Latar Belakang Pengaruh Keanggotaan Koperasi Terhadap Pendapatan Peternak Sapi Perah Di Kud Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali

7 meningkatkan nilai, atau meningkatkan kepuasan konsumen Limbong dan Sitorus, 1987. Menurut Djaslim 1996 pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi, dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasaran pertanian terjadi setelah usahatani dan produksi terjadi pada usahatani. Dengan demikian pemasaran pertanian hanya mempelajari aliran komoditas hasil-hasil pertanian yang terjadi antara usahatani dan konsumen akhir. Ditinjau dari aspek ekonomi kegiatan pemasaran pertanian dikatakan sebagai kegiatan produktif sebab pemasaran pertanian dapat meningkatkan guna waktu time utility, guna tempat place utility, guna bentuk form utility dan guna pemilikan possesion utility. Pemasaran adalah suatu proses sosial yang ada di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain Kotler, 2002.

2.1.2 Lembaga Pemasaran dan Saluran Pemasaran

Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditas dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga pemasaran ini timbul karena adanya keinginan konsumen untuk memperoleh komoditas yang sesuai dengan waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan konsumen. Tugas lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Konsumen memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran ini berupa margin pemasaran Sudiyono, 2002. Lembaga-lembaga pemasaran ini dalam menyampaikan produk hasil pertanian akan membentuk jaringan pemasaran. Terdapat tiga kelompok yang secara langsung terlibat dalam penyaluran barangjasa mulai dari tingkat produsen sampai tingkat konsumen, yaitu: 1 pihak produsen, 2 lembaga-lembaga perantara dan 3 pihak konsumen akhir. Pihak produsen adalah pihak yang memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan, seperti: petani sayur, petani buah, dan peternak sapi. Pihak lembaga perantara adalah yang memberikan pelayanan dalam hubungannya dengan pembelian dan atau penjualan barang atau jasa dari produsen ke konsumen, yaitu pedagang besar wholesaler dan pedagang pengecer retailer. Sedangkan konsumen akhir adalah pihak yang berlangsung menggunakan barangjasa yang dipasarkan. Konsumen akhir ini dapat terdiri dari rumah tangga dan perusahaan-perusahaan Sudiyono, 2002. Limbong dan Sitorus 1987 menjelaskan lembaga pemasaran yang merupakan suatu badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan-kegiatan tataniaga atau pemasaran menurut fungsinya dapat dibedakan menjadi: 1. Lembaga fisik tataniaga yaitu lembaga yang menjalankan fungsi fisik, misalnya transportasi. 2. Lembaga perantara tataniaga yaitu lembaga yang khusus mengadakan fungsi pertukaran. 3. Lembaga fasilitas tataniaga yaitu lembaga-lembaga yang melaksanakan fungsi-fungsi fasilitas seperti bank desa, kredit desa, dan KUD. 8 Lembaga pemasaran menurut penguasaan terhadap barang dan jasa terdiri dari: 1. Lembaga pemasaran yang tidak memiliki tetapi menguasai barang. Contohnya agen, perantara dan broker. 2. Lembaga pemasaran yang memiliki dan menguasai barang. Contohnya pedangang pengumpul, pedagang pengecer, grosir, eksportir, dan importir. Pada komoditas susu sapi perah, lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran susu sapi perah pada umumnya terdiri dari: 1. Produsen peternak Peternak merupakan lembaga pemasaran yang dapat secara langsung menjual susu ke konsumen dan ke pengumpul dan atau ke koperasi. Sebagain besar warga Kecamatan Cepogo bermatapencaharian sebagai peternak sapi perah. 2. Pengumpul Lembaga ini biasanya disebut pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul membeli susu dari peternak kemudian susu dijual kembali ke GKSI, IPS atau langsung ke konsumen. 