Penerapan Skenario Model Pemodelan Sistem Pengendalian Emisi kendaraan Bermotor di Kota

Sebagai tindak lanjut hasil analisis kondisi eksisting dan pemodelan dinamik pengendalian pencemaran emisi kendaraan bermotor di Kota Makassar adalah penyusunan skenario atau intervensi model berupa alternatif rancangan kebijakan yang dapat dilaksanakan berdasarkan kondisi eksisting yang ada. Melalui intervensi, perilaku sistem yang diinginkan dapat diperoleh sedangkan perilaku sistem yang tidak diinginkan dapat dihindari Avianto, 2010. Penerapan skenario model melalui simulasi model untuk melihat kecenderungan perilaku sistem yang dianalisis. Model simulasi yang diperlukan adalah suatu model yang dapat memberikan pemahaman tentang sebab terjadinya persoalan manajemen perilaku yang tidak dikehendaki, dan melalui pemahaman ini dapat dirancang suatu kebijakan untuk memperbaiki persoalan tersebut policy directions DSF, 2011. Skenario pengendalian didasarkan pada hasil analisis prioritas strategi reduksi beban emisi berdasarkan hasil penilaian pakar menggunakan metode Analytical Hierarchy Process pada sub-bab sebelumnya. Simulasi model dilakukan dengan beberapa skenario dan dianalisis berdasarkan skenario dasar kondisi eksisting sebelumnya dengan asumsi tidak ada pengendalian yang dilakukan perubahan teknologi dan tidak ada perubahan kebijakan selama periode perencanaan. Skenario dasar merupakan skenario business as usual dimana tidak dilakukan intervensi terhadap model sehingga kondisi model merupakan kondisi saat ini tanpa adanya upaya atau strategi untuk perbaikan sistem. Skenario yang akan diterapkan yaitu: 1 skenario pengurangan atau pembatasan jumlah kendaraan melalui penerapan transportasi massal Busway yang selanjutnya disebut skenario Busway, 2 skenario pengurangan konsentrasi emisi melalui penerapan bahan bakar ramah lingkungan yaitu penerapan Bahan Bakar Gas untuk kendaraan angkutan dengan kapasitas besar bus dan truk yang selanjutnya disebut skenario BBG, 3 skenario inspeksi dan perawatan inspection and maintenance kendaraan atau skenario IM, dan 4 skenario gabungan SGAB, yaitu penerapan antara ketiga skenario 1, 2 dan 3 secara bersamaan. Skenario Busway SB dilakukan dengan asumsi dapat mereduksi penggunaan kendaraan sepeda motor sebesar 25 dan mobil penumpang sebesar 15 dari kondisi eksisting. Asumsi ini dapat dicapai melalui kebijakan pengadaan 50 unit busway setiap tahun yang akan beroperasi setiap hari di Kota Makassar. Maksud dari skenario Busway adalah untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, sehingga 1 unit busway diasumsikan dapat menggantikan 15 unit mobil pribadi dan 20 unit sepeda motor. Karena adanya penambahan sarana transportasi umum busway sebagai alternatif alat transportasi, untuk itu pada skenario ini jumlah bis dinaikkan sebesar 1 dari tingkat pertumbuhan pada skenario dasar. Skenario Bahan Bakar Gas SBBG merupakan skenario penerapan bahan bakar yang ramah lingkungan, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa konsumsi bahan bakar minyak BBM mempunyai kontribusi yang dominan terhadap pencemaran udara yang terjadi, sehingga penggunaan bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan seperti BBG sangat diperlukan dalam rangka penurunan tingkat emisi dari kendaraan bermotor. Salah satu upaya yang akan dilakukan pemerintah saat ini yaitu melakukan konversi BBM ke BBG secara bertahap untuk seluruh jenis kendaraan terutama untuk kendaraan dengan kapasitas angkut yang besar seperti bus dan truk. Pada skenario BBG diasumsikan dapat menurunkan tingkat emisi truk dan bus hingga 90 dibandingkan nilai beban emisi pada skenario dasar. Skenario Inspection and Maintenance SIM merupakan skenario pengendalian pencemaran udara dengan sistem pemeriksaan emisi yang ketat dan dibarengi dengan perawatan kendaraan bermotor secara berkala. Hal ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi kendaraan-kendaraan yang beroperasi in- use vehicles yang tidak memenuhi ambang batas emisi pencemar. Kendaraan yang tidak memenuhi ambang batas emisi dipersyaratkan untuk dilakukan perbaikan hingga memenuhi ambang batas yang telah ditetapkan. Pada skenario ini diasumsikan dapat mereduksi 50 emisi kendaraan untuk jenis kendaraan sepeda motor dan mobil penumpang. Saat ini di negara maju dan beberapa negara berkembang di dunia banyak yang telah menerapkan kebijakan sistem pemeriksaan emisi dan perawatan kendaraan bermotor bagi semua kendaraan yang beroperasi. Hal ini dilakukan untuk menjaga performa kerja mesin dan efisiensi bahan bakar, karena dengan bertambahnya usia pakai kendaraan maka performa kerja mesin juga akan mengalami penurunan sehingga diperlukan adanya perawatan secara berkala untuk mengembalikan performa mesin pada kondisi standar engine tune-up. Sedangkan skenario gabungan SGAB merupakan penerapan skenario Busway, skenario BBG dan skenario Inspection and Maintenance secara bersamaan untuk mereduksi beban emisi kendaraan bermotor di Kota Makassar, dimana asumsi yang digunakan pada ke tiga skenario tersebut diterapkan secara bersamaan pada skenario ini. Asumsi penerapan skenario model ditunjukkan pada Tabel 28 berikut. Tabel 28. Asumsi penerapan skenario model No Skenario Asumsi 1. Busway Reduksi jumlah sepeda motor sebesar 25 terhadap skenario dasar. 2. BBG untuk kendaran truk dan bus Reduksi beban emisi CO, NO 2 , SO 2 dan PM 10 kendaraan truk dan bus sebesar 90 terhadap skenario dasar. 3. Inspection Maintenance Reduksi emisi CO, NO 2 , SO 2 dan PM 10 kendaraan sepeda motor dan mobil penumpang sebesar 50 terhadap skenario dasar. 4. Gabungan skenario 1, 2, dan 3 Asumsi skenario 1,2, dan 3 di atas diterapkan secara bersamaan

5.5.10 Perbandingan Penerapan antar Skenario

a Konsentrasi ambien CO Hasil simulasi model untuk nilai konsentrasi ambien CO pada tiap skenario, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai konsentrasi diantara keempat skenario SD, SB, SBBG, dan SGAB yang diterapkan seperti terlihat pada Gambar 69. Kecenderungan peningkatan nilai beban emisi CO yang dimulai pada tahun 2011 hingga akhir tahun simulasi pada tahun 2026 terlihat pada keempat skenario yang diterapkan. Hasil simulasi model yang menggambarkan nilai konsentrasi ambien CO pada penerapan skenario model dapat dilihat pada Gambar 66 berikut. Gambar 66. Prediksi konsentrasi ambien CO hasil simulasi skenario tahun 2011 hingga 2026 di Kota Makassar. Dari Gambar 66, menunjukkan bahwa pada kondisi eksisting skenario dasar menghasilkan konsentrasi ambien CO yang lebih tinggi dibandingkan dengan keempat skenario lainnya SBW, SBBG, SIM dan SGAB, yaitu sebesar 2952.61 µgm 3 pada tahun 2011 dan mengalami peningkatan pada tahun 2026 menjadi 15 069.79 µgm 3 . Sedangkan pada skenario Busway, skenario BBG, skenario IM, dan skenario gabungan pada akhir tahun simulasi terjadi penurunan nilai konsentrasi secara signifikan berturut-turut sebesar 11 125.40 µgm 3 , 12 031.30 µgm 3 , 7541.17 µgm 3 dan 5542.91 µgm 3 atau terjadi pengurangan nilai konsentrasi ambien rata-rata berturut-turut sebesar 16.88, 25.48, 99.89, dan 134.81 jika dibandingkan terhadap skenario dasar. Konsentrasi ambien CO yang dihasilkan pada skenario busway lebih rendah jika dibandingkan pada skenario dasar disebabkan oleh adanya pengalihan jumlah kendaraan mobil penumpang pribadi dan sepeda motor kepada penggunaan kendaraan umum busway sehingga terjadi penurunan jumlah kendaraan yang beroperasi di ruas jalan di Kota Makassar. Hal ini sesuai dengan hasil kajian Syahril et al., 2002, yang menyatakan bahwa penerapan transportasi publik di Jakarta dapat mereduksi emisi CO sebesar 36.60 selama 10 tahun periode simulasi. Penurunan konsentrasi ambien CO pada penerapan skenario BBG juga sejalan dengan hasil studi World Bank dalam Rahmawati 2009, yang Time K ons ent ras i am bi en ug m 3 KONS_CO 1 KONS_CO 2 KONS_CO 3 KONS_CO 4 KONS_CO 5 BM_CO 6 2.008 2.010 2.012 2.014 2.016 2.018 2.020 2.022 2.024 2.026 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 15.000 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 4 5 CO_SD CO_SBW CO_SBBG CO_SIM CO_SGAB BM_CO