Perkembangan Program Kemiskinan di DKI Jakarta

UMKM dalam rangka penanggulangan kemiskinan, KUR khusus diperuntukan bagi UMKM dan Koperasi yang usahanya layak namun tidak mempunyai agunan yang cukup sesuai persyaratan yang ditetapkan perbankan. Selain itu, KUR memberikan akses kredit kepada kelompok masyarakat yang telah dilatih dan ditingkatan keberdayaan serta kemandiriannya pada program berbasis pemberdayaan masyarakat PNPM Mandiri, sehingga mampu untuk memanfaatkan skema pendanaan yang berasal dari lembaga keuangan formal seperti Bank, Koperasi, BPR, dan sebagainya. UMKM dapat langsung mengakses KUR di Bank Pelaksana yaitu Bank BRI, Bank Mandri, Bank BNI, Bank BTN, Bank Bukopin, dan Bank Syariah Mandiri atau melalui lembaga keuangan mikro serta melalui kegiatan linkage program lainnya yang bekerja sama dengan bank pelaksana. Sejak bulan Februari 2008, diluncurkan KUR mikro dengan plafon maksimum lima juta rupiah per nasabah usaha mikro yang disalurkan melalui bank pelaksana KUR TKPK, 2009.

2.3.2. Perkembangan Program Kemiskinan di DKI Jakarta

Dalam menanggulangi kemiskinan, berbagai kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta. Batasan kemiskinan mengacu kepada hasil Konferensi Dunia untuk Pembangunan Sosial World Summit for Social Development tahun 1995 dikatakan sebagai wujud yang majemuk, termasuk rendahnya tingkat pendidikan, dan sumberdaya yang produktif yang menjamin kehidupan kesinambungan; kelaparan dan kekurangan gizi; rendahnya tingkat kesehatan; keterbatasan akses kepada pendidikan; dan layanan-layanan pokok lainnya; kondisi tidak wajar dan kematian akibat penyakit yang terus meningkat; kehidupan gelandangan dan tempat tinggal yang tidak memadai; lingkungan yang tidak aman dan diskriminatif serta keterasingan sosial. Dari batasan tersebut dapat dilihat bahwa masalah kemiskinan bukan merupakan masalah satu sektor saja melainkan multi dimensionalmulti sektor, sehingga dalam penanggulangannya perlu dikoordinasikan dari berbagai sektor. Menindaklanjuti Keputusan Presiden Nomor 124 Tahun 2001 Tentang Komite Penanggulangan Kemiskinan, maka Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membentuk Komite Penanggulangan Kemiskinan melalui Keputusan Gubernur Nomor 15822002. Komite yang terdiri dari berbagai instansi terkait ini mempunyai tugas pokok yang salah satunya adalah meningkatkan keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta yang diantara dengan melakukan langkah-langkah nyata untuk mempercepat pengurangan jumlah penduduk miskin. Upaya penanggulangan kemiskinan ini diperkuat pula dengan Keputusan Gubernur Nomor 17912004 tentang Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Provindi DKI Jakarta. Strategi induk penanggulangan masalah kemiskinan Provinsi DKI Jakarta adalah mendorong terciptanya lembaga keuangan mikro professional berbasis non-kolateral di tingkat kelurahan sebagai intitusi yang diharapkan dapat mendorong peningkatan kemampuan dasar masyarakat miskin dalam meningkatkan pendapatan sekaligus akses terhadap sumberdaya ekonomi. Strategi ini dilakukan melalui dua pendekatan yaitu a community empowerment dan capacity building dan b social protection. Community empowerment dan capacity building adalah upaya meningkatkan pendapatan melalui produktivitas dengan penguatan kemampuan masyarakat miskin dalam pengelolaan, memperoleh peluang dan perlindungan untuk membentuk hasil yang lebih baik dalam berbagai kegiatan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Seangkan social protection adalah upaya untuk mengurangi pengeluaran masyarakat melalui pemberian subsidi dan bantuan untuk mengurangi pengurangan beban kebutuhan dasar seperti akses teradap pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur yang mempermudah mendukung kegiatan sosial ekonomi. Untuk mencapai strategi induk diperlukan strategi penunjang yaitu: 1. Pengembangan basis data dan penetapan indikator penduduk miskin sesuai dengan kondisi faktual DKI Jakarta sehingga diperoleh pemetaan dan identifikasi masalah kemiskinan yang komperhensif sebagai dasar berbagai program intervensi penanggulangan kemiskinan. 