Sistematika Penulisan Persamaan Dasar Fluida

diusulkan suatu metode pernyelesaian persamaan WBK yang disebut metode homotopi. Dalam metode homotopi untuk menyelesaikan persamaan WBK diperlukan suatu fungsi real yang disebut homotopi, yang terdefinisi pada   0,1 ,  dengan  adalah domain dari penyelesaian persamaan WBK. Dalam fungsi homotopi ini dilibatkan suatu parameter q dalam   0,1 . Keberhasilan metode homotopi ini dipengaruhi oleh pemilihan fungsi homotopi dan parameter q pada   0,1 . Perubahan nilai q dari nol ke satu akan menentukan keberhasilan metode ini. Selanjutnya diberikan suatu penyelesaian pendekatan awal dari persamaan WBK, yang disebut deformasi orde nol. Dalam deformasi orde nol akan muncul suatu besaran baru yang akan ditentukan dalam deformasi orde yang lebih tinggi. Dalam deformasi orde yang lebih tinggi diperlukan suatu parameter yang harus dipilih. Pemilihan parameter ini sangat mempengaruhi validitas dari metode homotopi ini. Dalam hal ini domain penyelesaian persamaan WBK dengan metode homotopi akan mendekati domain penyelesaian eksaknya.

1.4 Sistematika Penulisan

Karya ilmiah ini terdiri dari empat bab. Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab kedua berupa landasan teori yang berisi persamaan dasar fluida, penyelesaian persamaan WBK dalam bentuk gelombang berjalan dan konsep dari metode homotopi yang akan digunakan untuk menyelesaikan persamaan WBK. Bab ketiga berupa hasil dan pembahasan yang berisi analisis metode homotopi yang akan digunakan untuk menyelesaikan persamaan WBK dan aplikasinya. Bab keempat berisi kesimpulan dan saran. II LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan diberikan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini. Teori-teori tersebut meliputi persamaan dasar fluida yang akan disarikan dari Billingham dan King [7], dan Witham [8]. Penyelesaian gelombang berjalan persamaan WBK yang disarikan dari Xie, et a.l [9] dan konsep metode homotopi berdasarkan rujukan Liao [6].

