Lembaga Pemasaran dan Saluran Pemasaran

13 petani dalam meningkatkan kesejahteraan hidup. Selain bertujuan untuk meningkatkan peran dan kontribusi para petani, koperasi juga merupakan gerakan untuk pembangunan modal sosial di kalangan masyarakat Baga, 2005.

2.2.3 Bentuk dan Jenis Koperasi

Ketentuan yang terdapat pada pasal 25 dan 16 UU No. 25 Tahun 1992 terdapatan empat tingkatan bentuk koperasi yang disesuaikan dengan tingkat daerah administrasi pemerintahan, yakni: 1. Koperasi primer, koperasi yang dibentuk sekurang-kurangnya 20 dua puluh orang yang telah memenuhi syarat-syarat keanggotaan sebagaimana ditentukan dalam undang-undang. 2. Pusat koperasi, terdiri dari sekurang-kurangnya 5 lima koperasi primer yang berbadan hukum. Pusat koperasi memiliki daerah kerja daerah tingkat II tingkat kabupaten. 3. Gabungan koperasi, terdiri sekurang-kurangnya 3 tiga pusat koperasi yang berbadan hukum. Gabungan koperasi ini daerah kerjanya adalah daerah tingkat I tingkat propinsi. 4. Induk koperasi, terdiri sekurang-kurangnya 3 tiga gabungan koperasi yang berbadan hukum. Induk koperasi memiliki daerah kerja Ibukota Negara RI tingkat nasional. Pembentukan koperasi didasarkan pada nilai-nilai budaya, persamaan, dan solidaritas. Tekanan pada swadaya mengandung arti bahwa koperasi didirikan tas prakarsa para anggota dalam rangka memenuhi kepentingan dan kebutuhannya. Dilaksanakan dengan menggunakan prinsip kebersamaan dalam mencapai tujuan dengan memperhatikan nilai-nilai etis tentang kejujuran, keterbukaan, kesungguhan, tanggung jawab sosial dan perhatian terhadap sesama. Kebersamaan yang dibangun berdasar pada nilai-nilai suadaya dan solidaritas antar anggota akan menjadi modal yang kuat bagi pergerakan koperasi dalam melakukan kegiatan Habibullah, 2002. Dibandingkan dengan negara lain seperti India dan Uruguay, peran koperasi persusuan di Indonesia masih belum optimal dengan berbagai permasalahan yang dihadapi. Negara India misalnya pada tahun 2007, koperasi susu telah berkembang mencapai 57 ribu unit dengan 6 juta anggota. Begitu pula di Uruguay, para peternak yang tergabung dalam koperasi telah mampu memproduksi 90 dari total produksi susu nasional Daryanto, 2007.

2.3 Analisis Pendapatan Peternak Sapi Perah

Debertin 1986 menjelaskan pendapatan merupakan selisih total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Sehingga diperlukan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran selama kegiatan usahatani tersebut. Keuntungan penerimaan usahaternak sapi perah yang paling utama adalah dari penjualan susu. Penerimaan sampingan usahaternak sapi perah berasal dari penjualan ternak, penjualan karung, penjualan kotoran ternak, nilai perubahan ternak, dan susu yang dikonsumsi. Penerimaan merupakan hasil kali jumlah produksi total dan harga jual per satuan. Pengeluaran atau biaya adalah nilai penggunaan sarana produksi, upah dan lain-lain yang dibebankan pada proses produksi yang bersangkutan. Besar 14 kecilnya tingkat pendapatan yang diperoleh petani dipengaruhi antara lain: 1 skala usaha, 2 ketersediaan modal, 3 tingkat harga output, 4 ketersediaan tenaga kerja keluarga, 5 sarana transportasi, 6 sistem pemasaran, 7 kebijakan pemerintah dan sebagainya Soekartawi dkk, 1986. Biaya produksi adalah nilai fisik penggunaan faktor produksi yang diukur dengan uang Rahardja, 2000. Komponen biaya produksi usahaternak sapi perah adalah biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari penyusutan kandang dan penyusutan peralatan produksi yang memiliki umur ekonomi lama dan biaya tenaga kerja. Biaya variabel terdiri dari biaya pakan obat-obatan, penyusutan perlatan yang tidak tahan lama, dan biaya transportasi untuk membeli pakan, atau memasarkan susu. Menurut Sudono 1999 dalam usahaternak sapi perah, biaya terbesar yang dikeluarkan adalah biaya variabel, terutama biaya pakan dan tenaga kerja. Soekartawi 1995 menjelaskan beberapa definisi yang berkaitan dengaan pendapatan dan keuntungan, yaitu: 1. Pendapatan tunai, yaitu nilai uang yang diterima dari penjualan produk. 2. Pengeluaran tunai, yaitu jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa usahatani. 3. Pendapatan tunai, yaitu selisih antara penerimaan tunai dengan pengeluaran tunai. 4. Penerimaan kotor, yaitu produk total usaha dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. 5. Pengeluaran total usaha, yaitu semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam produksi termasuk biaya yang diperhitungkan. 6. Pendapatan bersih usaha, yaitu selisih antara penerimaan kotor usaha dengan pengeluaran total usaha. Pendapatan yang diukur dalam penelitian ini adalah pendapatan peternak atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari penerimaan total dikurangi dengan biaya tunai yang benar-benar dikeluarkan peternak, baik biaya tetap maupun biaya variabel. Pendapatan atas biaya tunai ini dapat menjadi ukuran dari kemampuan peternak menghasilkan uang tunai. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan peternak secara tunai, seperti biaya untuk tenaga kerja, biaya untuk pemerliharaan ternak dan peralatan. Pendapatan atas biaya total merupakan pendapatan yang diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan biaya tunai termasuk biaya yang diperhitungkan. Biaya yang diperhitungkan adalah penggunaan tenaga kerja keluarga dan biaya sewa lahan milik sendiri. Analisis pendapatan pada umumnya digunakan untuk mengevaluasi kegiatan usaha pertanian dalam satu tahun, dengan tujuan untuk membantu perbaikan pengelolaan usahatani. Aspek yang digunakan adalah harga yang berlaku, dan penyusutan akan diperhitungkan pada tahun tersebut untuk memperoleh keuntungan maksimum Hernanto, 1989.

