Emisi Kendaraan Bermotor TINJAUAN PUSTAKA

bahkan memusnahkan kehidupan air. NO x diproduksi terutama dari proses pembakaran bahan bakar fosil, seperti bensin, batubara dan gas alam. 4 Sulfur Dioxide SO 2 SO 2 adalah gas yang tidak berbau bila berada pada konsentrasi rendah tetapi akan memberikan bau yang tajam pada konsentrasi pekat. Sulfur dioksida berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, seperti minyak bumi dan batubara. Pembakaran batubara pada pembangkit listrik adalah sumber utama pencemaran SO 2 . Selain itu berbagai proses industri seperti pembuatan kertas dan peleburan logam-logam dapat mengemisikan SO 2 dalam konsentrasi yang relatif tinggi. SO 2 adalah kontributor utama hujan asam. Di dalam awan dan air hujan SO 2 mengalami konversi menjadi asam sulfur dan aerosol sulfat di atmosfer. Bila aerosol asam tersebut memasuki sistem pernafasan dapat terjadi berbagai penyakit pernafasan seperti gangguan pernafasan hingga kerusakan permanen pada paru- paru. Pencemaran SO 2 pada saat ini baru teramati secara lokal di sekitar sumber- sumber titik yang besar, seperti pembangkit listrik dan industri, meskipun sulfur adalah salah satu senyawa kimia yang terkandung di dalam bensin dan solar. Data dari pemantauan kontinu pada jaringan pemantau nasional pada saat ini jarang mendapatkan SO 2 sebagai parameter kritis, kecuali pada lokasi-lokasi industri tertentu.

4.3 Emisi Kendaraan Bermotor

Kualitas udara wilayah perkotaan sangat penting karena berdampak langsung terhadap penduduk yang bermukim di kawasan tersebut. Polusi udara di wilayah perkotaan telah menjadi sumber berbagai permasalahan. Permasalahan utama menyangkut dampak kesehatan umumnya terkait dengan masalah pernafasan, kerusakan material gedung-gedung, kerusakan monumen bersejarah, dan terhadap vegetasi dalam kota. Emisi kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber pencemaran udara yang penting di daerah perkotaan. Kondisi emisi kendaraan bermotor sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan bakar dan kondisi pembakaran dalam mesin. Pada pembakaran sempurna, emisi paling signifikan yang dihasilkan dari kendaraan bermotor berdasarkan massa adalah gas karbon dioksida CO 2 dan uap air, namun kondisi ini jarang terjadi. Hampir semua bahan bakar mengandung polutan dengan kemungkinan pengecualian bahan bakar sel hidrogen dan hidrokarbon ringan seperti metana CH 4 . Polutan yang dihasilkan kendaraan bermotor yang menggunakan BBM antara lain CO, HC, SO 2 , NO 2 , dan partikulat. Hal ini dibuktikan oleh beberapa kajian bahwa sektor transportasi menyumbang 69 dari total pencemar NOx, 15 dari total pencemar SO 2 dan 40 dari total pencemar PM 10 untuk tahun 1995 JICA, 2004. Sementara kajian lain menyebutkan 73 dari total NO x dan 15 dari total PM 10 World Bank, 2003 dan studi terakhir pada tahun 2002 menyimpulkan bahwa 76 dari total NO x , 17 dari total SO 2 dan 55 dari total PM 10 berasal dari kendaraan bermotor Suhadi dan Darmantoro, 2005. Pengalaman dari negara-negara maju menunjukkan bahwa emisi zat-zat pencemar udara dari sumber transportasi dapat dikurangi secara substansial dengan perbaikan sistem pembakaran dan penggunaan katalis catalytic converter dan juga pengendalian manajemen lalu lintas. Walaupun diasumsikan bahwa di masa mendatang reduksi emisi per kendaraan per kilometer akan dapat tercapai sebagai hasil dari penerapan teknologi dan sistem kontrol emisi, namun emisi agregat akan tetap tinggi karena jumlah sumber individu yang terus meningkat secara signifikan. Hal ini berarti kontrol kualitas emisi harus diimbangi dengan kontrol jumlah sumber emisi volume kendaraan. Hasil kajian Asian Developmen Bank ADB 2002, menyatakan bahwa tingginya emisi kendaraan bermotor disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya adalah: 1 sistem kontrol emisi kendaraan bermotor tidak diterapkan, 2 pelaksanaan Pengujian Kendaraan Bermotor PKB berkala untuk kendaraan umum tidak berjalan efektif, 3 pemeriksaan emisi kendaraan di jalan sebagai bagian dari penegakan hukum terkait dengan pemenuhan persyaratan kelaikan jalan belum diterapkan, 4 kendaraan bermotor tidak diperlengkapi dengan teknologi pereduksi emisi seperti katalis karena tidak tersedianya bahan bakar yang sesuai untuk penggunaan katalis tersebut, 5 kualitas BBM yang rendah, 6 penggunaan kendaraan berteknologi rendah emisi yang menggunakan bahan bakar alternatif masih belum memadai, 7 pemahaman tentang manfaat perawatan kendaraan secara berkala yang dapat menurunkan emisi dan meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar masih kurang, dan 8 disinsentif terhadap kendaraan-kendaraan yang termasuk dalam kategori penghasil emisi terbesar belum diperkenalkan. Motorisasi semakin membuat moda transportasi tidak bermotor menjadi rentan dan marginal. Tidak hanya angka kecelakaan yang meningkat, tetapi juga menyebabkan kemacetan, pencemaran udara, kebisingan, tingginya konsumsi bahan bakar, berkurangnya infrastruktur kota dan lahan terbuka hijau untuk kualitas hidup masyarakat kota yang lebih baik. Kepadatan lalu lintas menyebabkan rata-rata kecepatan kendaraan menurun, dimana kepadatan dan kemacetan lalu lintas menyebabkan kendaraan tidak dapat beroperasi pada kecepatan optimum yaitu kecepatan yang menghasilkan emisi gas buang minimum Gorham, 2002.

4.4 Faktor Penyebab Pencemaran Udara