2.1 Persamaan Dasar Fluida

Secara umum fluida dikenal memiliki kecenderungan untuk bergerak atau mengalir. Dalam penurunan persamaan dasar fluida diperlukan asumsi bahwa air dianggap sebagai fluida takmampat incompressible, takberotasi irrotational dan takkental inviscid. Untuk menurunkan persamaan dasar fluida diperlukan hukum kekekalan massa dan hukum kekekalan momentum. Hukum kekekalan massa pada suatu sistem menyatakan laju perubahan massa, yaitu selisih antara massa yang masuk dengan massa yang keluar pada sistem tersebut. Hukum kekekalan momentum pada suatu sistem menyatakan laju perubahan momentum, yaitu momentum yang masuk dan yang keluar ditambah gaya-gaya yang bekerja pada sistem tersebut. Gambar 2.1. Fluks massa yang keluar - masuk pada elemen luas Untuk mendapatkan persamaan kontinuitas, maka perhatikan Gambar 2.1. Jika rapat massa  dan kecepatan partikel pada arah horizontal , u maka fluks massa yang masuk dari sisi kiri dengan ketinggian h   adalah , u h    dengan  simpangan gelombang dan h kedalaman air. Fluks massa yang keluar dari sisi kanan adalah u h    dievaluasi di . x x   Jika uraian Taylor digunakan, maka diperoleh . x x u h u h u h x               Jadi fluks massa yang keluar dari sisi kanan adalah . u h u h x x           Pada sisi atas, kecepatan permukaan merupakan kecepatan partikel di permukaan, yaitu , t    sehingga fluks massanya adalah x t      . Karena diasumsikan fluida berupa fluida takmampat incompressible, maka jumlah fluks massa yang masuk dikurangi dengan fluks massa yang keluar sama dengan nol, sehingga u h u h u h x x t                           atau   u h x x x t              atau   0, u h x x x t              2.1 Jika persamaan 2.1 dibagi dengan x   , maka diperoleh   u h x t          atau   0. u h u x x t              Jika peranan h   diganti dengan ,  maka diperoleh 0. u u x x t             2.2 Selanjutnya diasumsikan domain fluida dibatasi oleh dasar rata. Jadi kecepatan aliran fluida tidak bergantung pada kedalaman fluida, sehingga kecepatan partikel pada arah vertikal dianggap sangat kecil. Berdasarkan hukum kekekalan momentum pada arah vertikal diperoleh persamaan berikut: 1 . v v v p u v g t x y y               2.3 dengan u adalah kecepatan partikel dalam arah horizontal dan v adalah kecepatan partikel pada arah vertikal, p tekanan fluida dan g gaya gravitasi. Jika percepatan fluida pada arah vertikal diabaikan, maka persamaan 2.3 menjadi 1 p g y       atau . p g y      2.4 Jika persamaan 2.4 diintegralkan terhadap y, maka diperoleh   . p p g y      2.5 Selanjutnya berdasarkan hukum kekekalan momentum pada arah horizontal diperoleh 1 . u u u p u v t x y x              2.6 Jika turunan total dari u adalah , Du u u u u v Dt t x y          maka persamaan 2.6 dapat ditulis 1 . Du p Dt x      2.7 Karena , , u u x t  maka persamaan 2.6 menjadi 1 . u u p u t x x           2.8 Jika persamaan 2.5 diturunkan terhadap x, maka diperoleh p g x x        sehingga persamaan 2.8 menjadi 0, u u u t x x           2.9 dan diasumsikan 1. g  Persamaan 2.2 dan 2.9 adalah persamaan gelombang taklinear yang mengabaikan faktor dispersi. Selanjutnya akan ditinjau gelombang dengan relasi dispersi yang diberikan sebagai berikut:   2 4 2 k      2.10 dengan  frekuensi gelombang, k bilangan gelombang serta  dan  suatu konstanta. Gelombang yang diperoleh memiliki sifat dispersi, yaitu kecepatan gelombang c bergantung kepada bilangan gelombang k yang dirumuskan sebagai berikut: . c k   2.11 Apabila diambil 1   dan 0,   maka relasi dispersi yang diperoleh merupakan relasi dispersi bagi persamaan Boussinesq. Sedangkan apabila   dan 0,   relasi dispersi yang diperoleh merupakan relasi dispersi bagi persamaan gelombang panjang [9]. Persamaan Boussinesq adalah suatu persamaan gerak gelombang yang merambat dalam dua arah. Relasi dispersi yang diberikan pada persamaan 2.10 dapat ditulis 2 3 2 0. i ik ik ik i ik             2.12 Jika k berkorespondensi dengan x i  dan  berkorespondensi dengan , t i   maka relasi dispersi pada persamaan 2.12 berkorespondensi dengan persamaan berikut 3 t xx t t xx x u                        atau 0. t x xx t xxx xx u u u            2.13 Penurunan persamaan 2.13 diberikan pada Lampiran 1a. Persamaan 2.13 merupakan persamaan gelombang yang melibatkan faktor dispersi. Dengan demikian persamaan gelombang taklinear dan bersifat dispersi diberikan sebagai berikut: 2 2 3 2 3 2 0, u u u u t x x x u u u t x x x x                                    2.14 dengan  adalah simpangan gelombang yang diukur dari dasar fluida. Persamaan 2.14 disebut persamaan Whitham-Broer-Koup WBK. Berdasarkan Xie, et al. [9] diperoleh penjelasan mengenai penyelesaian persamaan WBK dalam bentuk gelombang berjalan seperti yang akan dibahas pada bagian selanjutnya. Selain itu, persamaan WBK akan diselesaikan dengan metode homotopi dan membandingkan kedua hasil yang diperoleh.

2.2 Penyelesaian persamaan WBK dalam bentuk gelombang berjalan