Aplikasi Metode Penyelesaian masalah gelombang dispersi taklinear dengan menggunakan metode homotopi

3. Penyelesaian pendekatan dengan metode homotopi ditentukan berdasarkan deret 3.8 dan 3.10. Untuk lebih jelasnya, maka bagian selanjutnya akan dibahas aplikasi dari metode homotopi untuk menyelesaikan persamaan WBK.

3.2 Aplikasi Metode

Tinjau persamaan WBK 2.14 berikut: 2 2 3 2 3 2 0, u u u u t x x x u u u t x x x x                                    3.13 Operator turunan taklinear yang dipilih adalah 2 1 1 2 1 1 1 2 1 3 2 2 1 2 1 2 2 1 2 3 , ; , ; , ; , ; [ , ; , , ; ] , ; , ; [ , ; , ; ] , ; , ; [ , ; , , ; ] x t q x t q x t q x t q x t q x t q x t q t x x x x t q x t q x t q x t q x t q x t q x t q t x x x                                          3.14 dan operator linear 1 1 1 , ; [ , ; ] , x t q x t q t      2 2 2 , ; [ , ; ] . x t q x t q t      3.15 Selanjutnya dipilih pendekatan penyelesaian awal berdasarkan pada penyelesaian gelombang berjalan dari persamaan WBK dalam dua kasus, yaitu kasus pertama dipilih pendekatan awal berdasarkan pada penyelesaian pada persamaan 2.26 maka diperoleh persamaan berikut 2 0.5 2 2 2 0.5 2 , , 0 2 coth[ ], , , 0 2 csch [ ], u x t u x k k x x x t x k k x x                       3.16 sedangkan untuk kasus kedua akan dipilih pendekatan awal berdasarkan penyelesaian pada persamaan 2.27 berikut               0.5 0.5 2 2 0.5 2 2 2 0.5 2 2 2 2 , coth[ ] csch[ ] , coth[ ]csch[ ] csch [ ]. u x t k k x x k k x x x t k k x x k x x k k x x                                   3.17 Berdasarkan definisi operator 1 dan 2 pada persamaan 3.14 diperoleh bentuk 1, 1 1 , m m m R u    dan 2, 1 1 , m m m R u    yang diberikan pada persamaan 3.12 sebagai berikut: 1 1 1 1 1, 1 1 2 1 2 , , , , , , , m m m n m m m m n n m u x t u x t x t R u u x t t x x u x t x                          3 1 1 1 2, 1 1 1 3 2 1 2 , , , , , , , m m m m m m n m n n m x t u x t R u u x t x t t x x x t x                                   3.18 Penurunan persamaan 3.18 dapat dilihat pada Lampiran 2b. Berdasarkan persamaan 3.12 dan definisi operator 1 dan 2 , diperoleh         1 1 1, 1 1 1 1 2, 1 1 , , , , , , m m m m m m m m m m m m u x t u R u t x t R u t                     3.19 atau     1 1 1, 1 1 1 1 2, 1 1 , , , , , , m m m m m m m m m m m m u x t u R u dt x t R u dt                   3.20 dengan 1 , ,..., m m u u u u  dan 1 , ,..., . m m      Karena , 0 m u x  dan , 0 0, m x   maka diperoleh     1 1 1, 1 1 1 2 2, 1 1 , , , , , , . t m m m m m m t m m m m m m u x t u x t R u ds x t x t R u ds                   3.21 Untuk penyederhanaan, maka dipilih 1 2 ,   sehingga dari persamaan 3.16, 3.18 dan 3.21 diperoleh:       0.5 2 2 2 1 csc , h 2 , u x t k t k x