Bank Dunia tahun 1990 yang mengatakan bahwa diskusi mengenai kebijakan yang berkenaan dengan golongan miskin biasanya berfokus kepada trade-off
antara pertumbuhan dan kemiskinan. Namun telaah terhadap pengalaman berbagai negara menyimpulkan bahwa kedua hal tersebut bukanlah suatu trade-off yang
tidak bisa diatasi. Dengan kebijakan yang tepat, golongan miskin dapat berpatisipasi dan berkontribusi terhadap pertumbuhan, dan jika mereka dapat
melaksanakan hal tersebut, bukan tidak mungkin penurunan tingkat kemiskinan akan terjadi begitu cepat dan konsisten dengan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan.
2.3.1. Perkembangan Program Kemiskinan di Indonesia
Program penanggulangan kemiskinan mulai dilaksanakan pemerintah sejak Pelita III. Berbagai program sektoral yang bertujuan untuk mengurangi
kemiskinan mewarnai program pembangunan di Indonesia. Di bidang pertanian, pemerintah mengenalkan program BIMAS dan INMAS untuk penyuluhan pada
petani, perluasan lahan pertanian dan transmigrasi. Kemudian BULOG didirikan untuk menjaga stabilitas harga beras, gula, dan barang kebutuhan pokok lainnya.
Di sektor keuangan, pemerintah mulai memperhatikan sektor usaha kecil dan menengah dengan mengenalkan berbagai macam program kredit untuk pengusaha
kecil. Program tersebut antara lain berupa Kredit Investasi Kecil KIK, Kredit Usaha Kecil KUK, Kredit Candak Kulak KCK, dan Kredit Modal Kerja
Permanen KMKP. Pemerintah juga menciptakan berbagai macam program INPRES. Kebijakan itu semua dilakukan dalam rangka memberikan peluang
kepada rakyat kecil untuk memulai usaha.
Program khusus pengurangan kemiskinan mulai dilaksanakan pemerintah sejak 1988 dengan adanya program Pengembangan Kawasan terpadu PKT yang
berupa transfer langsung kepada masyarakat. Dalam progam ini pemerintah memberikan bibit pertanian dan peternakan kepada masyarakat miskin di
pedesaan. Pada tahun 1993, PKT berkembang dari sekedar pemenuhan kebutuhan akan bibit menjadi pemenuhan akan sarana dan prasarana dasar, seperti jalan,
jembatan, saluran irigasi dan sebagainya, terutama bagi daerah tertinggal. Kegiatan tersebut berkembang menjadi program INPRES Desa Tertinggal IDT.
Tahun 1993-1996, program IDT menarik minat berbagai lembaga keuangan internasional untuk ikut membiayai dan berkembang menjadi Program
Pengembangan Prasarana Desa Tertinggal P3DT yang pembiayaannya diperoleh dari Bank Dunia dan JBIC. Di samping itu, pemerintah melalui Departemen
Sosial, meluncurkan Kredit Usaha Bersama KUBE yang diberikan kepada kelompok usaha di desa.
Memasuki masa krisis multidimensi pada tahun 1997-1998, pemerintah dalam menjalankan program penanggulangan kemiskinan mulai memperkenalkan
Padat Karya I Oktober-Desember 1997 yang disertai dengan Padat Karya II Desember 1997-Februari 1998. Akan tetapi, program tersebut belum
sepenuhnya berjalan secara efetif dan mulai dirubah dengan program yang menganut pendekatan pelibatan dan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu
sejak tahun 1998-1999 program penanggulangan kemiskinan berbasis masyarakat mulai diperkenalkan ke berbagai daerah di Indonesia. Diantaranya Program
Pengembangan Kecamatan PPK di daerah pedesaan dan Program
Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan P2KP serta Program Pendukung Masyarakat dan Pemerintah Daerah P2MPD Komite, 2009.
Di era otonomi daerah, pemerintah mempunyai komitmen untuk mempercepat pemecahan masalah kemiskinann dengan membentuk Komite
Penanggulangan Kemiskinan pada tahun 2001. Pada akhir tahun 2003, Komite Penanggulangan Kemiskinan mengeluarkan dan mengesahkan dokumen I-PRSP
Interim Poverty Reduction Strategy Paper sebagai panduan bagi penyusunan dokumen Strategi Nasional Penanggulangan Kemikinan SNPK. Pada tahun
2004, pemerintah telah menyusun Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan. SNPK merupakan strategi dan rencana aksi untuk mempercepat tujuan dan
sasaran penanggulangan kemiskinan. SNPK dituangkan dalam RPJM tahun 2004- 2009 yang memuat kebijakan pembangunan dan rencana kerja pemerintah selama
lima tahun. Dengan mengacu RPJM, pemerintah setiap tahun akan menyusun Rencana Kerja Pemerintah RKP sebagai penjabaran dan operasionalisasi RPJM.
Pada tingkat provinsi dan kabupatenkota, pemerintah daerah membentuk Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD dengan mengacu pada SNPK dan
menjadi bagian integral dari rencana pembangunan di tingkat pemerintah provinsi dan kabupatenkota.
