Tenaga Kerja Sektoral Faktor yang Memengaruhi Kemiskinan

pertumbuhan pada sektor jasa di perkotaan memberikan nilai elastisitas kemiskinan yang tinggi di semua sektor. Hal ini terjadi karena di DKI Jakarta sektor yang menjadi sektor unggulan adalah industri sehingga memberikan share yang cukup banyak di seluruh perekonomian di DKI Jakarta. Hasilnya akan menyebar ke seluruh bidang kehidupan termasuk pada penguragan tingkat kemiskinan. Perlu adanya penekanan kembali pada kebijakan pemerintah DKI Jakarta dalam upaya mengurangi kemiskinan yang kaitannya dalam produktivitas sektor ekonomi. Dalam sektor industri, pemerintah berfokus pada perindungan pengusaha dalam negeri. Pemerintah menerapkan kebijakan yang menghalangi masuknya investor dari luar luar. Dalam satu sisi, kebijakan berupa hambatan-hambatan dengan subsidi ekspor dan subtitusi impor dapat melindungi pengusaha dalam negeri, tetapi juga akan menghambat adanya investor yang masuk, yang pada akhirnya berdampak pada kondisi persaingan di pasar. Persaingan yang terjadi tidak membuat pengusaha lokal bergairah untuk lebih melakukan efisiensi pada peningkatan kualitas dan nilai tambah, melainkan persaingan yang terjadi adalah persaingan pada tingkat harga. Kebijakan tersebut merupakan kebijakan yang terlalu memanjakan pengusaha dan jika berlangsung secara berkelanjutan, maka peningkatan pertumbuhan pada sektor industri tidak akan terjadi dan tidak akan memacu pada pengurangan tingkat penduduk miskin.

5.2.4. Tenaga Kerja Sektoral

Tenaga kerja sektoral khususnya sektor industri memengaruhi tingkat kemiskinan di DKI Jakarta. Sektor industri menjadi pilihan masyarakat DKI Jakarta karena adanya peralihan pembangunan ekonomi yang sudah lama terjadi di DKI Jakarta dari sektor pertanian yang sudah lama ditinggalkan ke arah industri. Pengaruh penyerapan tenaga kerja sector industri dapat dilihat dari koefisien tenaga kerja sektor industri yaitu -1,005 yang berarti bahwa setiap terjadi penambahan 100000 tenga kerja akan menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 1,005 persen. Hubungan negatif antara tenaga kerja sektoral khususnya industri dengan tingkat kemiskinan, seharusnya dapat dijadikan suatu tolak ukur dan pertimbangan pemerintah untuk membuat dan menerapkan kebijakan di DKI Jakarta. Hal ini dikarenakan keterlibatan tenaga kerja pada sektor yang pas dengan sendirinya akan meningkatkan kesejahteraan keluarga para pekerja. Mereka akan lebih mampu untuk mengakses kebutuhan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Penyediaan lapangan kerja pada sektor industri akan memberikan kesempatan pada masyarakat merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan pemerintah DKI Jakarta untuk menanggulangi kemiskinan. Kebijakan pemerintah dengan mengeluarkan Upah Minimum ProvinsiRegional UMP tidak efektif dalam menurunkan angka kemiskinan. Sebaliknya, penerapan UMP tersebut cenderung akan membuat pengusaha untuk lebih mengurangi inputnya, salah satunya adalah tenaga kerja, untuk mengurangi biaya produksinya yang dialokasikan pada peningkatan upah pekerja. Tujuan awal pemerintah menerapkan UMP adalah untuk meningkatkan kesejahteraan para pekerja. Ketika kesejahteraan meningkat, para pekerja mampu membiayai hidupnya dan hidup keluarganya sehingga dapat memperoleh kehidupan yang lebih layak. Kualitas hidup yang lebih baik tersebut diharapkan akan mampu membuat pekerja dan keluarganya mengakses kebutuhan dasar seperti pendidikan, kesehatan, pangan dan perumahan. Tetapi pemerintah melupakan satu hal, yaitu ketika upah pekerja dinaikan, dampak bagi pengusaha adalah meningkatkan biaya input, maka pengusaha akan mengurangi pembengkakan pembiayaan jika upah dinaikan, yaitu salah satunya adalah dengan mengurangi tenaga kerja. Selanjutnya yang terjadi adalah peningkatan pengangguran dan memperbesar angka kemiskinan.

5.3. Formulasi Kebijakan Pengentasan Kemiskinan