x                   0.5 3 2 2 2 1 csc , 4 coth , h x t k t k x x k x x                         0.5 2 2 3 2 , 2 cs cosh 1 sinh , ch k t k x x kt u x t k x x k x x                             3 2 0.5 4 2 2 , 2 csch 2 2 cosh 1 sinh , k k x x k k x x x x t k t h x t                                        0.5 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 3 3 1 4 3 6 3 2 cosh 2 6 1 sinh 2 , 1 , csch 3 k t k x x k t k t k x x kt k x x u x t                                               3 2 0.5 5 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 , csch 3 1 22 cosh cosh 3sinh 3 3 6 3 2 3 6 sinh 3 , k k x x k k x x k k x x k k x t t h x x k x t t x t                              3.22 sedangkan dari persamaan 3.17, 3.18 dan 3.21 diperoleh:   0.5 2 2 1 , 1 cosh[ ] hk t u x t k x x             0.5 3 2 2 4 1 sec 1 1 , h si 4 2 n [ h ] x t hk t k x x k x x                      2 2 0.5 2 2 1 1 , [ 0] 4 2 1 21 tanh s ech 2 u x t hk t k x x h hkt k x x                                                           0.5 3 2 2 2 2 0.5 0.5 2 2 2 2 0.5 1.5 0.5 2 2 2 2 0.5 2 2 2 0.5 1.5 0.5 2 2 2 1 1 , 4 16 2 8 8 4 4 4 1 2 3 2 6 6 6 sech sech x t hk t k x x hkt h k t hkt k x x k                                                                                           .    3.23 Penurunan persamaan 3.22 dan 3.23 dapat dilihat dalam Lampiran 2c. Barisan penyelesaian pada persamaan 3.21 masih memuat parameter tambahan . Validitas dari metode homotopi didasarkan pada pemilihan sehingga deret 3.8 dan 3.10 konvergen [6]. Selanjutnya dengan menggunakan persamaan 3.8 dan 3.10 diperoleh pendekatan penyelesaian eksak dari persamaan WBK sebagai berikut: 1 2 3 1 2 3 , , , , , ... , , , , , ... u x t u x t u x t u x t u x t x t x t x t x t x t                3.24 dengan , u x t dan , x t  pada persamaan 3.16, dan , , , , i i u x t x t  1, 2,3 i  diberikan pada persamaan 3.21. Berikut ini akan digunakan bantuan software Mathematica untuk menggambarkan hampiran penyelesaian persamaan WBK 3.13 dengan menggunakan metode homotopi pada persamaan 3.22 hingga orde ke-5, dan dibandingkan dengan penyelesaian pada persamaan 2.26. Jika diberikan parameter 2, x  0.2 k  dan 0.005,   maka untuk pemilihan yang berbeda-beda memberikan galat yang sangat kecil antara penyelesaian dengan menggunakan metode homotopi dibandingkan dengan penyelesaian pada persamaan 2.24, seperti ditunjukkan pada Tabel 3.1 dengan 1   dan 1.   Tabel 3.1 Galat antara penyelesaian dengan metode homotopi dan penyelesaian gelombang berjalan dari nilai .  x -1.3 -1.2 -1.1 -1 -0.9 -0.8 -0.7 1 1.026×10 -2 1.021×10 -2 1.020×10 -2 1.019×10 -2 1.020×10 -2 1.020×10 -2 1.021×10 -2 3 2.098×10 -3 2.098×10 -3 2.098×10 -3 2.097×10 -3 2.098×10 -3 2.098×10 -3 2.099×10 -3 5 6.855×10 -4 6.857×10 -4 6.857×10 -3 6.857×10 -4 6.857×10 -4 6.858×10 -5 6.862×10 -4 7 2.683×10 -4 2.684×10 -4 2.684×10 -3 2.684×10 -4 2.684×10 -4 2.684×10 -4 2.686×10 -4 9 1.134×10 -4 1.134×10 -4 1.134×10 -4 1.134×10 -5 1.134×10 -4 1.135×10 -4 1.135×10 -4 11 4.957×10 -5 4.960×10 -5 4.960×10 -5 4.960×10 -5 4.960×10 -5 4.960×10 -5 4.963×10 -5 13 2.200×10 -5 2.201×10 -5 2.201×10 -5 2.201×10 -5 2.201×10 -5 2.202×10 -5 2.203×10 -5 15 9.832×10 -6 9.837×10 -6 9.838×10 -6 9.837×10 -6 9.838×10 -6 9.838×10 -6 9.844×10 -6 17 4.407×10 -6 4.409×10 -6 4.409×10 -6 4.409×10 -6 4.409×10 -6 4.410×10 -6 4.412×10 -6 19 1.978×10 -6 1.979×10 -6 1.979×10 -6 1.979×10 -6 1.979×10 -6 1.979×10 -6 1.980×10 -6 Tabel 3.2 Galat antara penyelesaian dengan metode homotopi dan penyelesaian gelombang berjalan dari nilai . u x -1.3 -1.2 -1.2 -1 -0.9 -0.8 -0.7 1 6.3339×10 -3 6.0884×10 -3 5.8536×10 -3 5.6454×10 -2 5.4731×10 -3 5.3415×10 -3 5.2538×10 -3 3 1.9841×10 -3 1.8569×10 -3 1.7455×10 -3 1.6513×10 -3 1.5747×10 -3 1.5158×10 -3 1.4750×10 -3 5 8.2937×10 -4 7.5212×10 -4 6.8496×10 -4 6.2822×10 -4 5.8195×10 -4 5.4618×10 -4 5.2106×10 -4 7 3.9611×10 -4 3.4497×10 -4 3.0058×10 -4 2.6306×10 -4 2.3242×10 -4 2.0867×10 -4 1.9188×10 -4 9 2.0502×10 -4 1.7026×10 -4 1.4010×10 -4 1.1460×10 -4 9.3768×10 -5 7.7595×10 -5 6.6115×10 -5 11 1.1254×10 -4 8.8795×10 -5 6.8207×10 -5 5.0793×10 -5 3.6557×10 -5 2.5498×10 -5 1.7632×10 -5 13 6.4761×10 -5 4.8580×10 -5 3.4551×10 -5 2.2683×10 -5 1.2979×10 -5 5.4366×10 -6 6.3800×10 -8 15 3.8734×10 -5 2.7747×10 -5 1.8222×10 -5 1.0164×10 -5 3.5736×10 -6 1.5496×10 -6 5.2027×10 -6 17 2.3893×10 -5 1.6458×10 -5 1.0014×10 -5 4.5614×10 -6 1.0140×10 -7 3.3663×10 -6 5.8403×10 -6 19 1.5093×10 -5 1.0076×10 -5 5.7277×10 -6 2.0485×10 -6 9.6136×10 -7 3.3018×10 -6 4.9722×10 -6 Selanjutnya akan digambarkan hampiran penyelesaian persamaan WBK 3.13 dengan menggunakan metode homotopi pada persamaan 3.23 hingga orde ke-5, dan dibandingkan dengan penyelesaian pada persamaan 2.26. Jika diberikan parameter 2, x  0.2 k  dan 0.04,   maka untuk pemilihan 1   akan memberikan galat yang sangat kecil antara penyelesaian dengan menggunakan metode homotopi dibandingkan dengan penyelesaian pada persamaan 2.26, seperti ditunjukkan pada Tabel 3.3 dengan 1   dan 0.   Tabel 3.3 Galat antara penyelesaian dengan metode homotopi dan penyelesaian gelombang berjalan pada persamaan 2.27 x  U t=1 t=2 t=3 t=1 t=2 t=3 1 1.0820×10 -13 1.4207×10 -11 3.7052×10 -10 9.7122×10 -9 1.5427×10 -7 7.7522×10 -7 3 3.1666×10 -14 2.4073×10 -12 3.1832×10 -11 3.9357×10 -9 6.0701×10 -8 2.9566×10 -7 5 2.5456×10 -13 1.6175×10 -11 1.8282×10 -10 2.2752×10 -9 3.7983×10 -8 2.0040×10 -7 7 2.3080×10 -13 1.4885×10 -11 1.7080×10 -10 5.0203×10 -9 8.0616×10 -8 4.0962×10 -7 9 8.3149×10 -14 5.4491×10 -12 6.3537×10 -11 4.5089×10 -9 7.1671×10 -8 3.6043×10 -7 11 1.6201×10 -14 9.8137×10 -13 1.0527×10 -11 2.7462×10 -9 4.3344×10 -8 2.1638×10 -7 13 4.3719×10 -14 2.7940×10 -12 3.1773×10 -11 1.1648×10 -9 1.8214×10 -8 9.0034×10 -8 15 3.5742×10 -14 2.3005×10 -12 2.6352×10 -11 1.9907×10 -10 2.9626×10 -9 1.3857×10 -8 17 2.0831×10 -14 1.3458×10 -12 1.5475×10 -11 2.4479×10 -10 4.0019×10 -9 2.0698×10 -8 19 9.6344×10 -15 6.2457×10 -13 7.2061×10 -12 3.7788×10 -10 6.0597×10 -9 3.0748×10 -8 Berdasarkan Tabel 3.1, 3.2 dan 3.3 dapat disimpulkan bahwa metode homotopi yang digunakan dalam penelitian ini sangat cocok untuk menyelesaikan persamaan WBK. Hal ini disebabkan oleh galat yang ditimbulkan antara penyelesaian dengan metode homotopi dan penyelesaian gelombang berjalan yang diberikan pada persamaan 2.26 dan 2.27 sangat kecil dengan galat terbesear adalah 5.6454×10 -2 untuk 1.   Selanjutnya berdasarkan Tabel 3.1 dan 3.2 terlihat pula bahwa pemilihan nilai akan mempengaruhi daerah kekonvergenan deret 3.8 dan 3.10, sehingga dalam hal ini dipilih 1   memberikan nilai galat yang terkecil dan daerah kekonvergenan yang lebih luas. Berikut ini akan digambarkan gelombang yang mengikuti persamaan Boussinesq, dalam hal ini 1   dan 0.   Misalkan gelombang yang ditinjau memilki bilangan gelombang 0.2, k  atau berdasarkan 2.10 diperoleh 0.04.   Grafik penyelesaian dari  diberikan dalam Gambar 3.1 untuk 0, t  40, t  65, t  90, t  115 t  dan 130. t  Gambar 3.1 Bentuk gelombang Boussinesq Berdasarkan Gambar 3.1 terlihat bahwa gelombang yang ditinjau pada awalnya merupakan gelombang tunggal, kemudian terpisah menjadi dua gelombang, dimana masing-masing gelombang bergerak dalam dua arah yang 20 10 10 20 0.97 0.98 0.99 1.00 20 10 10 20 x 0.975 0.980 x , 40 20 10 10 20 x 0.968 0.970 0.972 0.974 0.976 0.978 0.980 x, 65 30 20 10 10 20 30 x 0.965 0.970 0.975 0.980 x , 90 30 20 10 10 20 30 x 0.970 0.975 0.980 x , 115 30 20 10 10 20 30 x 0.970 0.975 0.980 x , 130 berlawanan, yaitu ke kanan dan ke kiri, yang masing-masing memiliki kecepatan 0.2 c  satuan kecepatan. Selanjutnya akan digambarkan bentuk kecepatan arus dari persamaan Boussinesq, seperti pada Gambar 3.2 berikut: Gambar 3.2 Kecepatan arus dari persamaan Boussinesq Berdasarkan Gambar 3.2 diperoleh bahwa pada persamaan Boussinesq arus bergerak dalam dua arah, yaitu ke kiri dan ke kanan masing-masing dengan kecepatan yang sama. 10 5 5 10 x 10 5 5 10 u x, 0 10 5 5 10 x 10 5 5 10 u x, 25 10 5 5 10 x 10 5 5 10 u x , 50 10 5 5 10 x 10 5 5 10 u x , 75 10 5 5 10 x 10 5 5 10 u x , 100 10 5 5 10 x 10 5 5 10 u x , 125 IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan