Beku...54

17. Perkembangan Volume Ekspor Lobster Segar ...55

18. Perkembangan Volume Ekspor Udang Beku ...56

19. Perkembangan Volume Ekspor Udang Segar...57

20. Perkembangan Volume Ekspor Kepiting Beku ...58

21. Perkembangan Volume Ekspor Kepiting Segar ...59

22. Perkembangan Volume Ekspor Siput...59

23. Neraca Perdagangan Perikanan Australia...62

24. Perkembangan Nilai Ekpor Perikanan Indonesia ke Australia...63

25. Perkembangan Nilai Ekpor Beberapa Produk Perikanan Indonesia ke Australia...64


(20)

27. Perkembangan Nilai Ekpor Perikanan Indonesia ke Cina...67 28. Perkembangan Nilai Ekpor Beberapa Produk Perikanan Indonesia ke

Cina...68 29. Neraca Perdagangan Perikanan Hongkong ...69 30. Perkembangan Nilai Ekpor Perikanan Indonesia ke Hongkong...70 31. Perkembangan Nilai Ekpor Beberapa Produk Perikanan Indonesia ke

Hongkong ...71 32. Neraca Perdagangan Perikanan Jepang ...73 33. Perkembangan Nilai Ekpor Perikanan Indonesia ke Jepang ...74 34. Perkembangan Nilai Ekpor Beberapa Produk Perikanan Indonesia ke

Jepang ...75 35. Neraca Perdagangan Perikanan Malaysia...76 36. Perkembangan Nilai Ekpor Perikanan Indonesia ke Malaysia...77 37. Perkembangan Nilai Ekpor Beberapa Produk Perikanan Indonesia ke

Malaysia...78 38. Neraca Perdagangan Perikanan Belanda ...79 39. Perkembangan Nilai Ekpor Perikanan Indonesia ke Belanda ...80 40. Perkembangan Nilai Ekpor Beberapa Produk Perikanan Indonesia ke

Belanda ...82 41. Neraca Perdagangan Perikanan Singapura ...83 42. Perkembangan Nilai Ekpor Perikanan Indonesia ke Singapura ...84 43. Perkembangan Nilai Ekpor Beberapa Produk Perikanan Indonesia ke

Singapura ...85 44. Neraca Perdagangan Perikanan Taiwan ...87 45. Perkembangan Nilai Ekpor Perikanan Indonesia ke Taiwan ...88 46. Perkembangan Nilai Ekpor Beberapa Produk Perikanan Indonesia ke

Taiwan ...89 47. Neraca Perdagangan Perikanan Inggris ...91 48. Perkembangan Nilai Ekpor Perikanan Indonesia ke Inggris ...92 49. Perkembangan Nilai Ekpor Beberapa Produk Perikanan Indonesia ke

Inggris ...93 50. Neraca Perdagangan Perikanan Amerika Serikat ...95 51. Perkembangan Nilai Ekpor Perikanan Indonesia ke Amerika Serikat ...96 52. Perkembangan Nilai Ekpor Beberapa Produk Perikanan Indonesia ke


(21)

53. Perkembangan Nilai Impor Perikanan Dunia ...99 54. Perbandingan Nilai Ekspor Perikanan Indonesia dan Dunia ...99 55. Perkembangan Nilai Ekpor Beberapa Produk Perikanan Indonesia ke

Dunia...100 56. Rasio Ekspor-Impor Perikanan Negara Importir Utama tahun 2009 ...209 57. Diagram Negara Importir sebagai Pasar Ekspor Utama Perikanan

Indonesia...216 58. Diagram Produk Perikanan di Pasar Ekspor Utama Perikanan


(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Prosedur Umum Ekspor Barang ...224 2. Alur Proses Ekspor Hasil Perikanan...225 3. Nilai Ekspor Perikanan Indonesia dan Pesaing ke Australia...226 4. Nilai Ekspor Perikanan Indonesia dan Pesaing ke Cina...227 5. Nilai Ekspor Perikanan Indonesia dan Pesaing ke Hongkong...228 6. Nilai Ekspor Perikanan Indonesia dan Pesaing ke Jepang ...229 7. Nilai Ekspor Perikanan Indonesia dan Pesaing ke Malaysia...230 8. Nilai Ekspor Perikanan Indonesia dan Pesaing ke Belanda ...231 9. Nilai Ekspor Perikanan Indonesia dan Pesaing ke Singapura ...232 10. Nilai Ekspor Perikanan Indonesia dan Pesaing ke Taiwan ...233 11. Nilai Ekspor Perikanan Indonesia dan Pesaing ke Inggris ...234 12. Nilai Ekspor Perikanan Indonesia dan Pesaing ke Amerika Seikat ...235 13. Nilai Ekspor Perikanan Indonesia dan Pesaing ke Dunia...236


(23)

1.1 Latar Belakang

Perikanan dan kelautan merupakan salah satu core competence Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.504 pulau (Depdagri, 2006) yang menyebar dari sabang sampai merauke dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 km (World Resource Institute, 1997) dan luas lautan 5,8 juta km2 atau sekitar dua pertiga dari total luas wilayah Indonesia1. Keadaan ini mendukung Indonesia untuk memiliki potensi kekayaan dan keanekaragaman laut terbesar di dunia. Berbagai jenis kekayaan laut seperti minyak, gas, mineral dan energi laut non konvensional bahkan harta karun dapat digali dari laut Indonesia, selain itu yang tidak kalah pentingnya yaitu kekayaan dan keanekaragaman hayati (biodiversity) laut berupa sumber daya perikanan yang sampai saat ini belum tergali secara maksimal.

Selain potensi perikanan laut, Indonesia juga kaya akan potensi perikanan darat. Sumber daya perikanan laut maupun darat seperti udang, lobster, ikan tuna, ikan tongkol, kepiting, cumi-cumi, siput serta sumber daya perikanan laut dan darat lainnya merupakan bahan makanan bergizi tinggi karena mengandung mineral dan vitamin yang baik untuk kesehatan. Selain itu Indonesia juga dikenal memiliki sumber daya ikan non konsumsi seperti ikan hias dalam jumlah yang melimpah. Sumber daya perikanan laut maupun darat tersebut dapat menjadi salah satu kekuatan ekonomi tinggi dari sektor pertanian di Indonesia karena Indonesia memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan pangan perikanan di dalam negeri maupun luar negeri. Oleh karena itu peluang Indonesia sangat besar untuk menjadi produsen dan eksportir produk perikanan terbesar di dunia.

Dari Tabel 1 yang disajikan terlihat bahwa pemanfaatan lahan budidaya perikanan dan kelautan di Indonesia masih sangat jauh dari potensi yang sebenarnya, salah satunya potensi budidaya laut yang mencapai 8.363.501 Ha baru terealisasi seluas 91.005 Ha pada tahun 2007. Hal ini tentunya menjadi peluang Indonesia untuk meningkatkan produksi komoditi perikanan budidaya 1


(24)

terutama budidaya laut kedepannya. Budidaya tambak, kolam, dan perairan umum terbesar dibudidayakan di Propinsi Jawa Barat yaitu seluas 53.637 Ha, 28.176 Ha dan 879 Ha. Sedangkan budidaya sawah terbesar berada di Propinsi Jawa Timur seluas 33.543 Ha dan budidaya laut sebagai budidaya yang memiliki potensi terbesar dari budidaya perikanan terdapat di propinsi Sulawesi Barat dengan luas mencapai 60.110 Ha (KKP, 2007).

Tabel 1. Potensi Lahan Budidaya dan Tingkat Pemanfaatan di Indonesia tahun 2009 (Ha)

Jenis Budidaya Potensi Pemanfaatan Peluang

Pengembangan

Tambak 1.224.076 613.175 610.901

Kolam 514.100 241.891 299.209

Perairan Umum 139.336 943 138.393

Sawah 1.538.379 127.944 1.410.435

Laut 8.363.501 87.465 8.276.036

Sumber : KKP, 2009

Kementerian Kelautan dan Perikanan menyatakan bahwa volume produksi perikanan Indonesia mencapai 9.816.534 ton pada tahun 2009 yang terdiri dari 5.107.971 ton perikanan tangkap dan 4.708.563 ton perikanan budidaya. Sebagian produksi perikanan nasional tersebut masih didominasi oleh usaha perikanan tangkap khususnya di laut dimana kontribusinya mencapai 50 persen, tetapi produksi perikanan budidaya selama kurun waktu 2005 hingga 2009 mengalami kenaikan rata-rata 21,93 persen yang melebihi kenaikan rata-rata perikanan tangkap yang hanya 10,02 persen (KKP, 2009). Besarnya volume produksi perikanan Indonesia menjadi salah satu daya tarik negara-negara importir produk perikanan dunia seperti Jepang, Amerika Serikat dan beberapa negara Uni Eropa seperti Belanda, Inggris dan Perancis.