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai saluran pemasaran dan pengaruh keberadaan koperasi susu dalam peningkatan produktivitas dan pemberdayaan peternak sapi perah telah banyak dilakukan. Namun untuk analisis perbandingan pendapatan antara 15 peternak sapi perah yang menjadi anggota koperasi dengan yang tidak masih sedikit dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Purba tahun 2008 membahas mengenai Analisis Pendapatan Usahatani dan Saluran Pemasaran Pepaya California Kasus: Desa Cimande dan Desa Lemahduhur, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hasil penelitian menyebutkan bahwa usahatani pepaya California sangat menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dari RC ratio lebih dari satu untuk setiap skala usaha. Pada perbandingan skala usaha disimpulkan bahwa semua petani responden di lokasi penelitian baik skala kecil, skala menengah, dan skala besar memperoleh keuntungan karena nilai RC atas biaya tunai maupun nilai RC atas total biaya yang diperoleh petani tersebut lebih besar dari satu. Untuk perbandingan pendapatan per tahun berdasarkan skala usaha dengan luas lahan satu hektar, kegiatan usahatani pepaya California untuk petani skala menengah lebih efisien dengan jumlah tanaman 1.587 pohon dan jarak tanam 2 m x 2,5 m. Pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani tersebut sebesar Rp 145.889.565,22 dengan RC atas biaya tunai 5,66 dan pendapatan atas total biaya sebesar Rp 140.725.362,32 dengan RC atas total biaya 4,86. Pada saluran pemasaran pepaya California di Desa Cimande dan Desa Lemahduhur, terdapat dua bentuk pola saluran. Pada pola saluran I, petani menjual pepaya kepada supplier, kemudian supplier menjual papaya tersebut kepada pedagang pengecer dan pedagang pengecer menjualnya lagi kepada konsumen akhir. Sedangkan untuk pola saluran II, petani menjual pepaya langsung kepada pabrik konsumen akhir. Dewi melakukan penelitian pada tahun 2012 membahas Kemitraan Peternak Sapi Perah dengan KUD “Batu” dalam Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Peternak Sapi Perah. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kemitraan antara KUD Batu dengan para peternak sapi perah, yaitu mengadakan program kredit sapi perah, program pemberian penyuluhan secara teknis, dan pemberian bantuan permodalan. Setelah memberikan program kepada para peternak yang menjadi anggota KUD, KUD juga memberi pelayanan kepada peternak sapi yakni melakukan penampungan air susu, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan ternak sapi perah, pelaksanaan inseminasi buatan dan kemudahan untuk mendapatkan makanan ternak. Hal ini merupakan wujud untuk meningkatkan perkembangan usaha peternakan sapi perah masyarakat, dan agar masyarakat lebih berdaya dan dapat terus memacu usaha peternakan sapi perahnya, sehingga usaha peternakan ini bisa menyokong kehidupan masyarakat dengan meningkatkan pendapatan masyarakat melalui usahaternak sapi perah. Di sini selain KUD, pemerintah juga memberikan bantuan yaitu bantuan KKPE yang bertujuan membantu KUD untuk mendapatkan permodalan yang selanjutnya diberikan kepada peternak, dan pemerintah juga memberikan bantuan pelatihan kepada para karyawan KUD agar karyawan bisa memberikan penyuluhan kepada para peternak, sehingga kemitraan antara pemerintah, KUD dan peternak sapi perah bertujuan untuk meningkatkan perekonomian para peternak sapi perah. Setelah terjadinya kemitraan ini, petani dan KUD mendapatkan hasil seperti peningkatan produktivitas susu, anak peternak bisa