3. Koperasi Unit Desa KUD Koperasi serba usahaKUD adalah koperasi yang terdapat di daerah perdesaan dengan anggota para petani. KUD ini termasuk dalam koperasi primer. Bidang garap dari koperasi ini tidak hanya pertanian saja tetapi lebih dikembangkan lagi meliputi semua hal yang bersangkutan dengan kegiatan anggotanya. Koperasi juga melakukan polling dalam pembelian barang- barang kebutuhan hidup petani seperti sandang, papan dan pangan, di beberapa negara yang sudah berkembang bahkan meliputi usaha asuransi dari anggota dan berbagai jasa yang lain Hudiyanto, 2002. KUD didahului dengan berdirinya BUUDKUD yang mendasarkan pada Inpres No. 4 Tahun 1973. Tujuan pembentukan KUD ini adalah: a. Menjamin terlaksananya produksi program peningkatan produksi pertanian, khususnya produksi pangan secara efektif dan efisien. b. Memberikan kepastian bagi petani produsen khususnya, serta masyarakat desa pada umunya, bahwa mereka tidak hanya mempunyai tanggung jawab untuk ikut serta meningkatkan produksi sendiri, tetapi juga secara nyata dapat memetik dan menikmati hasilnya guna meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan. Firdaus dan Susanto, 2004. 4. Gabungan Koperasi Susu Indonesia GKSI Gabungan Koperasi Susu Indonesia GKSI merupakan koperasi sekunder dan induk koperasi dari seluruh KUD. Anggotanya terdiri dari koperasi primer KUD di berbagai lokasi sentra produksi susu. GKSI merupakan kelembagaan yang sangat berperan dalam pengembangan agribisnis sapi perah di Indonesia Toharmat, 2007. Lembaga ini berdiri secara formal pada tahun 1979, yang merupakan koperasi sekunder pada tingkat nasional dari puluhah jumlah koperasi persusuan saat itu. Salah satu prestasi dari GKSI terlihat pada meningkatnya jumlah koperasi persusuan sejak tahun 1979, sejalan dengan berkembangnya ratusan jumlah KUD susu. 5. Industri Pengolahan Susu IPS 9 Industri Pengolahan Susu IPS mempunyai peranan penting dan strategis dalam upaya penyediaan dan pencukupan gizi masyarakat. Industri ini mempunyai peluang besar dalam upaya penyediaan produk susu. Industri pengolahan susu meliputi usaha pembuatan susu bubuk, susu kental manis, susu asam, kepala susukrim susu termasuk pengawetannya seperti sterilisasi dan pasteurisasi. Industri pengolahan susu pada umunya menggunakan susu segar sebagai bahan baku. Selain bahan baku susu segar, industri ini juga membutuhkan bahan tambahan seperti gula, krim, minyak nabati, dan lainnya agar susu dapat diproses menjadi produk olahan lainnya. Hasil olahan IPS dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yakni: a. Kelompok industri hulu: susu b. Kelompok industri antara: susu pasteurisasi, susu UHT, susu fermentasi c. Kelompok industri hilir: susu bubuk, susu kental manis, keju, mentega, es krim, serta yoghurt. Saluran pemasaran diartikan sebagai kumpulan atau himpunan perusahaan atau perorangan yang mengambil alih hak atau membantu dalam pengalihan hak atas barang atau jasa tertentu selama barang dan jasa tersebut berpindah dari tangan produsen menuju tangan konsumen Limbong dan Sitorus, 1987. Swastha 1991 menjelaskan saluran pemasaran merupakan sekelompok lembaga yang ada diantara berbagai lembaga yang mengadakan kerjasama untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan dari saluran pemasaran adalah untuk mencapai pasar-pasar tertentu, jadi kegiatan penting untuk mencapai tujuan, yaitu mengadakan penggolongan produk dan mendistribusikannya. Sehingga, panjang pemasaran dapat dilihat dari banyaknya jumlah perantara yang berperan dalam kegiatan pemasaran tersebut. Gambar 1 memuat contoh saluran pemasaran. Sumber : Swastha 1991 Gambar 1 Contoh Saluran Pemasaran Pada Gambar 1 dijelaskan beberapa tingkatan panjang saluran pemasaran. Saluran nol tingkat zero level channel menunjukkan bahwa tidak ada perantara antara prodesen terhadap konsumen, sehingga produsen menjual langsung kepada konsumen. Saluran satu tingkat one level channel menunjukkan bahwa terdapat satu perantara dalam memasarkan produk dari produsen ke konsumen. Perantara 10 ini berupa pengecer. Selanjutnya, saluran dua tingkat two level channel yang menunjukkan adanya dua perantara. Perantara ini dapat berupa pedagang besar atau agen serta pengecer. Saluran tiga tingkat three level channel adalah saluran pemasaran dengan tiga perantara.

2.1.3 Fungsi Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran memiliki tiga fungsi utama, yakni berkaitan dengan waktu penyerahan, biaya serta kebutuhan akan tempat. Ketiga hal tesebut akan memberikan nilai tambah bagi sebuah produk. Limbong dan Sitorus 1987 mendefinisikan fungsi tataniaga sebagai kegiatan-kegiatan atau tindakan yang dapat memperlancar proses penyampaian barang atau jasa. Fungsi tataniaga dapat dikelompokkan menjadi tiga fungsi, yaitu: 1. Fungsi pertukaran yaitu kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik barang atau jasa yang dipasarkan. Fungsi pertukaran terdiri atas dua fungsi, yakni fungsi pembelian dan fungsi penjualan. 2. Fungsi fisik yaitu suatu tindakan langsung berhubungan dengan barang dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, bentuk dan waktu. Fungsi ini terdiri atas fungsi penyimpanan, fungsi pengangkutan dan fungsi pengolahan. 3. Fungsi fasilitas yaitu tindakan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi ini terdiri atas fungsi standarisasi dan grading, fungsi penanggungan resiko, fungsi pembiayaan, dan fungsi informasi. Menurut Amir 2005, fungsi saluran pemasaran ada enam, yakni: 1. Untuk mendapatkan informasi Saluran pemasaran membuat produsen dapat mengetahui tabiat pelanggan dan kondisi pasar yang ada. Sehingga, produsen dapat mengambil keputusan berproduksi dengan tepat. 2. Promosikomunikasi Pada kegiatan memasarkan produk, pihak yang terlibat dalam kegiatan pemasaran tersebut dapat mempromosikan kelebihan-kelebihan dari produk yang mereka pasarkan. Sehingga hal ini sangat bermanfaat bagi produsen.

3. Negosiasi Setiap konsumen memiliki karakter yang bervariasi, sehingga tak jarang jika

kesepakatan antara konsumen dengan produsen sering tidak sama antara satu konsumen dengan yang lainnya. Sehingga di sini dibutuhkan peran lembaga perantara untuk membuat kesepakatan dengan konsumen.

4. Distribusi fisik gudang dan transportasi Dalam pergudangan

dan pergerakan barang, dibutuhkan tempat penyimpanan dan transportasi barang. 5. Menangani pembayaran pembelian Pembayaran pembelian dapat menjadi masalah yang kompleks jika tidak ada perantara yang memasarkan produk. Sehingga produsen tidak harus memusingkan urusan pembayaran, yang mungkin bersifat eceran dn jumlah transaksi dapat dikurangi.

6. Pembiayaan Ketika menggunakan saluran pemasaran, maka produsen terhindar dari

keperluan menyediakan dana untuk investasi, seperti membeli truk dan tanah untuk pembangunan gudang. 11

2.2 Koperasi

2.2.1 Definisi Koperasi

UU RI No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian memberikan definisi koperasi sebagai badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota, dengan bekerjasama secara kekeluargaan menjalankan usaha, untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya. Definisi tersebut mengandung unsur – unsur bahwa : 1. Perkumpulan koperasi bukan merupakan perkumpulan modal bukan akumulasi modal. 2. Sukarela untuk menjadi anggota netral terhadap aliran dan agama. 3. Tujuan mempertinggi kesejahteraan jasmaniah anggota dengan kerjasama secara kekeluargaan Widiyanti dan Sunindhia, 1998. Pengertian lain koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang- orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan Sitio dan Tamba, 2001. Berdasarkan berbagai definisi dan pengertian koperasi, maka dapat disimpulkan terdapat beragam unsur yang terkandung, namun ada beberapa unsur pokok yang sama, yaitu: 1. Merupakan perkumpulan orang, bukan hanya perkumpulan modal usaha. 2. Ada kesamaan tujuan, kepentingan dan kegiatan ekonomi. 3. Merupakan usaha yang bersifat sosial namun memiliki motif ekonomi. 4. Berlandaskan atas azas kekeluargaan. 5. Mandiri dan sukarela. 6. Keuntungan dan manfaat sama, resiko ditanggung bersama.

2.2.2 Tujuan, Peran dan Fungsi koperasi

Perkembangan usaha sapi perah rakyat di Indonesia juga tidak terlepas dari peranan koperasi yang merupakan salah satu lembaga yang mewadahi peternak sapi perah. Pada awalnya peranan koperasi susu hanya sebatas pada penampungan dan pemasaran susu dari peternak ke IPS. Peternak tidak dapat menjual langsung ke IPS karena adanya persyaratan jumlah minimal setiap penyetoran susu, yang tidak mungkin dipenuhi oleh peternak jika tidak bergabung dalam suatu koperasi. Sebelum adanya kebijakan bukti serap BUSEP dijalankan, banyak IPS tidak menerima susu domestik dan lebih memilih susu impor untuk bahan baku industri karena kualitas dan harga susu impor yang lebih murah. Koperasi GKSI berhasil mendesak pemerintah untuk mengendalikan susu impor, mewajibkan IPS untuk menyerap susu rakyat, penentuan harga susu secara nasional, pembebasan pajak bagi koperasi, dan terus memajukan persusuan nasional melalui gerakan koperasi serta merealisir usaha pengembangan sapi perah di Indonesia Syarief, 1997. Pengembangan agribisnis peternakan sapi perah tidak dapat lepas dari peran