2. Pengembangan multi process card penduduk miskin sebagai mekanisme wujud perlindungan sosial yang menjamin ketetapan pemberian subsidi dan bantuan dalam upaya peningkatan akses penduduk miskin kepada layanan kebutuhan dasar yang bersifat langsung seperti pendidikan, kesehatan serta layanan dasar lainnya. 3. Pembentukan jejaring kerja antara pemerintah, legislatif, dunia usaha dan berbagai stakeholder lainnya guna mendukung keterpaduan program penanggulangan kemiskinan. Pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi yang meliputi aspek-aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, subsidi, fisik lingkungan, tenaga kerja, pemberdayaan masyarakat dan perlindungan sosial. Berbagai program aksi telah dilaksanakan untuk aspek-aspek tersebut. Khusus untuk aspek subsidi, beberapa program yang telah dilaksanakan adalah beras miskin, bantuan beasiswa siswamahasiswa kurang mampu, dan bantuan air bersih. Dalam rangka penaggulangan kemiskinan, pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2004 telah mengalokasikan 884 milyar rupiah. Alokasi tertinggi adalah untuk pemberdayaan masyarakat yang di dalamnya termasuk Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan PPMK. Selain pemberdayaan masyarakat, sektor yang menjadi fokus penanggulangan kemiskinan adalah bidang pendidikan dan kesehatan. Salah satu cara untuk memutuskan rantai kemiskinan rumah tangga adalah dengan meningkatkan pendidikan anggota rumah tangga sehingga mereka berpeluang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Tabel. 2.1 Program dan Alokasi Dana Penanggulangan Kemiskinan di DKI Jakarta Tahun 2004 Bidang yang di berikan Bantuan Besarnya Bantuan Rp Usaha Kecil Menengah dan Koperasi 26.002.000.000 Permukiman 4.045.665.000 Perindustrian 310.000.000 Pariwisata 50.000.000 Peternakan dan Perikanan 1.184.000.000 Pendidikan 267.987.835.000 Pemberdayaan Masyarakat 359.550.000.000 Peran Serta dan Rehabilitasi Sosial 3.309.484.000 Ketenagakerjaan 1.337.500.000 Pemerintahan 3.809.663.000 Kependudukan dan Keluarga Berencana 8.141.939.088 Pemakaman 752.400.000 Kesehatan 207.632.069.100 Total 884.112.555.188 Sumber: Bapeda Pemprov DKI Jakarta, 2005 Program Pemberdayaan Mayarakat Kelurahan PPMK adalah program yang digulirkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk memberdayakan masyarakat yang mencangkup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat baik fisik maupun non-fisik melalui lembaga kemasyarakatan yang ada di kelurahan, dengan mengadakan bantuan langsung kepada masyarakat. Pelaksanaan PPMK mengacu pada Pelaksanaan P2KP. Bantuan langsung diberikan dengan pendekatan Tribina, yaitu bina ekonomi adalah sebesar 60 persen berupa dana bergulir, untuk bina fisik dan sosial masing-masing 20 persen. Di samping itu prinsip-prinsip dari pelaksanaan PPMK ini mengacu pula pada prinsip P2KP seperti demokrasi, transparansi, partisipatif, dan akuntabilitas. Program ini digulirkan pada tahun 2001 dengan pemberian dana sebesar dua milyar rupiah pada beberapa kelurahan. Sejak tahun 2002, seluruh kelurahan mendapatkan dana PPMK sebesar 250 juta rupiah. Nilai dana PPMK terus mengalami peningkatan, pada tahun 2003 naik menjadi 500 juta rupiah per kelurahan dan pada tahun 2004 menjadi 700 juta rupiah. Pada tahun 2005 setiap kelurahan memperoleh dana PPMK sebesar satu milyar rupiah. Pemerintah DKI Jakarta sangat memperhatikan masalah pendidikan karena pendidikan berpengaruh sangat nyata kepada kemiskinan. Pendidikan tinggi memberikan peluang untuk mendapatkan kerja yang lebih baik sehingga mereka dapat terus berada di luar lingkaran