Farmer’s share Saluran Pemasaran .1 Jenis Saluran Pemasaran

42 Tabel 13. Analisis pendapatan peternak tipe II Kecamatan Cepogo, Maret 2015 No Komponen Jumlah Harga Satuan Rpsatuan Nilai Rpbulan A TOTAL PENERIMAAN 7.234.705 Penerimaan tunai 1. penjualan susu literbulan 1.266,21 4.791 5.336.905 2. penjualan sapi 1.638.888 Penerimaan yang diperhitungkan 1. susu untuk pedet literbulan 59,32 4.350 258.912 B TOTAL BIAYA TUNAI 2.680.691 1. sarana Produksi 2.291.855 a. konsentrat kgbulan 501,39 3.375 1.692.188 50,50 b. bekatul kgbulan 350,56 1.300 455.722 13,60 c. singkong kgbulan 359,72 300 124.904 3,73 d. garam kgbulan 12,69 1.500 19.042 0,57 2. biaya IB ekorbulan 0,53 41.388 21.844 0,65 3. listrik Rpbulan 63.928 1,91 4. air Rpbulan 3.000 0,09 5. tenaga kerja luar HOK 13,54 16.527 510.972 6,88 6. pengadaan pakan 10,36 6.700 69.417 2,07 C BIAYA NON TUNAI 670.200 1. penyusutan alat 78.127 2,33 2. HOK Keluarga 35,82 16.527 592.073 17,66 D TOTAL BIAYA 3.350.892 100 E PENDAPATAN ATAS BIAYA TUNAI 4.554.014 F PENDAPATAN ATAS BIAYA TOTAL 3.883.813 Sumber: Data Primer, 2015 Diolah Penerimaan utama yang diperoleh peternak tipe II adalah penerimaan tunai ang berasal dari hasil penjualan susu ke pedagang pengumpul dan ke konsumen langsung. Selain itu terdapat penerimaan dari hasil penjualan ternak. Hasil jual ternak dari hasil penelitian berasal dari penjualan ternak oleh peternak selama satu bulan. Sapi ternak yang dijual peternak responden dalam satu bulan diantaranya terdiri dari sapi afkir dan sapi pedet. Jumlah produksi susu peternak tipe II di lokasi penelitian sekitar 10,73 liter per ekor per hari. Harga susu yang ditetapkan pedagang pengumpul disesuaikan dengan kualitas susu dari peternak. Rata-rata peternak mendapatkan harga susu sebesar Rp 4.350 per liter. Berdasarkan Tabel 13 rata-rata total penerimaan per peternak responden adalah Rp 5.336.905 per bulan atau 1.423.175 per ekor laktasi per bulan, yang dijelaskan pada Tabel 14 dengan jumlah produksi 1.226,21 liter dengan harga beli sebesar Rp 4.791 per liter. Selain penjualan susu, penerimaan lain peternak sapi perah diperoleh dari hasil penjualan ternak dan penerimaan susu untuk pedet. Selama satu bulan, terdapat sepuluh responden dari total 36 responden tipe II yang melakukan penjualan ternak. Tujuh responden menjual sapi afkir dengan jumlah sapi afkir yang dijual sebanyak tujuh ekor dengan rata-rata harga penjualan sebesar Rp 9.000.000 per ekor. Tiga peternak lain menjual sapi pedet sebanyak empat ekor 43 dengan rata-rata harga jual sapi pedet sebesar Rp 4.775.000,00. Total penerimaan dari penjualan ternak sapi adalah Rp 1.638.888 per bulaan atau Rp 283.544 per ekor per bulan. Selain penerimaan dari penjualan sapi, terdapat penerimaan yang diperhitungkan yakni penerimaan susu untuk pedet. Berdasarkan Tabel 14, penerimaan susu untuk pedet sebesar Rp 258.912 per ekor laktasi per bulan. Sehingga total penerimaan yang diterima peternak sapi perah tipe II dalam satu bulan sebesar Rp 7.234.705 per bulan atau Rp 1.782.404 per ekor per bulan. Pengeluaran peternak sapi perah tipe II sama dengan pengeluaran peternak sapi tipe I, yang membedakan hanya di peternak sapi tipe II tidak terdapat iuran anggota KUD Cepogo dan peternak tipe II melakukan inseminasi buatan dengan bantuan mantri atau dokter di luar KUD, sehingga biaya inseminasi buatan lebih mahal. Total biaya produksi terdiri atas biaya tunai dan biaya non tunai. Berdasarkan Tabel 13 komponen biaya produksi terbesar yang dikeluarkan peternak sapi perah tipe II adalah biaya konsentrat sebesar 51,50 persen dari total biaya produksi atau sebesar Rp 1.692.188 per bulan atau Rp 292.878 per ekor per bulan. Rata-rata peternak menggunakan konsentrat untuk pangan tambahan satu ekor sapi perah sebesar 501,39 kilogram per bulan dengan harga konsentrat adalah Rp 3.375 per kilogram. Kebutuhan pakan hijauan peternak sapi perah dipenuhi dengan cara mencari rumput hijauan di lahan tegalan milik peternak. Rata-rata peternak responden menggunakan pakan hijauan 30.84 kilogram per ekor per bulan atau 5.180,30 kilogram dalam satu bulan. Selanjutnya biaya sarana produksi yang dikeluarkan peternak adalah biaya pembelian bekatul, singkong, dan garam. Pakan ini digunakan untuk pakan tambahan selain pakan hijauan. Rata-rata peternak menggunakan bekatul untuk satu ekor sapi perah sebanyak 60,67 kilogram per bulan, dengan harga bekatul sebesar Rp 1.300 per kilogram. Selain bekatul, peternak mengeluarkan biaya pembelian singkong sebanyak Rp 21.617 per ekor per bulan, dengan penggunaan singkong untuk satu ekor sapi sebesar 62,26 kilogram per bulan. Garam digunakan untuk penambahan rasa untuk pakan sapi, sehingga peternak tidak terlalu membutuhkan banyak garam. Peternak sapi perah tipe II juga menggunakan garam untuk tambahan rasa pakan ternak, rata-rata peternak membutuhkan garam untuk satu ekor sapi perah sebanyak 2,20 kilogram per bulan, dengan harga garam per kilogram adalah Rp 1.500, sehingga total pengeluaran untuk membeli garam sebesar Rp 3.295 per ekor per bulan. Biaya lainnya adalah biaya inseminasi buatan, inseminasi buatan diperlukan untuk melakukan pembuahan pada sapi perah betina, selain dengan cara kawin langsung dengan sapi jantan dewasa. Peternak tipe II tidak mendapat tunjangan dari KUD Cepogo, sehingga peternak harus mengeluarkan biaya inseminasi buatan sebesar Rp 40.000 hingga Rp 50.000 per pelaksanaan inseminasi buatan. Sebanyak 12 responden dari 36 responden menggunakan inseminasi buatan, dengan biaya rata-rata sebesar Rp 40.857 untuk satu kali inseminasi buatan. Setiap bulan peternak sapi perah juga mengeluarkan biaya listrik, biaya air, upah tenaga kerja luar keluarga, dan biaya penyediaan pakan. Biaya listrik yang dikeluarkan peternak tipe II adalah listrik untuk penerangan kandang sapi dan penerangan rumah peternak, dengan rata-rata pengeluaran adalah Rp 11.065 per ekor per bulan. Sama seperti peternak tipe I, peternak tipe II juga mengeluarkan biaya perawatan air sebesar Rp 3.000 per bulan. Biaya penyediaan pakan merupakan biaya pembelian bahan bakar untuk mencari pakan hijauan. Rata-rata