dilakukan baru menyentuh pada pajak progresif kendaraan, rumah, dan barang mewah lainnya. Penetapan pajak progresif belum dilakukan pada pendapatan.
Lalu, penerapan pajak progresif juga menyebabkan trade-off kebijakan yang merugikan bagi pengusaha. Hal ini disebabkan, apabila pajak progresif diterapkan
pada pendapatan, maka akan menimbulkan pembengkakkan biaya produksi, karena akan lebih banyak lagi biaya yang dikeluarkan untuk membayar pegawai.
Pembengkakan biaya produksi akan membuat pengusaha untuk lebih melakukan penekanan pada inputnya, salah satunya adalah dengan mengurangi tenaga kerja.
5.2.3. PDRB Sektoral
Besarnya pengaruh peningkatan PDRB sektoral dapat dilihat dari besarnya nilai koefisien parameter yang juga menunjukan nilai estimasinya. Berdasarkan
Tabel 5.3, PDRB sektoral pada sektor industri mempunyai pengaruh yang nyata terhadap pengurangan kemiskinan, dengan pengaruh sebesar -0,124. Hal ini
berarti bahwa setiap terjadi kenaikan PDRB sektor industri sebesar 1 trilyun rupiah, maka akan mengurangi 0,124 persen tingkat kemiskinan, dengan asumsi
cateris paribus. Peningkatan produktivitas seluruh sektor mempunyai peran yang sangat
penting dalam upaya pengurangan kemiskinan di DKI Jakarta, terutama sektor jasa dan industri. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Suparno 2010 bahwa salah satu yang mempunyai andil besar dalam upaya menurunkan kemiskinan adalah peningkatan di sektor jasa dan sektor industri.
Hasil ini sejalan pula dengan temuan Suryahadi 2006 yang menyatakan bahwa
pertumbuhan pada sektor jasa di perkotaan memberikan nilai elastisitas kemiskinan yang tinggi di semua sektor.
Hal ini terjadi karena di DKI Jakarta sektor yang menjadi sektor unggulan adalah industri sehingga memberikan share yang cukup banyak di seluruh
perekonomian di DKI Jakarta. Hasilnya akan menyebar ke seluruh bidang kehidupan termasuk pada penguragan tingkat kemiskinan. Perlu adanya
penekanan kembali pada kebijakan pemerintah DKI Jakarta dalam upaya mengurangi kemiskinan yang kaitannya dalam produktivitas sektor ekonomi.
Dalam sektor industri, pemerintah berfokus pada perindungan pengusaha dalam negeri. Pemerintah menerapkan kebijakan yang menghalangi masuknya
investor dari luar luar. Dalam satu sisi, kebijakan berupa hambatan-hambatan dengan subsidi ekspor dan subtitusi impor dapat melindungi pengusaha dalam
negeri, tetapi juga akan menghambat adanya investor yang masuk, yang pada akhirnya berdampak pada kondisi persaingan di pasar. Persaingan yang terjadi
tidak membuat pengusaha lokal bergairah untuk lebih melakukan efisiensi pada peningkatan kualitas dan nilai tambah, melainkan persaingan yang terjadi adalah
persaingan pada tingkat harga. Kebijakan tersebut merupakan kebijakan yang terlalu memanjakan pengusaha dan jika berlangsung secara berkelanjutan, maka
peningkatan pertumbuhan pada sektor industri tidak akan terjadi dan tidak akan memacu pada pengurangan tingkat penduduk miskin.
5.2.4. Tenaga Kerja Sektoral