Ruang Lingkup Penelitian PENDAHULUAN

21 untuk Manajemen Lingkungan. Pada saat ini standar ISO untuk ekolabel meliputi : - ISO 14020 : Prinsip Umum Ekolabel - ISO 14021 : Ekolabel Tipe 2, yaitu self declaration environmental claims - ISO 14024 : Ekolabel Tipe 1, yaitu voluntary, multiple criteria based practitioner programs - ISOTR 15025 : Ekolabel Tipe 3, yaitu quantified product information label Semua standar ISO tersebut berisi pedoman yang bersifat sukarela dan tidak mengikat. Penerapan ekolabel pada suatu produk memiliki beberapa keuntungan diantaranya adalah meningkatkan daya saing produk di pasar, baik pasar domestik maupun pasar internasional, menngkatkan citra perusahaan, meningkatkan efisiensi produksi, penghematan sumberdaya melalui program 3R Reduce, Reuse, and Recycle dan pengendalian polusi, keuntungan yang terakhir adalah untuk membantu upaya pemerintah dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup Suminto 2011.

2.4 Kebijakan Pemerintah Indonesia Terkait Pengelolaan Hutan Lestari

Pemerintah memiliki peranan penting dalam mengembangkan komoditi pertanian dan produk olahannya termasuk pulp dan kertas melalui kebijakan pemerintah. Dalam kebijakan ekolabeling terdapat peraturan yang berasal dari Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 31 Tahun 2009 yang membahas tentang pembinaan dan pengawasan penerapan sistem manajemen lingkungan, ekolabel, produksi bersih,dan teknologi berwawasan lingkungan di daerah. Peraturan tersebut dilatarbelakangi oleh UU No.23 Tahun 1997 tentang : 1 Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2 UU Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknlogi, 3 UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, 4 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah KabupatenKota, 5 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang 22 Kedudukan, Tugas, Fungsi, Sususnan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia. Pemerintah tidak banyak mengenai kebijakan ekolabel dalam peraturan dan hukum akan tetapi lebih membahas kepada pengelolaan hutan lestari dan verifikasi legalitas kayu. Pemerintah Indonesia menerbitkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38Menhut-II2009 tentang Standar Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang Izin atau pada Hutan Hak. Peraturan ini lebih dikenal dengan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu SVLK yang mulai berlaku pada 2009 Purnomo 2011. SVLK merupakan sistem pelacakan yang disusun secara mulistakeholder untuk memastikan legalitas sumber kayu yang beredar dan diperdagangkan di Indonesia. SVLK dikembangkan untuk mendorong implementasi peraturan pemerintah yang berlaku terkait perdagangan dan peredaran hasil hutan yang legal di Indonesia. SVLK memiliki tujuan diantaranya adalah memberikan kepastian bagi pasar bahwa kayu dan produk kayu Indonesia merupakan produk yang legal dan berasal dari sumber yang legal, meningkatkan daya saing produk perkayuan Indonesia, dan dapat mereduksi praktek illegal logging dan illegal trading Sudharto 2012. Campur tangan pemerintah dalam mengelola sumber daya alam terutama hutan sangat diperlukan. Pengelolaan hutan secara lestari harus segera diwujudkan karena sangat mempengaruhi perdagangan pulp dan kertas Indonesia di pasar internasional. Kesadaran masyarakat internasional mengenai ekolabeling mendorong produsen dan pengusaha pulp dan kertas Indonesia untuk mengingkatkan mutu input produksi yang digunakan karena pasar internasional hanya menerima produk yang tersertifikasi dan ramah lingkungan.

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian untuk menganalisis daya saing, meninjau perkembangan perdagangan, mengidentifikasi posisi daya saing melalui keunggulan kompetitif dan komparatif di pasar importir utama telah bayak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Berdasarkan penelitian terdahulu terdapat beberapa perbedaan pada penelitian yang akan dilakukan. Perbedaan pada penelitian yang akan dilakukan