melanjutkan sekolah, pembuatan jalan beraspal, serta terpenuhinya fasilitas umum. Mitha 2012 melakukan penelitian mengenai Sejarah Koperasi Susu “SAE” dalam Meningkatkan Kesejehteraan Masyarakat Pujon 1962-2010. Keberadaan 16 Koperasi Susu “SAE” Pujon di tengah masyarakat telah menimbulkan dampak baik fisik maupun dampak sosial. Dampak fisiknya yaitu kesejahteraan masyarakat khususnya yang mempunyai jumlah kepemilikan sapi lebih dari lima ekor semakin meningkat, yaitu dalam hal pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan dari kondisi perumahan dan kepemilikan akan barang mewah semakin marak. Dampak sosialnya yaitu semakin meningkatnya kesadaran warga akan pentingnya pendidikan, dapat dilihat dari banyaknya anak sekolah yang tetap melanjutkan sekolahnya dan terbukanya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar. P rogram ataupun fasilitas yang disediakan Koperasi Susu “SAE” Pujon juga dapat dikatakan menunjang kesejahteraan masyarakat seperti program biogas yang dapat membantu masyarakat dalam memperoleh energi pengganti yaitu berupa bahan bakar yang dirasa saat ini sudah mulai langka dan harganya mahal. Tersedia ada fasilitas kesehatan berupa Balai Kesehatan Ibu dan Anak BKIA Nurul Ihsan yang telah membantu masyarakat dalam mengakses fasilitas kesehatan karena sekarang menjadi balai pengobatan umum yang dapat diakses masyarakat umum, tidak hanya peternak anggota Koperasi Susu “SAE”. Namun terdapat sebagian masyarakat Pujon yang beranggapan bahwa beternak sapi perah itu malah justru rugi dan dengan menjadi anggota Koperasi Susu “SAE” Pujon tidak lantas sejahtera karena Koperasi Susu “SAE” Pujon tidak memberikan jaminan kepada peternak yang masih dalam kondisi miskin. Masyarakat tersebut adalah masyarakat dengan jumlah kepemilikan sapi perah kurang dari lima ekor. Ghosh 2003 melakukan penelitian tentang pengembangan koperasi susu dan dampaknya terhadap produktivitas dan peningkatan pendapatan rumah tangga di Distrik Sirajganj dan Distrik Gopalganj, Bangladesh. Hasil penelitian tersebut menyebutkan BMPCUL merupakan organisasi produsen susu di Bangladesh yang sudah berjalan dengan baik. Koperasi yang berada di bawah naungan BMPCUL sudah sangat banyak dan saat ini meningkat dengan cukup drastic, begitu pun dengan anggota masing-masing koperasi. Koperasi tersebut memberikan pelayanan seperti AI, vaksinasi, fasilitas perawatan lainnya, dan persilangan sapi yang ikut berkontribusi meningkatkan kualitas sapi. BMPCUL menjadi organisasi produksi susu yang dominan, mencapai 60 dari kebutuhan susu di Bangladesh. Pada waktu yang sama produksi susu setiap anggota koperasi meningkat secara tajam. Hal ini berimbas pada kualitas susu sapi yang dihasilkan oleh anggota koperasi lebih baik dibanding yang berasal dari luar koperasi. Harga yang didapat oleh anggota koperasi pun jauh lebih tinggi dibanding yang bukan anggota koperasi. Berdasarkan hal tersebut maka pendapatan peternak sapi perah yang menjadi anggota koperasi meningkat. Perbedaan penelitian ini dengan peneltian yang lain terletak pada saluran pemasaran yang akan diidentifikasi, analisis pendapatan serta lokasi penelitian. Saluran pemasaran yang akan diidentifikasi merupakan saluran pemasaran susu yang terdapat di Kecamatan Cepogo dari peternak sapi perah, KUD Cepogo, GKSI, serta Industri Pengolahan Susu yang terdapat di Boyolali. Pada penelitian ini, analisis pendapatan akan dibedakan menjadi dua yakni adalah pendapatan peternak atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. III KERANGKA PEMIKIRAN