kehidupan yang lebih layak. Kualitas hidup yang lebih baik tersebut diharapkan akan mampu membuat pekerja dan keluarganya mengakses kebutuhan dasar
seperti pendidikan, kesehatan, pangan dan perumahan. Tetapi pemerintah melupakan satu hal, yaitu ketika upah pekerja dinaikan, dampak bagi pengusaha
adalah meningkatkan biaya input, maka pengusaha akan mengurangi pembengkakan pembiayaan jika upah dinaikan, yaitu salah satunya adalah dengan
mengurangi tenaga kerja. Selanjutnya yang terjadi adalah peningkatan pengangguran dan memperbesar angka kemiskinan.
5.3. Formulasi Kebijakan Pengentasan Kemiskinan
5.3.1. Program Pengantasan Buta Huruf
Pendidikan menjadi salah satu faktor yang penting bagi pemerintah DKI Jakarta dalam upaya menanggulangi kemiskinan. Dalam penelitian ini, tercermin
oleh variabel angka melek huruf. Pemerintah DKI Jakarta harus dapat lebih mengembangkan lagi program-program serta kebijakan untuk memberantas buta
huruf. Di DKI Jakarta sendiri, pada tahun 2008 masih terdapat penduduk DKI Jakarta yang buta huruf sebesar 0,82 persen atau sekitar 72.553 penduduk.
Salah satu program yang dapat dilakukan adalah dengan lebih menjalankan program Keaksaraan Fungsional. Tujuan utama yang ingin dicapai
dari program ini adalah mengurangi jumlah penduduk yang buta huruf. Setelah penduduk mengikuti program Keaksaraan Fungsional, maka selanjutnya akan
diberikan Surat Keterangan Melek Aksara SUKMA yang nantinya dapat digunakan untung melanjutkan ke program Kejar Paket A, B dan C. Program-
program tersebut diperuntukan untuk membantu penduduk miskin mendapatkan
pendidikan dasar. Selain untuk memperoleh sertifikat dan ijazah kesetaraan dengan ijazah SD, SMP, dan SMA, program tersebut juga diharapkan dapat
menambah keterampilan yang dapat dijadikan sebagai modal dasar untuk memperbaiki kehidupannya. Hal ini berkaitan dengan peningkatan dan investasi
sumberdaya dalam upaya memperoleh sumber daya yang berkualitas dan memiliki produktivitas yang baik.
Untuk menjalankan program-program tersebut, yang perlu dilakukan pemerintah adalah perbaikan dalam metode pengumpulan data rumah tangga
miskin. Pengumpulan metode tersebut perlu dilakukan dengan melibatkan seluruh pihak yang terkait baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Penentuan rumah
tangga miskin perlu dirumuskan lebih komprehensif agar dapat menggambarkan sepenuhnya keadaan riilnya. Setelah itu, pemerintah perlu melakukan sosialisasi
kepada penduduk miskin, salah satunya adalah dengan terjun langsung, untuk memberitahukan akan pentingnya pendidikan khususnya keaksaraan bagi setiap
orang sehingga dapat memperbaiki kualitas hidupnya. Dalam tatanan implementasi perlu didukung dengan tata kelola yang baik
dan dilakukan pendampingan baik dalam penyaluran maupun pemanfaatan bantuan sehingga lebih tepat sasaran. Pemerintah harus mampu menyediakan tim
pelaksana program pemberantasan buta aksara. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan lembaga swadaya masyarakat LSM. Banyak LSM yang konsen
terhadap masalah pendidikan penduduk miskin akan menolong upaya pemerintah tersebut. Maka, kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat sangatlah
penting untuk membantu pemberantasan buta aksara.
5.3.2. Program Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi