Pendidikan Faktor Penyebab Kemiskinan

2.2.1. Pendidikan

Menurut teori pertumbuhan endogen yang dipelopori Lucas dan Romer, pertumbuhan ekonomi tidak hanya dipengaruhi oleh besarnya modal dan tenaga kerja tetapi juga dipengararuhi oleh akumulasi modal manusia melalui pertumbuhan teknologi. Akumulasi modal manusia merupakan akumulasi dari pendidikan dan pelatihan. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan keterampilan penduduk menunjukan semakin tinggi modal manusia. Secara umum, semakin berpendidikan seseorang maka tingkat pendapatannya semakin baik. Hal ini dimungkinkan karena orang yang berpendidikan lebih produktif bila dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan. Produktivitas yang lebih tinggi tersebut dikarenakan memiliki keterampilan teknis yang diperoleh dari pendidikan. Jika tingkat pendidikan lebih tinggi, maka akses ke dunia kerja menjadi lebih mudah dan dapat memperoleh posisi yang lebih baik. Sementara itu, unit usaha yang diisi oleh mereka yang memiliki kemampuan lebih baik dalam menyerap teknologi akan menjadi lebih produktif. Tingkat upah pekerja pun akan meningkat yang berarti kesejahteraan rumah tangganya juga meningkat. Oleh karena itu, salah satu tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan adalah mengembangkan keterampilan hidup. Inilah sebenarnya arah kurikulum berbasis kompetensi, pendidikan life skill and broad based education yang dikembangkan di Indonesia akhir-akhir ini Nurkholis, 2004. Menurut Bank Dunia 2006, tingkat pendidikan penduduk miskin yang rendah akan menimbulkan lingkaran setan kemikinan pada generasi berikutnya. Penduduk miskin yang berpendidikan rendah akan menyebabkan produktivitasnya rendah, produktivitas rendah akan membuat output dan pendapatan yang diterima rendah, sehingga terjadi kemiskinan. Rumah tangga miskin akan kesulitan untuk membiayai anak-anaknya sekolah sehingga melahirkan generasi selanjurnya yang berpendidikan rendah dan menimbulkan kemiskinan baru. Sehingga salah satu upaya untuk menurunkan tingkat kemiskinan sekaligus memotong lingkaran setan kemiskinan adalah dengan meningkatkan pendidikan penduduk miskin. Peran penting peningkatan sumberdaya manusia melalui pendidikan dalam rangka pengentasan kemiskinan juga dikemukakan Bank Dunia maupun Asian Development Bank ADB. Bank Dunia 2006 dalam kerangka kerja untuk memerangi kemiskinan menyebutkan salah satu pilar yang harus dilakukan adalah peningkatan kesempatan penduduk miskin. Pilar ini dilaksanakan dengan peningkatan akses penduduk miskin terhadap aset modal fisik dan modal manusia pendidikan dan kesehatan serta peningkatan rate of return dari aset-aset tersebut. Menurut ADB 1999, salah satu pilar dari strategi penurunan kemiskinan adalah pengembangan sosial yang terdiri dari pengembangan modal manusia pendidikan dan kesehatan, modal sosial, perbaikan status perempuan, dan perlindungan sosial. Peran optimal pendidikan dalam pengurangan kemiskinan tergantung pada akses bagi masyarakat miskin dalam menyelesaikan pendidikan yang lebih tinggi, yang nantinya sangat menentukan kemampuan mereka dalam bersaing di pasar kerja. Penduduk miskin sering kesulitan menjangkau fasilitas pendidikan dan kesulitan keuangan untuk membiayai pendidikan anaknya. Motivasi penduduk miskin untuk membiayai sekolah anaknya di negara berkembang sering tidak sejalan dengan ekspetasi manfaat yang diterima di kemudian hari. Biaya yang dikeluarkan sering menjadi penghalang atau tidak sebesar manfaat relatif yang akan diterima di masa depan Tambunan, 2006. Bila penduduk miskin tidak memperoleh akses yang lebih luas untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi terutama di negara ketiga, justru akan mempertahankan atau bahkan semakin memperlebar jurang kesenjangan pendapatan, yang pada akhirnya akan menghambat upaya pengurangan kemiskinan. Hal ini dikarenakan tingkat penghasilan yang diterima sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Pendapatan penduduk yang telah menyelesaikan sekolah atau universitas 300 persen atau 800 persen lebih besar dari penduduk yang hanya berpendidikan sekolah dasar atau kurang dari itu Todaro and Smith, 2006. Menurut penelitian Wiraswara 2005, salah satu variabel yang mempengaruhi kemiskinan adalah angka melek huruf. Angka melek huruf memiliki hubungan yang negatif terhadap tingkat kemiskinan, dimana setiap kenaikan pesentase pada angka melek huruf maka akan mengakibatkan penurunan persentase tingkat kemiskinan.

2.2.2. Kependudukan dan Ketergantungan