Sumbangan produk perikanan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan dengan nilai yang cukup signifikan. Kontribusi subsektor perikanan masih dibawah dari subsektor pertanian lain seperti tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan pada beberapa tahun terakhir. Tabel 2 yang disajikan terlihat bahwa walaupun pada tahun 2002 subsektor perikanan menempati urutan keempat dari seluruh subsektor pertanian lain, tetapi mengalami peningkatan hingga pada tahun 2005 hingga 2009 subsektor perikanan menjadi subsektor kedua terbesar setelah subsektor


(25)

tanaman bahan makanan dan jauh mengungguli subsektor tanaman perkebunan, peternakan dan kehutanan. Dari tabel juga terlihat selama kurun waktu tahun 2001 hingga 2009, subsektor perikanan merupakan subsektor pertanian yang memiliki persentase kenaikan rata-rata tertinggi bila dibandingkan dengan subsektor lain. Tabel 2. Produk Domestik Bruto atas Dasar Harga Berlaku Sektor

Pertanian 2001-2009

Tahun

Sektor Usaha dalam Sektor Pertanian (Milyar Rupiah)

Jumlah Tanaman

Bahan Makanan

Tanaman

Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan

2001 137.752 36.759 34.285 17.215 36.938 263.877

2002 153.666 43.956 41.329 18.876 41.050 298.877

2003 157.649 46.754 37.354 18.415 45.612 305.784

2004 165.548 49.631 40.635 20.290 53.011 329.125

2005 181.332 56.434 44.203 25.562 59.639 367.169

2006 214.346 63.401 51.075 30.066 74.335 433.223

2007 265.091 81.664 61.325 36.154 97.687 541.922

2008* 348.795 105.969 82.676 40.375 137.250 715.065 2009* 418.964 112.522 104.040 44.952 177.774 858.252 Kenaikan

Rata-rata (%) 15 15,4 15,6 13 22,1 18,9

Kererangan : *) angka ramalan Sumber : BPS

Komoditi perikanan Indonesia yang diproduksi sebagian besar merupakan komoditi ekspor sehingga seharusnya dengan besarnya potensi dan pertumbuhan volume produksi sepuluh tahun terakhir ini dapat dikatakan bahwa Indonesia memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) bila dibandingkan dengan negara-negara lain. Keunggulan komparatif ini sangat diperlukan agar Indonesia memiliki keunggulan kompetitif (competitive advantage) bila didayagunakan melalui pembangunan ekonomi. Dengan begitu perekonomian yang dikembangkan di Indonesia memiliki landasan yang kokoh karena berpijak pada sumberdaya domestik, memiliki kemampuan bersaing dan berdaya guna bagi seluruh rakyat Indonesia (Aji, 2006).

Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor produk perikanan terbesar di dunia pada beberapa komoditi ekspor perikanan seperti ikan hias, ikan tuna, udang, kepiting, serta siput. Di Benua Asia pesaing utama Indonesia dalam


(26)

mengekspor produk pe adalah Norwegia, Am

Sumber : UN Comtrade Gambar 1. Persen

2009 Secara geogra yang jauh lebih keci sektor perikanan nega nasionalnya. Pada ta perikanan terbesar de tahun 2009 negara internasional yaitu se 2001 memiliki nilai pada peringkat sepuluh tahun 2009 dengan Comtrade, 2011).

Dari sisi impor 2005 dan 2009 pada T sebagai negara impor mengalami peningka menunjukkan kecende ditahun mendatang.

Thailand 3,9 % Denmark 3,1 % Spain 3,9 % Netherlands 3,3 % Chile 4,2 % Indo 2,

perikanan adalah Cina dan Thailand sedangk merika Serikat dan Canada (Gambar 1).

de, 2011

sentase Negara Eksportir Komoditi Perik

rafis negara-negara pesaing tersebut memiliki cil bila dibandingkan dengan kawasan laut I gara-negara tersebut berkontribusi + 30% pad

tahun 2001 dan 2005 Norwegia menjadi n dengan nilai $US 3.111.740.101 dan $US 4.683 a Cina yang menjadi negara eksportir ter u senilai $US 6.813.577.517. Sedangkan Indone

ai ekspor perikanan sebesar $US 1.431.083.834 puluh di dunia dan menurun menjadi peringkat

n nilai ekspor perikanan sebesar $US 1.709 por, negara dengan nilai impor terbesar sela da Tabel 3 didominasi oleh negara Jepang dan A

portir utama di dunia. Nilai impor perikanan duni katan dari tahun 2001 hingga 2009, hal nderungan bahwa peluang pasar dunia semakin

. Nilai ekspor perikanan Indonesia yang ja

Norway 10,81 % China 10,82 % Canada 4,6 % iland ile ndonesia 2,7 % India 2,2 %

gkan di benua lain

ikanan Terbesar

iliki kawasan laut ut Indonesia tetapi pada perekonomian negara eksportir 683.963.077. Pada terbesar di pasar ndonesia pada tahun 083.834 yang berada at dua belas pada .709.538.525 (UN lama tahun 2001, n Amerika Serikat n dunia pun terlihat l ini pula dapat kin meningkat pula g jauh diatas nilai

United States 5,6 %


(27)

impornya menunjukkan bahwa Indonesia memiliki surplus dalam neraca perdagangan perikanan.

Tabel 3. Negara Importir Perikanan dengan Nilai Ekspor Terbesar di Dunia tahun 2001, 2005, 2009 (1000 US $)

Peringkat Negara 2001 Negara 2005 Negara 2009

1 Japan 11.133.695 Japan 11.537.940 United

States 10.639.903

2 United

States 8.329.576

United

States 9.929.227 Japan 10.524.335

3 Spain 3.666.366 Spain 5.242.575 Spain 5.175.851

4 France 2.390.929 France 3.580.593 France 4.238.050

5 Italy 2.224.915 Italy 3.395.262 Italy 3.790.573

.... Indonesia 103.616 Indonesia 127.256 Indonesia 300.261

Dunia 47.074.646 62.789.375 73.524.857

Sumber : UN Comtrade, 2011

Berbagai fenomena yang terjadi terkait permasalahan perdagangan internasional Indonesia dibidang perikanan seperti potensi lahan perikanan Indonesia, pasar ekspor-impor perikanan dunia, adanya kemungkinan peningkatan volume dan nilai produksi serta ekspor komoditi perikanan Indonesia di pasar dunia menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam pembangunan Indonesia jangka panjang. Berbagai cara harus ditempuh untuk meningkatkan pendapatan disektor perikanan terutama dalam perdagangan internasional yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia khususnya rumah tangga nelayan dan pembudidaya perikanan nasional.

1.2 Perumusan Masalah

Semakin mengglobalnya suatu negara di dalam perekonomian dunia salah satunya dapat dilihat dari peningkatan perdagangan internasionalnya (ekspor dan impor) yang tercermin antara lain pada peningkatan pangsa ekspornya di pasar global dan peningkatan rasio impor terhadap PDB-nya. Dampak nyata dari globalisasi terhadap perekonomian Indonesia adalah terutama pada dua bagian yang saling mempengaruhi yaitu produksi dalam negeri dan perdagangan luar negeri. Pengaruh negatif globalisasi bisa disebabkan oleh barang impor yang semakin menguasai pasar domestik sehingga mematikan produksi dalam negeri atau menurunkan ekspor Indonesia karena daya saingnya rendah, Sebaliknya, jika


(28)

Indonesia mempunyai daya saing yang baik, maka liberalisasi perdagangan dunia membuka peluang yang besar bagi ekspor Indonesia, yang berarti ekspor meningkat dan selanjutnya mendorong pertumbuhan dan memperluas diversifikasi produksi di dalam negeri (Zaim, 2010).

Daya saing suatu komoditi dalam suatu negara tercermin dalam volume produksi serta nilai dan volume ekspor komoditi tersebut. Berbagai kebijakan perdagangan komoditi perikanan Indonesia di pasar dunia dan beberapa negara importir utama seperti Amerika Serikat, Jepang dan negara-negara Uni Eropa sangat berpengaruh terhadap daya saing perikanan Indonesia beberapa tahun terakhir ini. Salah satu hambatan yang masih sangat kental terasa beberapa tahun ini adalah kebijakan systemic border control yang ditetapkan oleh Uni Eropa sejak tahun 2006. Melalui peraturan tersebut, seluruh produk perikanan impor asal dunia termasuk Indonesia dilakukan sampling dan analisis logam berat dan juga analisis histamin khususnya untuk spesies-spesies Scombridae, Clupidae, Engraulidea, danCroyphaenidae.

Produk-produk hasil perikanan dari jenis Scombridae (tuna, tongkol, cakalang) asal Indonesia diduga mengandung kadar histamin dan logam berat yang terlalu tinggi. Kasus lainnya adalah terdapat residu obat-obatan dan antibiotik pada produk-produk ikan dan udang hasil budidaya Indonesia. Di sisi lain, permintaan tuna dan hasil perikanan lainnya mengalami peningkatan yang pesat di pasar Uni Eropa, dan hal ini berkontribusi positif terhadap nilai ekspor nasional, tetapi adanya berbagai kasus histamin dan logam berat serta residu antibiotik pada hasil perikanan Indonesia di pasar Uni Eropa telah menurunkan citra hasil perikanan Indonesia di pasar global2. Pada tahun 2001 dan 2005 negara importir utama komoditi perikanan asal Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat dan Singapura. Sedikit perubahan terjadi pada tahun 2009, dimana Amerika Serikat, Jepang dan Hongkong yang menjadi negara importir utama perikanan asal Indonesia (Tabel 4). Terlihat jelas bahwa negara importir utama komoditi perikanan asal Indonesia tidak didominasi oleh negara negara Uni Eropa, hanya ada dua negara Uni Eropa yaitu Inggris dan Belanda dan yang lainnya didominasi oleh negara-negara kawasan Asia dan Amerika.

2

Sumber : Posisi Terkini Perdagangan Hasil Perikanan Indonesia. 2007, http ://www.indonesia.go.id/, Diakses tanggal 2 Maret 2011


(29)

Tabel 4. Negara Importir Utama Perikanan Indonesia tahun 2001, 2005, 2009 (1000 US $)

No. Negara

Importir 2001

Negara

Importir 2005

Negara

Importir 2009

1 Japan 728.898 Japan 532.575 United States 534.454 2 United States 270.052 United States 440.852 Japan 518.874 3 Singapore 86.647 Singapore 74.676 Hong Kong 76.514 4 Hong Kong 54.089 Hong Kong 58.992 Singapore 72.677 5 United

Kingdom 45.138 China 55.872 China 54.389

6 Netherlands 38.650 United

Kingdom 50.139 Malaysia 49.023

7 Malaysia 31.727 Taiwan 32.788 United

Kingdom 38.975

8 Taiwan 20.259 Malaysia 32.205 Taiwan 37.969

9 China 16.702 Netherlands 20.441 Netherlands 18.228 10 Australia 11.496 Australia 13.743 Australia 14.568 Sumber : UN Comtrade, 2011

Indonesia sampai saat ini belum dapat menguasai pangsa ekspor komoditi perikanan dunia terutama di beberapa negara importir utama. Berbagai kerjasama internasional di bidang perikanan saat ini sudah banyak dilakukan Indonesia. Liberalisasi perdagangan yang semakin bebas akan mengancam industri perikanan dalam negeri di pasar dunia bila Indonesia tidak meningkatkan kualitas dan kuantitas produk perikanan, lambat laun Indonesia akan kehilangan keunggulan komparatifnya di pasar internasional. Keunggulan komparatif yang dicirikan dengan besarnya daya saing suatu komoditi yang dimiliki oleh Indonesia dalam sektor perikanan di dunia dan beberapa negara importir utama memang belum diketahui secara jelas.

Tabel 5 menyajikan pangsa ekspor beberapa produk perikanan (ikan, moluska, krustasea) Indonesia di pasar dunia. Ikan tuna sirip kuning segar merupakan produk yang menduduki peringkat satu di pasar ekspor dunia pada tahun 2001, 2005 dan 2009. Komoditi lain yang tak kalah pentingnya adalah siput, dimana siput menempati peringkat kedua pada tahun 2001 dan 2009, tetapi pada tahun 2005 turun menjadi peringkat ketiga dan peringkat satu pengekspor siput di pasar internasional adalah Cina pada tahun tersebut (UN Comtrade, 2011). Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan, produk ikan hias, udang dan kepiting merupakan produk yang memiliki pertumbuhan positif dalam


(30)

volume produksi dari tahun 2001 hingga 2009. Volume produksi udang tahun 2005 sebesar 498.961 ton meningkat dari tahun 2001 yang sebesar 424.323 ton dan meningkat kembali pada tahun 2009 menjadi 585.404 ton. Peningkatan volume produksi tersebut ternyata tidak diiringi dengan peningkatan peringkat pada pangsa ekspornya, untuk udang beku terlihat dalam Tabel 5 semakin menurun dari tahun 2001, 2005 hingga 2009. Sementara udang segar menurun pada tahun 2005 tetapi meningkat kembali pada tahun 2009.

Tabel 5. Pangsa Ekspor Beberapa Produk Perikanan Indonesia di Dunia

Komoditi Pangsa Ekspor (%) Peringkat

2001 2005 2009 2001 2005 2009

Ikan Hias 5,90 12,35 2,64 5 4 6

Tuna Bersirip Kuning Segar 41,37 22,34 24,07 1 1 1

Tuna Bersirip Kuning Beku 1,89 0,74 2,71 11 12 10

Lobster Beku 3,13 0,27 0,90 8 22 11

Lobster Segar 6,45 2,36 2,19 3 4 6

Udang Beku 9,08 7,86 7,21 3 4 5

Udang Segar 5,37 2,16 6,50 7 8 5

Kepiting Beku 1,81 1,74 2,39 9 8 5

Kepiting Segar 11,60 15,57 12,08 2 2 2

Siput 14,00 9,27 9,54 2 3 2

Sumber : UN Comtrade, 2011

Produk yang memiliki volume produksi semakin meningkat pula adalah kepiting, pada tahun 2001 volume produksi sebesar 15.631 ton tumbuh menjadi 23.477 ton pada tahun 2005 dan tumbuh kembali menjadi 36.388 ton pada tahun 2009. Berbeda dengan produk udang, produk kepiting beku memiliki peningkatan pula pada peringkat pangsa ekspornya di pasar dunia. Sementara produk kepiting segar cenderung stagnan pada peringkat dua selama tahun 2001, 2005 dan 2009. Produk tuna sirip kuning dan siput mengalami fluktuasi dalam volume produksi yaitu menurun pada tahun 2005 tetapi meningkat pada tahun 2009. Tuna sirip kuning mengalami penurunan pada tahun 2005 yaitu menjadi 110.163 ton dari 153.110 ton pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 114.163 ton pada tahun 2009. Dari volume produksi tersebut ternyata produk tuna sirip kuning segar asal Indonesia tetap menjadi peringkat satu dalam pangsa ekspornya di pasar dunia. Sementara tuna sirip kuning beku memiliki pangsa ekspor yang rendah dan berfluktuatif seiring dengan volume produksinya.


(31)

Siput memiliki volume produksi sebesar 2.200 ton pada tahun 2001 menurun 1.027 ton pada tahun 2005 dan tahun 2009 meningkat menjadi 1.172 ton. Volume produksi ini sesuai dengan fluktuasi peringkat pangsa ekspornya dimana menurun menjadi peringkat tiga pada tahun 2005 tetapi kembali menjadi peringkat dua pada tahun 2009. Produk lobster di Indonesia memiliki pertumbuhan volume produksi yang juga berfluktuatif yaitu meningkat pada tahun 2005 dan menurun pada tahun 2009 dengan volume produksi sebesar 4.490 ton tahun 2001, 6.709 ton tahun 2005 dan 6.242 ton tahun 2009. Peringkat pangsa ekspor produk lobster beku Indonesia di pasar dunia pun berfluktuasi dan cenderung rendah, sedangkan produk lobster segar menempati peringkat yang semakin menurun selama tahun 2001, 2005 hingga 2009.

Untuk dapat menentukan kebijakan yang tepat dalam meningkatkan pangsa ekspor perikanan Indonesia di pasar dunia dan beberapa negara importir utama, maka perlu dilakukan pengkajian daya saing beberapa produk perikanan khususnya jenis ikan, moluska dan krustasea tersebut. Diketahuinya tingkat daya saing serta posisi daya saing akan dapat membantu dalam perumusan kebijakan dalam bidang perikanan dan kelautan secara luas. Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah tingkat dan posisi daya saing produk perikanan Indonesia di beberapa negara importir utama dan dunia.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menjelaskan perkembangan nilai ekspor perikanan Indonesia dan strategi negara pesaing utama di negara importir utama dan dunia dalam sektor perikanan.

2. Mengidentifikasi posisi daya saing melalui keunggulan komparatif dan performa produk ekspor dinamis produk perikanan Indonesia di negara importir utama dan dunia dengan menggunakan metode RCA (Revealed Comparative Advantage) dan EPD (Export Product Dynamic).


(32)

1.4 Manfaat Penelitian

Uraian latar belakang, perumusan masalah serta tujuan penelitian yang telah disampaikan sebelumnya merupakan suatu usaha agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan bermanfaat sebagai rujukan dalam penelitian-penelitian yang lebih mendalam mengenai ekspor komoditas perikanan Indonesia dimasa yang akan datang serta dapat membantu merumuskan kebijakan yang sesuai untuk meningkatkan daya saing perikanan Indonesia di pasar dunia khususnya di negara importir utama. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya menganalisis daya saing produk perikanan (ikan, moluska, krustasea) Indonesia di sepuluh negara importir utama dan pasar internasional sebagai pasar ekspor utama. Selain itu, penelitian ini juga menjelaskan beberapa strategi beberapa negara pesaing utama dalam bidang perikanan. Adapun sepuluh produk perikanan (ikan, moluska, krustasea) Indonesia yang akan dikaji yaitu ikan hias, ikan tuna sirip kuning segar dan beku, udang besar/lobster beku dan segar, udang kecil/biasa beku dan seg, kepiting beku dan segar serta siput. Produk yang akan dikaji diambil berdasarkan standar Harmonized System (HS) 1996 yaitu HS 1996 dua digit 03 yang berisi ikan, moluska dan krustasea dan Kode HS 6 digit masing-masing komoditi/produk. Rincian komoditi yang dianalisis disajikan dalam Tabel 6.

Pemilihan komoditi tersebut didasarkan pada nilai ekspor tertinggi komoditi perikanan (ikan, moluska, krustasea) Indonesia selama kurun waktu 2001, 2005, dan 2009 yang didapat dari dataUnited Nation Commodity and Trade Database (UN Comtrade) yang diakses tahun 2011. Tahun yang digunakan adalah tahun 2001, 2005 dan 2009 dikarenakan tahun tersebut dianggap dapat mempresentasikan satu dekade terakhir (sepuluh tahun) dari tahun 2000 hingga 2009 yang diwakili oleh tahun 2001 sebagai awal dekade, tahun 2005 pertengahan dekade dan tahun 2009 sebagai akhir dekade. Negara importir dari komoditi yang telah dipilih adalah negara Australia, Cina, Hongkong, Jepang, Malaysia, Singapura, Taiwan, Amerika Serikat, Belanda dan Inggris. Negara importir dipilih berdasarkan negara importir terbesar komoditi perikanan (ikan, moluska,


(33)

krustasea) Indonesia utama seperti yang telah dijelaskan dalam perumusan masalah (Tabel 4) serta berdasarkan pada pasar ekspor utama masing-masing komoditi. Tetapi hal tersebut tidak menjamin dari sepuluh komoditi/produk perikanan yang dianalisis, Indonesia kontinyu memiliki nilai ekspor ke sepuluh negara importir tertentu pada tahun tertentu pula.

Tabel 6. Kode dan Deskripsi Komoditi Perikanan Kode HS

1996 Deskripsi Komoditi

0 Makanan dan hewan hidup

03 Ikan, moluska, krustasea dan hewan air tak bertulang belakang lainnya 0301 Ikan hidup

030110 Ikan Hias

0302 Ikan, segar atau dingin, tidak termasuk potongan ikan

030232 Tuna Sirip Kuning Segar

0303 Ikan, beku, tidak termasuk potongan ikan

030342 Tuna Sirip Kuning Beku

0306 Krustasea

030612 Lobster Beku

030613 Udang Kecil atau Biasa Beku

030614 Kepiting Beku

030622 Lobster Tak Beku (Segar)

030623 Udang Kecil atau Biasa Tak Beku (Segar)

030624 Kepiting Tak Beku (Segar)

0307 Moluska

030760 Siput

Sumber : UN Comtrade, 2011

Nilai ekspor dan daya saing setiap produk tersebut dibandingkan dengan dua negara eksportir utama berdasarkan nilai ekspor terbesar serta dua pesaing tetap yaitu Thailand dan Filipina ke setiap negara importir utama dan dunia pada tahun 2001, 2005 dan 2009. Thailand dipilih sebagai negara pesaing karena Thailand memiliki karakteristik basis pertanian yang hampir sama dengan Indonesia selain itu juga karena Thailand merupakan salah satu negara eksportir produk perikanan terbesar di dunia. Serupa dengan Filipina yang dipilih karena karakteristik negara yang menyerupai Indonesia dari segi perekonomian serta Indonesia dan Filipina sama-sama negara yang memiliki banyak pulau. Selain itu pula, Thailand, Filipina dan Indonesia juga sama-sama negara yang sedang berkembang.


(34)

2.1 Definisi dan Klasifikasi Perikanan

Perikanan merupakan kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau budidaya ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Perikanan juga didefinisikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Seperti halnya perikanan dunia, di Indonesia usaha perikanan juga dibedakan menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya.

Penangkapan ikan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, mengolah atau mengawetkannya. Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan dan/atau membiakkan ikan dan memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol. Klasifikasi perikanan tangkap dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap di laut dan perikanan tangkap di perairan umum. Sedangkan perikanan budidaya dibedakan menjadi enam jenis yaitu budidaya laut, budidaya tambak, budidaya kolam, budidaya karamba, budidaya jaring apung dan budidaya sawah (KKP, 2009).

2.2 Produk Ekspor Perikanan Indonesia

Komoditas perikanan Indonesia diolah menjadi produk perikanan (produk akhir) yang dapat dikelompokan menurut proses penanganan dan atau pengolahan sebagai berikut1:

1. Produk hidup

2. Produk segar (fresh product) melalui proses pengesan/pendinginan

3. Produk beku (frozen product) baik mentah (raw) atau masak (cooked) melalui proses pembekuan

1

Sumber : Direktorat Pemasaran Luar Negeri, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. 2009. Pedoman Ekspor Perikanan Pasar Produktif. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta


(35)

4. Produk kaleng (canned product) melalui proses pemanasan dengan suhu tinggi (sterilisasi) dan pasteurisasi

5. Prosuk kering (dried product) melalui proses pengeringan alami atau mekanis

6. Produk asin kering (dried salted product) melalui proses penggaraman dan pengeringan alami atau mekanis

7. Produk asap (smoked product) melalui proses pengasapan

8. Produk fermentasi (fermented product) melalui proses fermentasi

9. Produk masak (cooked product) melalui proses pemasakan atau pengukusan

10. Surimibased productmelalui proses leaching atau pengepresan (minced) 2.3 Perdagangan Internasional

Menurut Lindert dan Kindleberger (1995) perdagangan internasional dianggap sebagai suatu akibat dari adanya interaksi antara permintaan dan penawaran yang bersaing, dimana penawaran merupakan bentuk dari kemungkinan produksi dan permintaan merupakan bentuk dari selera serta pendapatan konsumen. Permintaan dan penawaran akan secara bersama-sama menentukan kuantitas barang yang dibeli dan dijual serta harga relatifnya. Permintaan dan penawaran akan berinteraksi secara simultan baik di pasar internasional maupun di pasar dalam negeri. Ada dua hal penting terjadinya perdagangan internasional yaitu terdapatnya perbedaan-perbedaan dalam biaya komparatif dan informasi tentang selera atau kebutuhan konsumen serta pendapatn konsumen. Perbedaan dalam biaya komparatif menyebabkan terjadinya spesialisasi yang terjadi karena keadaan alamiah yaitu ketersediaan bahan alamiah yang berbeda-beda di berbagai negara. Sementara, informasi akan selera dan kebutuhan konsumen berkaitan dengan tingkat kemajuan daya pikir manusia. Kendala selera dan pendapatn ini akan menentukan bagaimana kuantitas barang yang diminta akan bereaksi terhadap perubahan harga.

Hal yang hampir sama dikemukakan oleh Krugman dan Obsfeld (2003) dijelaskan negara-negara melakukan perdagangan internasional karena dua alasan utama; masing-masing alasan menyumbangkan keuntungan perdagangan (gains


(36)

from trade) bagi mereka. Pertama, bangsa-bangsa berdagang karena mereka berbeda satu sama lain. Bangsa-bangsa, sebagaimana individu-individu, dapat memperoleh keuntungan dari perbedaan-perbedaan mereka melalui suatu pengaturan di mana setiap pihak melakukan sesuatu dengan relatif lebih baik. Kedua, negara-negara berdagang satu sama lain dengan tujuan mencapai skala ekonomis (economies of scale) dalam produksi.

Landasan fundamental terselenggaranya perdagangan internasional adalah bahwa setiap negara memiliki persediaan sumber daya, pilihan-pilihan dan teknologi, skala ekonomi, institusi-institusi sosial dan ekonomi, serta kapasitas pertumbuhan dan pembangunan yang sangat berbeda satu sama lain. Secara umum, negara berkembang lebih bergantung pada perdagangan daripada negara maju, negara-negara yang berukuran relatif besar memiliki tingkat ketergantungan terhadap perdagangan yang lebih kecil dibandingkan negara-negara yang relatif kecil, selain itu negara berkembang cenderung menyumbangkan bagian yang lebih besar dari outputnya untuk ekspor dibandingkan negara-negara maju, apa pun ukurannya (Todaro dan Smith, 2006).

2.3.1 Teori Perdagangan Internasional

Dalam Oktaviani dan Novianti (2009) dipaparkan bahwa ilmu perdagangan internasional merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis saling ketergantungan antar negara. Ilmu yang menganalisis arus barang, jasa, pembayaran-pembayaran antar suatu negara dengan negara lain di dunia, kebijakan yang mengatur arus tersebut serta pengaruhnya pada kesejahteraan negara. Penjelasan teoritis mengenai perdagangan internasional telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi. Mulai dari teori klasik hingga teori modern yang dilihat dari sisi penawaran, teori klasik dimulai dengan Teori Merkantilisme lalu teori absolute advantage dari Adam Smith dan teori comparative advantage dari David Ricardo. Sedangkan teori modern dikemukakan oleh Eli Hecksher dan Bertil Ohlin yang lebih dikenal dengan teori Hecksher-Ohlin. Teori-teori yang dikembangkan pada dasarnya merupakan upaya untuk menjelaskan tiga hal pokok yaitu alasan suatu negara


(37)

melakukan perdagangan dan pola perdagangan yang terjadi, keuntungan atau mafaat dari perdagangan serta optimalisasi sumbedaya melalui perdagangan.

Teori Merkantilisme berkembang dengan pesat pada abad ke 16 sampai ke 18 di Eropa Barat. Ide pokok yang mendasari teori ini adalah suatu negara/Raja akan makmur dan kuat bila ekspor lebih besar daripada impor (X-M) dan surplus yang diperolah dari selisih (X-M) atau ekspor neto yang positif tersebut diselesaikan dengan pemasukan logam mulia (LM), terutama emas dan perak dari luar negeri. Kelemahan dari teori ini adalah LM yang digunakan sebagai alat pembayaran akan menyebabkan banyaknya jumlah uang beredar sehingga akan terjadi inflasi dan harga barang impor menjadi rendah, akhirnya LM berkurang (Oktaviani dan Novianti, 2009).

Menurut Adam Smith dalam Salvatore (1997) perdagangan antara dua negara didasarkan pada keunggulan absolut. Jika sebuah negara lebih efisien (memiliki keunggulan absolut) terhadap negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi namun kurang efisien dibandingkan (memiliki kerugian absolut) terhadap negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan menukarkannya dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut.

Pada tahun 1817, David Ricardo menyempurnakan teori keunggulan absolute dengan teori keunggulan komparatif melalui buku yang berjudul “ Principles of Political Economy and Taxation”. Buku tersebut berisi penjelasan mengenai teori keunggulan komparatif ( The Law of Comparative Advantage). Hukum tersebut menyatakan bahwa meskipun suatu negara kurang efisien dibandingkan (memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi kedua komoditas, namun masih terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Negara pertama harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditas yang mempunyai kerugian absolut lebih kecil (komoditas dengan keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditas yang memiliki kerugian absolut lebih besar (komoditas yang memiliki kerugian komparatif yang besar) (Salvatore 1997).


(38)

Heckscher dan Ohlin melakukan perbaikan terhadap hukum keunggulan komparatif yang dikemukakan oleh Ricardo. Ohlin (1933, hal 92) dalam Lindert dan Kindleberger (1995) memperkirakan bahwa kunci biaya komparatif terletak pada proporsi penggunaan faktor produksi. Komoditi-komoditi yang dalam produksinya memerlukan faktor produksi (yang melimpah) dan faktor produksi (yang langka) diekspor untuk ditukar dengan barang-barang yang membutuhkan faktor produksi dalam proporsi yang sebaliknya. Jadi secara tidak langsung faktor produksi yang melimpah diekspor dan faktor yang langka diimpor. Secara garis besar teori Hecksher-Ohlin merupakan teori kemelimpahan faktor produksi dan intensitas penggunaan faktor. Teori ini diekspresikan ke dalam dua teorema yang saling berhubungan, yaitu teorema Heckscher-Ohlin serta teorema penyamaan harga faktor. Menurut teorema penyamaan harga faktor produksi atau teorema Heckscher-Ohlin-Samuelson, perdagangan internasional cenderung menyamakan harga-harga baik itu secara relatif maupun secara absolut dari berbagai faktor produksi yang homogen atau sejenis diantara negara-negara yang terlibat dalam hubungan dagang.

Oktaviani dan Novianti (2009) memaparkan bahwa ada sebelas asumsi pokok dalam teori Heckscher-Ohlin yaitu sebagai berikut :

1. Di dunia hanya terdapat dua negara (Negara 1 dan Negara 2), dua komoditi (X dan Y) dan dua faktor produksi (tenaga kerja dan modal). 2. Kedua negara memiliki dan menggunakkan metode atau tingkat teknologi

produksi yang sama.

3. Komoditi X secara umum bersifat padat karya (labour intensive) sedangkan komoditi Y padat modal (capital intensive). Hal ini berlaku untk kedua negara.

4. Kedua komoditi sama-sama diproduksikan berdasarkan skala hasil yang konstan (constant scale of returns), yang sama-sama terjadi di kedua negara.

5. Spesialisasi produksi yang berlangsung di kedua negara sama-sama tidak lengkap atau tidak menyeluruh.

6. Selera atau preferensi permintaan para konsumen yang ada di kedua negara sama.


(39)

7. Terdapat kompetisi sempurna dalam pasar produk (tempat perdagangan kedua komoditi) dan juga dalam pasar faktor (tempat pertemuan kekuatan permintaan dan penawaran faktor produksi). Harga semata-mata terbentuk oleh kekuatan pasar.

8. Terdapat mobilitas faktor yang sempurna dalam masing-masing negara, namun tidak ada mobilitas faktor antarnegara/internasional.

9. Tidak ada biaya-biaya transportasi, tarif, atau berbagai bentuk hambatan yang dapat mengurangi kebebasan arus perdagangan barang di kedua negara.

10. Semua sumber daya produktif atau faktor produksi yang ada di masing-masing negara dapat dikerahkan secara penuh dalam kegiatan-kegiatan produksi.

11. Perdagangan internasional yang terjadi di antara negara 1 dan negara 2 sepenuhnya seimbang (jumlah ekspor dan impor dari kedua negara sama).

Gambar 2. Model Heckscher-Ohlin Sumber : Oktaviani dan Novianti (2009)

Gambar 2 menunjukkan kurva indifferen 1 berlaku untuk negara 1 maupun negara 2, karena diasumsikan selera konsumen di kedua negara sama. Kurva indifferen 1 menjadi tangen terhadap kurva batas kemungkinan produksi negara A di titik A, dan juga menjadi tangen terhadap kurva kemungkinan produksi di

X 140 120 100 80 60 40 20 0

20 80 100 Y 20 80 100Y

X 140 120 100 80 60 40 20 0 I

II II

P P

A’

A

E = E’ ●

● A’

A B C

B’

Negara 1 Negara 1

Negara 2 Negara 2

● ● ●


(40)

negara 2 di titik A’. Titik-titik itu melambangkan harga relatif komoditi dalam kondisi ekuilibrium, yakni PAbagi negara 1 dan PA’ untuk negara 2 (panel sebelah kiri). Karena PAlebih kecil daridai PA’, maka simpulkan bahwa negara 1 memiliki keunggulan komparatif pada komoditi X dan negara 2 dalam komoditi Y. Setelah perdagangan berlangsung (panel sebelah kanan) negara 1 akan berproduksi di titik B, dan menukarkan sejumlah X untuk mendapatkan Y sehingga mencapai tingkat konsumsi di titik E (segitiga perdagangan BCE). Negara 2 akan berproduksi di titik B’ dan menukarkan sejumlah Y untuk mendapatkan X dan mencapai tingkat konsumsi di E’ (berhimpitan dengan titik E). Kedua negara akan memperoleh keuntungan dari perdagangan karena dapat meningkatkan konsumsinya pada kurva indifferen II yang lebih tinggi dari kurva indifferen sebelumnya (Oktaviani dan Novianti, 2009).

Dalam Halwani (2002) juga dikatakan bahwa model teori H-O menganalisis perdagangan antar dua negara, dimana setiap negara memiliki karakteristik tersendiri. Asumsi ini berarti bahwa dua negara hanya berbeda dalam dua hal yaitu dalam hal ukuran dan dalam hal rasio K/L (kapital/tenaga kerja). Pembuktian teori H-O dimulai dengan catatan bahwa selera dan harga pasar ditujukan untuk pasar bebas dan pola konsumsi dari kedua negara harus sama. Andaikata kedua negara tersebut memproduksi dengan rasio yang sama dengan yang mereka konsumsi, termasuk dengan yang tidak diperdagangkan (tidak diekspor). Hal ini berarti rasio K/L untuk produksi X dari negara 2 harus lebih besar daripada rasio negara 1. Dengan kata lain apabila rasio produksinya sama, maka produksi padat modal akan lebih besar pada sektor industri bagi negara yang melimpah modal.

2.3.2 Teori Ekspor

Perdagangan internasional yang tercermin dari kegiatan ekspor dan impor suatu negara menjadi salah satu komponen dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto) dari sisi pengeluaran suatu negara (Oktaviani dan Novianti, 2009). Ekspor adalah barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri yang dijual secara luas di luar negeri, sedangkan impor adalah barang dan jasa yang di produksi di luar negeri yang dijual di dalam negeri (Mankiw, 2006). Ekspor dapat


(41)

pula diartikan sebagai total penjualan barang yang dapat dihasilkan oleh suatu negara yang diperdagangkan ke negara lain dengan tujuan mendapatkan devisa. Suatu negara dapat mengekspor barang-barang yang dapat dihasilkannya ke negara lain yang tidak dapat menghasilkan barang tersebut secara efisien (Lipsey, 1995). Pertumbuhan ekspor suatu komoditas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Adanya daya saing dengan negara-negara lain di dunia. Oleh karena itu suatu negara hendaknya melakukan spesialisasi sehingga negara tersebut dapat mengekspor komoditi yang telah diproduksi untuk dipertukarkan dengan apa yang dihasilkan oleh negara lain dengan biaya yang lebih rendah dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekspor negara tersebut.

2. Adanya penetapan harga pasar dalam negeri dan harga pasar internasional. Jika harga pasar internasional lebih tinggi dari harga pasar domestik, maka produsen akan lebih memilih untuk memasarkan komoditi hasil produksinya ke pasar internasional sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekspor di negara tersebut.

3. Adanya permintaan dari luar negeri. Semakin tinggi permintaan dari luar negeri terhadap komoditi yang dihasilkan oleh suatu negara, maka semakin tinggi pula pertumbuhan ekspor di negara tersebut.

4. Nilai tukar mata uang. Apabila negara mengalami depresiasi nilai tukar, maka akan meningkatkan pertumbuhan ekspor di negara tersebut. Hal itu terjadi karena depresiasi nilai tukar menyebabkan harga-harga komoditas domestik terlihat lebih murah di mata internasional sehingga permintaan luar negeri untuk komoditas tersebut akan meningkat.

Di Indonesia, Direktorat Pemasaran Luar Negeri (KKP) dalam Pedoman Ekspor Perikanan (2009) menyatakan bahwa suksesnya kegiatan ekspor perikanan sangat tergantung pada kemampuan koordinasi semua pelakunya seperti eksportir, produsen/supplier, perbankan, Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Produk, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, usaha jasa transportasi, Bea dan Cukai, lembaga promosi hingga dinas yang diberi kewenangan oleh Departemen Perdagangan.


(1)

Lampiran 8.

Nilai Ekspor Produk Perikanan Indonesia dan Pesaing ke

Belanda (1000 US $)

Indonesia Thailand Philippines Dunia

Nilai Ekspor Negara Nilai Ekspor Negara Nilai Ekspor Nilai Ekspor Nilai Ekspor Nilai Ekspor 2001 84,893 Singapore 1496,076 Belgium 1288,303 42,696 58,655 5163,278 2005 127,759 Japan 2198,108 Singapore 1718,297 415,548 50,53 11927,552 2009 168,624 Japan 4286,786 Singapore 3290,194 165,379 57,991 14077,195

2001 505,042 Italy 40,841 Belgium 32,167 0 0,025 625,691 2005 2616,62 France 399,402 Belgium 165,073 1,155 0 3354,076 2009 140,242 Denmark 976,276 Germany 403 0 297,775 2281,606

2001 1172,415 Italy 235,762 Belgium 44,524 0 0 1489,656 2005 248,264 Belgium 139,666 Sri Lanka 13,962 0 134,216 561,888 2009 22,632 India 331,491 Sri Lanka 162,185 0 114,005 1063,491

2001 410,701 Iceland 2738,622 Belgium 647,927 0 0 4984,03 2005 0 Canada 4508,787 Iceland 1104,846 0 0 6847,931 2009 8,424 Iceland 2078,768 Canada 1117,367 0 0 4285,397

2001 0 Belgium 8186,861 Canada 2228,518 0 0 11510,3 2005 0 Belgium 14771,555 Canada 2270,747 0 0 19424,59 2009 0,364 Belgium 15067,261 Canada 5805,961 0 0 26349,515

2001 31721,161 India 15822,008 Ecuador 10479,05 11468,423 357,126 145108,844 2005 7261,88 Belgium 43099,765 Ecuador 12925,139 849,435 456,48 122327,097 2009 10197,327 Belgium 43260,359 India 41182,344 9356,273 0 170962,876

2001 0 Denmark 12938,339 Germany 12715 34,864 0 33916,817 2005 0 Germany 33897 Denmark 32417,353 72,613 0 82731,549 2009 129,799 Germany 26171 Morocco 22880,188 206,484 0 73300,596

2001 0 Chile 1723,11 Canada 1705,986 0 0 4252,428 2005 247,125 Canada 4256,06 Russian Fed 2905,403 1,415 0 11495,969 2009 14,959 Norway 4149,275 Canada 1938,176 0,372 0 10617,938

2001 1,575 Belgium 210,135 United

Kingdom 180,227 6,68 0 564,013 2005 719,787 Germany 287 France 169,217 35,368 0 1440,136 2009 985,837 Germany 340 France 159,772 10,533 0 1740,9

2001 0 China 70,95 France 12,536 0 0 102,409 2005 0 Belgium 30,165 France 7,465 0 0 41,105 2009 67,025 Denmark 660,618 United States 24,442 0,873 0 779,014 Ikan Hias

Komoditi Tahun Pesaing 1 Pesaing 2

Kepiting Beku

Kepiting Segar

Siput Tuna Sirip Kuning Segar

Tuna Sirip Kuning Beku

Lobster Beku

Lobster Segar

Udang Beku


(2)

Lampiran 9.

