Prinsip Sewa Ijarah Produk Perbankan Syariah

harga jual dan jangka waktu pembayaran. Kemudian, harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan tidak berubah selama berlakunya akad. Dalam transaksi ini barang diserahkan setelah akad, sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh. Kedua, yaitu akad Salam, dimana transaksi jual beli dilakukan ketika barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu barang diserahkan secara tangguh, sedang pembayaran secara tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip jual beli ijon, namun dalam salam, kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan barang ditentukan secara pasti. Dalam praktek, barang yang telah diserahkan kepada bank, maka bank dapat menjual kembali barang tersebut secara tunai atau cicilan. Harga jual yang ditetapkan adalah harga beli ditambah keuntungan. Umumnya transaksi ini diterapkan dalam pembiayaan barang yang belum ada, seperti pembelian komoditi pertanian oleh bank, untuk kemudian dijual kembali secara tunai atau cicilan. Produk ketiga dalam sistem jual beli yaitu Istishna. Sistem ini menyerupai salam, namun pembayaran dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa termin pembayaran. Biasanya, dalam Bank Syariah akad istishna digunakan untuk pembiayaan manufaktur dan konstruksi. Spesifikasi barang pesanan juga harus jelas, seperti: jenis, ukuran, mutu dan jumlah. Kemudian harga jual dicantumkan dalam akad istishna dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad.

2.2.2. Prinsip Sewa Ijarah

Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Bila pada jual beli obyek transaksinya adalah barang, maka pada transaksi ijarah obyeknya berupa jasa. Pada akhir masa sewa, bank dapat menjual barang yang disewakannya kepada nasabah. Sedangkan harga jual dan harga sewa disepakati pada awal perjanjian. 2.2.3. Prinsip Bagi Hasil Prinsip yang ketiga yaitu bagi hasil. Pada prinsip bagi hasil dibagi dua produk, musyarakah dan mudharabah. Musyarakah merupakan transaksi yang dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama. Ketentuan umum adalah semua modal yang ada disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek. Produk kedua dari prinsip bagi hasil yaitu mudharabah. Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola mudharib dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Ketentuan umum adalah jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal, harus secara tunai, dapat berupa uang tunai atau barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan uang. Jika modal diserahkan secara bertahap, harus jelas tahapannya dan disepakati bersama. Hasil pengelolaan diperhitungkan dengan 2 cara, yaitu revenue sharing, yang berasal dari pendapatan proyek dan profit sharing yang didapat dari keuntungan proyek. Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan, namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan atau usaha nasabah. Untuk mempermudah pelaku pembiayaan, diperlukan akad pelengkap. Meski tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, dalam akad pelengkap ini dibolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Besar pengganti biaya sekedar untuk menutupi biaya yang benar-benar timbul. Akad yang pertama yaitu Hiwalah atau alih piutang. Fasilitas ini lazim untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksi. Bank mendapat ganti biaya atas jasa pemindahan piutang. Akad kedua yaitu Rahn atau gadai. Akad ini digunakan untuk memberi jaminan pembayaran kembali kepada Bank dalam memberikan pembiayaan. Akad yang ketiga yaitu Qardd, yaitu pinjaman uang tunai yang diberikan kepada peminjam untuk kegiatan yang syariah. Wakalah atau perwakilan, terjadi bila nasabah memberi kuasa kepada Bank untuk mewakili dirinya melaksanakan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan LC Letter of Credit, inkaso dan transfer uang. Dan yang terakhir yaitu Kafalah atau Bank Garansi. Diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat mensyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai rahn gadai, serta bank dapat pula menerima dana tersebut dengan prinsip wadiah. Bank diperkenankan mendapat ganti biaya atas jasa yang diberikan.

2.3. Fluktuasi Ekonomi