kemiskinan. Program penanggulangan kemiskinan yang berkaitan dengan masalah pendidikan telah dilakukan baik untuk pendidikan dasar SD dan SMP maupun tingkat pendidikan menengah SMUK dan PT. Dana yang disalurkan untuk pendidikan hingga tahun 2004 adalah sebesar 268 milyar rupiah. Dana tersebut dialokasikan untuk berbagai kegiatan diantaranya: a. Bantuan biaya pendidikan b. Penyelenggaraan SD Wajar c. Penyelenggaraan program Paket A dan Paket B d. Penyelenggaraan guru kunjung e. Program pemberian makanan tambahan anak murid SD f. Pembinaan keterampilan menjahit anak putus sekolah g. Pembinaan keterampilan tata boga anak putus sekolah Di samping pendidikan, bidang kesehatan menjadi prioritas utama dalam penanggulangan kemiskinan. PRSP Sourcebook Bank Dunia menjelaskan bahwa dampak kondisi kesehatan yang buruk berpengaruh terhadap kemiskinan, yang meliputi dimensi sebagai berikut: 1. Ketidakmampuan untuk mempertahankan pekerjaan 2. Ketidakmampuan untuk memperoleh pendapatan yang memadai 3. Menurunnya kemampan belajar dan berfikir 4. Risiko cidera dan kecelakaan 5. Hasil capaian pendidikan yang buruk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2004 mengalokasikan dana sebesar 207,6 milyar rupiah bagi penanggulangan kemiskinan di bidang kesehatan, diantaranya adalah untuk: a. Pelayanan keluarga miskin b. Imunisasi posyandu c. Intervensi balita gizi buruk d. Pemberian makanan tambahan untuk balita kurang gizi e. Pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil Kegiatan-kegiatan ini sebagian besar dilakukan di puskesmas, karena puskesmas adalah tempat pelayanan kesehatan yang paling banyak dikunjungi oleh rumah tangga miskin. Harga yang relatif terjangkau dan lokasi yang relatif dekat dengan tempat tinggal menjadi faktor utama pemilihan puskesmas sebagai tempat berobat rumah tangga miskin. Faktor utama yang menyebabkan rumah tangga terjerat dalam kemiskinan adalah tingkat pendapatan yang rendah. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengalokasikan dana sebesar 26 milyar rupiah untuk membantu usaha kecil dan menengah agar mereka mampu untuk meningkatkan pendapatan mereka. Beberapa kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah: 1. Bimbingan teknis usaha kecil dan menengah 2. Bimbingan konsultasi usaha kecil dan menengah 3. Pembuatan depowarung usaha kecil dan menengah 4. Pembuatan desain dan pengadaan produk tanda mata khas DKI Jakarta untuk usaha kecil dan menengah 5. Diklat kewirausahaan dan manajemen bagi kelompok usaha kecil dan menengah 6. Pembinaan teknis usaha skala mikro 7. Pasar rakyat 8. Pembentukan usaha kecil dan sejenisnya Bidang kependudukan menjadi perhatian dalam program penanggulangan kemiskinan. Pada tahun 2004, dana yang dialokasikan untuk bidang kependudukan dan keluarga berencana sekitar delapan milyar rupiah. Kegiatan keluarga berencana ditekankan pada pengadaan alat kontrasepsi dan pelayanan KB bagi akseptor KB yang berasal dari keluarga miskin. 2.4. Kerangka Pemikiran Dalam analisis ekonomi regional, secara implisit seringkali diasumsikan bahwa daerah atau region yang dianalisis adalah homogen. Padahal secara faktual terdapat perbedaan yang menciptakan suatu hubungan unik antara suatu bagian dengan bagian lainnya dalam wilayah tersebut. Dalam suatu wilayah, ada penduduk atau kegiatan yang terkonsentrasi pada suatu tempat, yang disebut dengan berbagai istilah seperti: kota, pusat perdagangan, pusat industri, pusat pertumbuhan, simpul distribusi, pusat permukiman, atau darah modal. Sebaliknya, daerah di luar pusat konsentrasi dinamakan: daerah pedalaman, wilayah belakang hinterland, daerah pertanian atau daerah pedesaan Tarigan, 2004. Proses aglomerasi pada pusat pertumbuhan di Jakarta, menjadikan Jakarta sebagai kota Metropolitan. Namun di lain pihak, pemusatan aktivitas tersebut mendorong peningkatan migrasi ke Jakarta yang ditandai dengan pertumbuhan penduduk yang senantiasa meningkat. Pertumbuhan penduduk yang pesat akan menimbukan berbagai masalah, antara lain masalah penyediaan lapangan kerja, perumahan, infrastruktur, kriminalitas, kependudukan dan lingkungan. Ketika lapangan kerja formal yang tersedia tidak dapat menyerap seluruh angkatan kerja, maka mereka yang tidak terserap akan masuk ke sektor kerja yang informal dan sebagian dari mereka akan menjadi pengangguran. Pendapatan yang diterima di sektor informal jauh lebih rendah dibandingkan yang diperoleh di sektor formal. Dengan pendapatan rendah tersebut, maka mereka sulit untuk mengakses pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, air bersih, dan tempat tinggal yang layak. Kebijakan-kebijakan pembangunan yang diterapkan oleh pemerintah DKI Jakarta sering kali berdampak pada timbulnya kemiskinan. Iklim usaha yang tidak baik dapat berdampak pula pada kemiskinan. Penerapan Upah Minimum Provinsi UMP yang dirasakan cukup berat dapat menyebabkan mengurangi jumlah pegawainya. Kebijakan ekonomi dimasa lalu telah menyebabkan krisis ekonomi yang cukup parah di Indonesia. Roda perekonomian yang lumpuh telah menyebabkan banyak perusahaan harus melakukan pemutusan hubungan kerja PHK besar-besaran. Hal ini berdampak pada peningkatan jumlah penduduk miskin. Di samping itu, kebijakan dalam bidang tenaga kerja yang ada belum dapat mengatasi masalah pengangguran, dampaknya adalah jumlah pengangguran yang tinggi. Program-program yang ada sekarang ini, belum secara efektif dapat mengurangi angka kemiskinan. Program-progam terlalu bersifat umum tanpa membedakan karakteristik penyebab kemiskinan pada penduduk miskin itu sendiri. Sehingga, faktor-faktor yang ada tidak terbentuk menjadi integerasi yang utuh dan sulit untuk dikaji untuk membuat kebijakan yang lebih efektif. Program yang bersifat bantuan langsung seperti raskin, BLT, PKH, jamkesmas, dan beasiswa miskin mempunyai kelemahan terutama dalam penetapan sasaran. Penyaluran bantuan tidak tepat sasaran baik karena data yang tidak valid maupun minimnya penerapan prinsip good governance di lembaga penyaluran bantuan. Program-program pemberdayaan masyarakat seperti PPK, P2KP, P4K yang saat ini masih terintegerasi dengan PNPM Mandiri masih menggunakan logika proyek, belum optimal melibatkan penduduk miskin dalam menentukan jenis maupun sosialisasi kegiatan sehingga manfaat yang diperoleh tidak sesuai dengan kebutuhan penduduk miskin. Program PNPM Mandiri juga belum terlaksana di seluruh daerah karena keterbatasan anggaran Ardaninggar, 2009. Kendala eksternal yang terjadi seperti krisis energi pada tahun 2005 dan krisis global yang mulai terasa dampaknya pada tahun 2008 membawa pengaruh terhadap seluruh sendi perekonomian. Guncangan ini mengakibatkan peningkatan inflasi dan penurunan permintaan dan penawaran agregat sehingga banyak penduduk miskin semakin terpuruk. Penelitian ini akan menduga dari sisi sosial-ekonomi, bahwa pendidikan, kependudukan, perekonomian, pendapatan perkapita, tingkat ketergantungan, dan kesempatan kerja akan memengaruhi tingkat kemiskinan. . Analisis Pemerintah Analisis Penelitian Program-program dan Kebijakan Pengurangan Kemiskinan Pemerintah DKI Jakarta Tingginya Angka Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta Penurunan Angka Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta -AMH -Kepadatan Penduduk -Rasio Ketergantungan -Pendapatan Perkapita -Laju Pertumbuhan PDRB -PDRB Industri -PDBR Jasa -Tk. Sektor Industri -Tk. Sektor Jasa Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan dan Keadaan Riil DKI Jakarta Program-program dan Kebijakan Efektif Pengurangan Kemiskinan -P2KP -SNPK -PUAD -PNPM Mandiri -PPMK -KUR -BOS -Keluarga Berencana - UMR UMP Identifikasi Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan Gambar 2.1 Keragka Pemikiran

2.5. Hipotesis