Nilai Ekspor Produk Perikanan Indonesia dan Pesaing ke

Singapura (1000 US $)

Indonesia Thailand Philippines Dunia

Nilai Ekspor Negara Nilai Ekspor Negara Nilai Ekspor Nilai Ekspor Nilai Ekspor Nilai Ekspor 2001 1429,39 Malaysia 3663,204 Japan 544,607 175,224 73,993 7213,907 2005 2641,252 Malaysia 4696,476 Hong Kong 525,743 753,77 117,077 10575,589 2009 1935,503 Malaysia 4918,663 Taiwan 625,819 1670,901 103,436 11508,941

2001 17829,989 Japan 291,834 Papua New

Guinea 54,289 8,069 0 18261,163 2005 376,561 Maldives 87,721 Australia 4,784 26,101 0 495,167 2009 371,311 Yemen 12,087 Australia 0,304 619,898 136,92 1140,597

2001 1621,444 Taiwan 477,735 Spain 221,316 272,158 0 2701 2005 328,114 Spain 2018,587 Maldives 738,499 38,67 820,438 4148,21 2009 102,498 Taiwan 448,656 Korea, Rep. 253,669 0 820,877 1628,547

2001 180,065 United States 103,306 India 65,742 0 0 460,168 2005 14,982 India 285,686 United States 85,607 8,997 170,256 658,85 2009 29,936 Canada 580,747 India 349,762 8,716 46,644 1482,272

2001 109,45 Canada 677,907 United States 437,201 0,865 0 1409,575 2005 65,959 Canada 965,45 United States 293,268 0 11,05 1639,793 2009 109,497 United States 767,929 Canada 572,875 0 86,6 2125,041

2001 13845,875 Vietnam 3101,237 Malaysia 2785,238 47903,16 0 70484,401 2005 4061,078 Vietnam 10061,509 China 5360,647 3632,599 256,2 33585,713 2009 4298,91 China 7322,264 Malaysia 4770,845 6898,406 10 26925,232

2001 3265,929 Malaysia 8458,175 Vietnam 319,116 12227 0 24393,465 2005 206,969 Malaysia 23097,428 United States 598,582 5452,773 36,75 29753,668 2009 920,376 Malaysia 38730,691 United States 343,05 2562,462 0 42721,889

2001 77,437 United States 274,277 Jordan 205,002 452,256 0,158 1902,047 2005 384,8 Norway 421,59 Malaysia 410,105 240,036 145,82 2061,722 2009 963,777 Malaysia 754,041 United States 543,267 24,561 0 4002,114

2001 1849,857 India 5160,118 Sri Lanka 1226,133 34,421 3286,975 12206,769 2005 4661,765 India 6712,237 Sri Lanka 1462,585 23,354 2941,25 18121,283 2009 4779,489 India 12816,509 Sri Lanka 2725,013 33,27 5127,839 27441,781

2001 31,529 Tanzania 28,546 Canada 21,962 0 6,048 110,38 2005 364,311 Hong Kong 31,681 United States 26,506 0 0 457,362 2009 555,322 France 12,504 India 1,822 176,336 0 745,984 Ikan Hias

Komoditi Tahun Pesaing 1 Pesaing 2

Kepiting Beku

Kepiting Segar

Siput Tuna Sirip Kuning Segar

Tuna Sirip Kuning Beku

Lobster Beku

Lobster Segar

Udang Beku


(3)

Lampiran 10. Nilai Ekspor Produk Perikanan Indonesia dan Pesaing ke

Taiwan (1000 US $)

Indonesia Thailand Philippines Dunia

Nilai Ekspor Negara Nilai Ekspor Negara Nilai Ekspor Nilai Ekspor Nilai Ekspor Nilai Ekspor 2001 816,436 Singapore 697,321 India 487,946 116,542 239,907 3566,37 2005 887,027 Singapore 2212,489 Hong Kong 925,581 716,444 193,424 8107,755 2009 260,967 Colombia 923,537 Singapore 860,857 1634,711 200,052 6426,498

2001 70,81 Malaysia 676,735 Australia 41,708 5807,975 86,25 6702,729 2005 20,671 Fiji 142,099 0 41,223 4,5 208,493 2009 71,696 Sri Lanka 0,205 0 0 12,476 84,377

2001 0 Singapore 286,933 Papua New

Guinea 206,346 0 1736,839 2244,118 2005 0,03 Maldives 302,412 New

Caledonia

14,905 0 2494,434 2818,054 2009 123,455 India 342,198 Fiji 203,914 371,555 210 1283,901

2001 110,087 Singapore 2612,371 Vietnam 745,916 73,113 261,909 4155,671 2005 8,912 Singapore 521,235 India 319,509 19,596 4,18 1295,381 2009 26,473 India 202,463 Australia 37,34 2,82 64,466 409,142

2001 196,506 United States 6460,594 Malaysia 216,833 19,441 558,773 7605,862 2005 360,123 United States 2151,19 Vietnam 1123,423 0 753,321 5357,723 2009 438,787 Canada 590,588 United States 496,807 0 813,49 2565,909

2001 4895,777 Ecuador 10934,041 Vietnam 4334,893 39660,397 1806,818 79205,853 2005 1176,967 Vietnam 20591,292 China 19358,218 13373,738 310,627 61135,306 2009 3546,675 Saudi Arabia 44821,331 China 32358,495 24418,509 3204,424 124140,452

2001 3,374 Vietnam 1080,191 United States 123,5 1439,334 2,041 2983,029 2005 41,296 Vietnam 30560,94 Malaysia 344,507 374,278 79,176 31558,49 2009 73,428 China 32115,984 Hong Kong 331,609 288,679 14,579 33203,541

2001 901,006 Vietnam 6313,791 Chile 3830,645 524,924 0,045 13721,373 2005 71,035 Chile 4397,883 Vietnam 4034,379 939,265 22,391 14968,163 2009 191,22 China 15517,916 Chile 7807,146 2965,653 15,31 30719,449

2001 744,828 Hong Kong 5003,166 Australia 4388,055 2457,065 6918,683 20201,946 2005 1619,024 Hong Kong 4747,728 Vietnam 4245,781 2120,344 2536,49 22157,78 2009 345,082 India 3320,71 Korea, Rep. 2666,552 406,984 2371,774 11269,552

2001 1032,442 United States 340,402 China 255,638 2,093 0 1872,699 2005 1505,781 China 441,871 Vietnam 73,993 2,347 0 2076,076 2009 1123,195 China 324,65 India 265,78 4,191 0 1795,835 Komoditi Tahun Pesaing 1 Pesaing 2

Udang Segar

Kepiting Beku

Kepiting Segar

Siput Ikan Hias

Tuna Sirip Kuning Segar

Tuna Sirip Kuning Beku

Lobster Beku

Lobster Segar


(4)

Lampiran 11. Nilai Ekspor Produk Perikanan Indonesia dan Pesaing ke

Inggris (1000 US $)

Sumber : UN Comtrade, 2011

Indonesia Thailand Philippines Dunia

Nilai Ekspor Negara Nilai Ekspor Negara Nilai Ekspor Nilai Ekspor Nilai Ekspor Nilai Ekspor 2001 345,794 Singapore 6404,063 Japan 1648,685 42,806 102,864 13473,792 2005 320,394 Singapore 8999,873 Japan 3183,735 361,924 148,027 23715,362 2009 304,477 Singapore 9802,749 Israel 3107 330,385 245,22 20840,843

2001 652,627 Maldives 1839,309 Sri Lanka 461,588 0 16,674 3143,236 2005 448,313 Maldives 2582,817 Fiji 371,335 0 0,832 3553,419 2009 448,919 France 1133,689 India 722,241 0 11 2376,607

2001 62,174 Sri Lanka 1149,029 Maldives 163,764 11,536 0 1558,504 2005 27,503 Sri Lanka 985,815 France 102,028 0 25,598 1217,128 2009 0 Sri Lanka 2585,901 Netherlands 125,575 0,093 0 2853,624

2001 120,648 Canada 1876,686 India 376,774 0 0 3110,119 2005 7,788 Canada 1573,631 United States 1196,995 0 0 5258,569 2009 0 Canada 6493,178 United States 3323,821 0 0 15538,243

2001 0 Canada 8442,465 United States 3472,943 0 0 12604,477 2005 0,002 Canada 9353,093 United States 4703,979 0 0 14489,961 2009 0 United States 4987,245 Canada 4583,725 0 0 10322,792

2001 37357,092 India 45433,365 France 19486,913 13447,687 395,963 170239,255 2005 38546,186 Bangladesh 74365,33 India 63825,919 4814,935 1217,045 295479,342 2009 33358,843 Iceland 58723,988 India 54599,28 45169,329 0 317093,441

2001 57,305 France 3935,348 Malaysia 855,676 556,605 0 6078,838 2005 116,312 Vietnam 6598,364 France 4083,603 752,968 166,42 15267,685 2009 330,997 France 2864,788 Ireland 1003,335 164,362 0 4967,08

2001 0,974 Canada 7419,559 Denmark 383,356 50,004 0 8933,879 2005 0 India 7813,102 Ireland 915,058 463,551 0 12396,385 2009 0,01 Ireland 811,137 India 769,013 1341,345 0 6029,562 2001 0,675 Ireland 884,984 France 36,712 0,461 0,25 971,71 2005 1995,771 Ireland 214,381 France 119,447 75,209 0 2602,386 2009 343,555 France 344,553 Netherlands 234,407 21,977 0 1535,674 2001 6,8 France 22,385 China 2,836 0 0 33,03 2005 2,929 France 39,816 Portugal 19,041 0 0 86,818 2009 0,507 France 36,122 Portugal 19,209 1,001 0 60,929 Ikan Hias

Komoditi Tahun Pesaing 1 Pesaing 2

Kepiting Beku

Kepiting Segar

Siput Tuna Sirip Kuning Segar

Tuna Sirip Kuning Beku

Lobster Beku

Lobster Segar

Udang Beku


(5)

Lampiran 12. Nilai Ekspor Produk Perikanan Indonesia dan Pesaing ke

Amerika Serikat (1000 US $)

Sumber : UN Comtrade, 2011

Indonesia Thailand Philippines Dunia

Nilai Ekspor Negara Nilai Ekspor Negara Nilai Ekspor Nilai Ekspor Nilai Ekspor Nilai Ekspor 2001 2822,827 Singapore 6443,319 Peru 3254,064 1546,071 3505,24 26604,206 2005 3337,042 Singapore 7813,027 Hong Kong 3285,805 2812,987 4016,806 37980,473 2009 1605,028 Singapore 7091,702 Sri Lanka 3013,046 2477,126 3321,956 32578,07

2001 2147,612 Australia 5032,036 Mexico 4135,608 170,652 16556,099 39760,381 2005 1812,672 Panama 15050 Costa Rica 7472,477 602,758 4988,022 47298,81 2009 3492,144 Mexico 3979,459 Panama 2950 667,627 2220,092 19916,068

2001 2611,237 Panama 50814,752 Taiwan 4224,464 0 2887,911 63604,057 2005 5488,244 Panama 83546,101 Grenada 2024,888 1576,299 3275,915 98773,508 2009 10136,39 Panama 57580 Costa Rica 4610,445 0 23553,366 99465,481

2001 337,146 Canada 177475,315 Vietnam 6672,655 0 32,969 199222,163 2005 0,01 Canada 235833,974 Belize 4716,748 0,049 131,904 253248,623 2009 0,649 Canada 217010,547 Hong Kong 4465,013 0 0 222313,068 2001 0 Canada 245819,592 Australia 519,058 0 0 246439,324 2005 0 Canada 299278,878 United Arab

Emirates 111,515 0 61,395 299604,156 2009 0,335 Canada 251898,969 Netherlands 82,322 0 0 252046,426 2001 134380,581 Mexico 390628,22 Vietnam 270275,858 612297,885 15503,649 2324196,406 2005 242579,455 Vietnam 376177,311 Mexico 323425,564 498955,01 14164,487 2595066,437 2009 266691,346 Mexico 321225,852 Ecuador 277384,642 608499,941 4955,24 2005762,411 2001 117,672 Vietnam 4722,412 Taiwan, 2750,653 2056,23 302,73 16486,107 2005 6,309 Vietnam 30375,573 China 3271,643 847,557 9,622 42253,218 2009 19165,777 Mexico 5332,666 Hong Kong 2308,667 1280,089 27,821 32671,443 2001 8694,348 Canada 289575,989 Venezuela 27920,784 8081,597 5,045 376764,702 2005 18372,753 Canada 301629,328 India 18704,987 9156,441 1,98 400224,733 2009 27750,861 Canada 357091,467 China 19117,619 6157,579 30 456663,568 2001 58505,358 Canada 24134,261 Mexico 1924,889 8605,282 3,447 98128,721 2005 71732,297 Canada 21836,533 Vietnam 7654,075 1137,928 48,138 112326,584 2009 40735,282 Canada 17975,994 India 2785,179 948,989 15,185 65491,968 2001 931,672 Canada 126,732 China 70,634 2,674 0 1211,664 2005 0 France 435,485 Nicaragua 358,2 0 0 1579,092 2009 45,567 Nicaragua 704,55 Honduras 566,965 1,265 0 1854,147 Ikan Hias

Komoditi Tahun Pesaing 1 Pesaing 2

Kepiting Beku

Kepiting Segar

Siput Tuna Sirip Kuning Segar

Tuna Sirip Kuning Beku

Lobster Beku

Lobster Segar

Udang Beku


(6)

Lampiran 13. Nilai Ekspor Produk Perikanan Indonesia dan Pesaing ke

Dunia (1000 US $)

Sumber : UN Comtrade, 2011

Indonesia Thailand Philippines Dunia

Nilai Ekspor Negara Nilai Ekspor Negara Nilai Ekspor Nilai Ekspor Nilai Ekspor Nilai Ekspor 2001 14602,56 Singapore 41604,516 Malaysia 14470,248 3369,411 6497,223 162312,514 2005 14386,73 Singapore 54109,102 Malaysia 22461,506 12502,707 7132,244 264900,274 2009 11660,944 Singapore 60088,251 Spain 47059,509 18224,205 6508,719 317886,827

2001 66949,66 Australia 20192,006 Papua New

Guinea 14166,755 7693,005 27623,739 182048,791 2005 27311,015 Panama 15050,09 Maldives 14732,264 11270,917 11414,434 155293,577 2009 30925,033 Taiwan, China 54606,332 France 8344,286 9871,297 6090,522 168358,826

2001 22214,939 Taiwan 110009,065 Korea, Rep. 71401,667 3861,049 11627,496 503232,386 2005 7759,776 Taiwan 249695,659 Panama 85771,914 6336,532 20100,113 650393,8 2009 19602,036 Spain 69613,913 France 67746,267 36050,768 62751,346 593410,702

2001 4110,784 Canada 215959,441 Vietnam 16385,045 73,819 1754,428 318896,365 2005 233,392 Canada 287402,571 Iceland 19311,575 32,251 1936,318 383128,782 2009 954,49 Canada 272745,427 United States 25401,266 15,695 788,236 356314,079

2001 5018,788 Canada 299513,799 United States 241067,339 221,674 1922,833 614987,389 2005 5263,975 Canada 381838,449 United States 321675,12 0,399 4825,704 809772,595 2009 5691,667 Canada 333594,219 United States 290047,5 495,262 8173,15 775253,607

2001 879318,175 India 805286,802 Vietnam 620433,851 1198010,934 117767,356 7478539,836 2005 804022,736 Vietnam 1129466,777 India 869140,829 903470,073 80342,933 8521238,647 2009 693881,868 India 740082,21 China 733358,177 1336693,489 51745,375 8082386,046

2001 5426,419 Netherlands 55120,051 Vietnam 53401,535 42135,989 7992,457 380768,658 2005 2557,126 Vietnam 116895,805 Netherlands 102490,645 39703,962 13113,295 604311,929 2009 33966,784 Netherlands 133303,89 China 110687,407 25075,189 2619,826 624928,434

2001 12218,589 Canada 403913,677 United States 70025,295 22758,529 301,5 798499,166 2005 20824,93 Canada 477636,561 United States 100380,003 20326,482 463,985 1034769,002 2009 34213,193 Canada 465333,428 China 162679,198 18044,567 64,401 1176435,307

2001 63657,003 United Kingdom

35272,528 Canada 26184,051 12828,031 19094,781 266864,284 2005 84849,089 United

Kingdom

46909,414 China 37952,518 10150,909 7193,508 348044,659 2009 54281,371 Canada 50096,677 United Kingdom 46469,016 3194 18221,744 338983,568

2001 5728,348 China 21947,386 Macedonia,FYR 2810,426 446,695 6,048 50172,958 2005 3785,977 China 15299,715 Morocco 5231,852 84,587 0 55427,004 2009 6168,822 China 10463,834 Hungary 9835 2353,704 11,724 78818,045 Ikan Hias

Komoditi Tahun Pesaing 1 Pesaing 2

Kepiting Beku

Kepiting Segar

Siput Tuna Sirip Kuning Segar

Tuna Sirip Kuning Beku

Lobster Beku

Lobster Segar

Udang Beku