Pada tahun 2005, pemerintah membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan yang beranggotakan lintas departemen dan diketuai
oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Tim tersebut dibentuk dengan tujuan untuk mengintegrasikan dan sinkronasi berbagai program kemiskinan di
setiap departemen agar program penanggulangan kemiskinan dapat berjalan lebih
terarah, bersinergi satu sama lain dan tidak tumpang tindih. TKPK menetapkan upaya penanggulangan kemiskinan dengan paradigma pola penanganan yang
bersifat multisektoral. Sedangkan ditingkat daerah, pemerintah membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah TKPKD guna mengefektifkan
program penanggulangan kemiskinan di tingkat daerah. TKPK mengelompokan program penanggulangan kemiskinan berdasarkan segmentsi masyarakat
penerima program sebagai berikut: 1.
Program berbasis bantuan dan perlindungan sosial yang terdiri atas program yang bertujuan untuk pemenuhan hak dasar, pengurangan beban hidup, serta
peningkatan kualitas hidup masyarakat miskin. Program ini berbentuk bantuan raskin, jamkesmas, bantuan fakir miskin, bantuan korban bencana, bantuan
langsung tunai, PKH, beasiswa siswa miskin, serta peningkatan kapasitas kelembagaan pengarusutamaan gender PUG dan pengarusutamaan anak
PUA. 2.
Program berbasis pemberdayaan masyarakat melalui PNPM mandiri. Program ini dilakukan dengan pendekatan partisipatif berdasarkan kebutuhan
masyarakat, berupaya menguatkan kapasitas kelembagaan masyarakat, dan kegiatannya dilaksanakan oleh masyarakat secara swakelola dan berkelompok.
3. Program berbasis pemberdayaan usaha kecil dan mikro terdiri atas program-
program yang bertujuan untuk memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil, dalam bentuk bantuan modal,
peningkatan kapasitas, dan pemberian kredit usaha rakyat TKPK, 2009
Program PNPM mandiri diluncurkan oleh presiden pada 30 April 2007. PNPM Mandiri merupakan harmonisasi dan sinkronasi kebijakan dari program-
program pemberdayaan masyarakat dalam hal pemilihan sasaran, prinsip dasar, strategi, pendekatan, mekanisme, dan prosedur yang diperlukan untuk
mempercepat penanggulangan kemiskinan dan mempercepat penciptaan lapangan kerja. Secara bertahap dikonsolidasikan untuk digabung dengan berbagai
program-program pemberdayaan masyarakat untuk penanggulangan kemiskinan yang tersebar di kementrianlembaga seperti PPK, P2KP, Proyek Peningkatan
Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil P4K, Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir PEMP, dan lain sebagainya.
PNPM Mandiri dikategorikan menjadi dua jenis, yakni PNPM Inti dan PNPM Penguatan. PNPM Inti terdiri dari program berbasis kewilayahan seperti
PNPM Pedesaan PPK, PNPM Perkotaan P2KP, PNPM Daerah Tertinggal P2DTK, PNPM Infrastruktur Pedesaan PPIP dan PNPM Infrastruktur Sosial
Ekonomi Wilayah PISEW. Sedangkan dengan kategori PNPM Penguatan yang terdiri dari program pemberdayaan masyarakat berbasiskan sektoral, kewilayahan
serta khusus mendukung penanggulangan kemiskinan seperti Program Usaha Agribisnis Pedesaan PUAP, BLM untuk Keringanan Investasi Pertanian BLM
KIP, PNPM Mandiri Kelautan dan Perikanan, PNPM Mandiri Pariwisata, PNPM Mandiri Perumahan dan Pemukiman serta PNPM Mandiri Generasi TP PNPM,
2007 Pada November 2007, pemerintah meluncurkan Kredit Usaha Rakyat
KUR. KUR adalah skema kredit yang bertujuan untuk memperkuat pemodalan
UMKM dalam rangka penanggulangan kemiskinan, KUR khusus diperuntukan bagi UMKM dan Koperasi yang usahanya layak namun tidak mempunyai agunan
yang cukup sesuai persyaratan yang ditetapkan perbankan. Selain itu, KUR memberikan akses kredit kepada kelompok masyarakat yang telah dilatih dan
ditingkatan keberdayaan serta kemandiriannya pada program berbasis pemberdayaan masyarakat PNPM Mandiri, sehingga mampu untuk memanfaatkan
skema pendanaan yang berasal dari lembaga keuangan formal seperti Bank, Koperasi, BPR, dan sebagainya. UMKM dapat langsung mengakses KUR di Bank
Pelaksana yaitu Bank BRI, Bank Mandri, Bank BNI, Bank BTN, Bank Bukopin, dan Bank Syariah Mandiri atau melalui lembaga keuangan mikro serta melalui
kegiatan linkage program lainnya yang bekerja sama dengan bank pelaksana. Sejak bulan Februari 2008, diluncurkan KUR mikro dengan plafon maksimum
lima juta rupiah per nasabah usaha mikro yang disalurkan melalui bank pelaksana KUR TKPK, 2009.
2.3.2. Perkembangan Program Kemiskinan di DKI Jakarta