3.3.5 Pemilihan Strategi Reduksi Beban Emisi
Pemilihan strategi reduksi beban emisi yang efektif dan efisien dikembangkan untuk menentukan pilihan alternatif dari berbagai strategi yang
diusulkan dalam menurunkan beban emisi kendaraan bermotor di Kota Makassar. Teknik pengambilan keputusan yang digunakan adalah AHP. Alternatif strategi
reduksi beban emisi ditentukan berdasarkan sumber dari pakar dan studi pustaka. Berdasarkan hasil kajian pustaka dan wawancara mendalam dengan pakar,
berhasil diidentifikasi 12 alternatif strategi reduksi beban emisi kendaraan bermotor di Kota Makassar, yaitu: 1 Rekayasa lalulintas, 2 Inspection and
Maintenance, 3 Pengetatan standar emisi, 4 Pembatasan jumlah kendaraan, 5 Penggunaan Catalytic Converter, 6 Substitusi bahan bakar ramah lingkungan,
7 Penggunaan transportasi massal, 8 Pajak Emisi, 9 Penataan ruang, 10 Pemantauan kualitas udara, 11 Sistem penegakan hukum lingkungan, dan 12
Peningkatan ruang terbuka hijau. Kriteria yang digunakan untuk menentukan prioritas kegiatan reduksi
beban emisi adalah: 1 Partisipasi masyarakat, 2 Kemudahan manajemen, 3 Biaya, 4 Efisiensi dan 5 Keberlanjutan. Kriteria pakar yang dilibatkan dalam
penelitian ini antara lain memenuhi salah satu kriteria berikut, yaitu: 1 memiliki pendidikan formal S2S3 pada bidang yang dikaji, 2 berpengalaman dalam
bidang yang dikaji, dan 3 praktisi dalam bidang yang dikaji.
3.3.6 Desain Model Pengendalian Emisi Kendaraan Bermotor
Data yang diperlukan untuk mendesain model pengendalian emisi kendaraan bermotor adalah jumlah kendaraan pada masing-masing ruas jalan dan
faktor emisi dari masing-masing parameter untuk mengetahui beban emisi dan tingkat konsentrasi udara ambien pada masing-masing ruas jalan. Pengumpulan
data jumlah kendaraan untuk masing-masing jenis kendaraan selama 5 lima tahun terakhir menggunakan data sekunder. Desain model dilakukan untuk
melihat perilaku sistem dalam perencanaan strategi pengendalian emisi kendaraan bermotor di Kota Makassar. Model didasarkan pada hasil pendekatan black box
dan kondisi faktual hasil studi yang dikombinasikan dengan konsep teori dari berbagai kepustakaan.
Desain model dilakukan dengan pendekatan sistem, yaitu suatu metode pemecahan masalah yang diawali dengan identifikasi kebutuhan yang
menghasilkan suatu sistem operasional yang efisien. Model pengendalian pencemaran yang dibangun didasarkan pada beban emisi kendaraan bermotor dan
karakteristik meteorologis yang mempengaruhi konsentrasi pencemar. Pendekatan sistem dicirikan oleh tiga karakteristik sistem yaitu kompleks, dinamis dan
probabilistik. Pola pikir yang mendasari pemecahan masalah sistem menurut Hartrisari 2007, yaitu: 1 cybernetic atau berorientasi pada tujuan, 2 holistic
atau cara pandang yang utuh terhadap permasalahan sistem, dan 3 effectiveness atau lebih memetingkan hasil guna yang operasional untuk mencari efisiensi
keputusan. Pendekatan sistem memberikan penyelesaian masalah dengan metode dan
alat yang mampu mengidentifikasi, menganalisis, mensimulasi dan mendesain sistem dengan komponen-komponen yang saling terkait, yang diformulasikan
secara lintas disiplin dan komplementer. Metodologi sistem pada prinsipnya melalui enam tahap analisis, yaitu: 1 analisis kebutuhan, 2 formulasi masalah,
3 identifikasi sistem, 4 pemodelan sistem, 5 verifikasi dan validasi, dan 6 implementasi Hartrisari, 2007.
1 Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan merupakan tahap awal untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dari masing-masing pemangku kepentingan stakeholders.
Setiap pelaku sistem memiliki kebutuhan yang berbeda-beda yang dapat mempengaruhi kinerja sistem. Menurut Marimin 2005, analisis kebutuhan selalu
menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari seseorang terhadap jalannya sistem. Analisa ini meliputi hasil suatu survei, pendapat ahli, hasil diskusi, dan
observasi lapang.
2 Formulasi Masalah
Adanya keinginan dan kebutuhan yang berbeda-beda diantara peran stakeholder, akan menimbulkan konflik kepentingan dalam sistem. Formulasi
masalah merupakan salah satu langkah penting dalam perencanaan model. Formulasi masalah dilakukan atas dasar penentuan informasi yang telah dilakukan
melalui identifikasi sistem yang dilakukan secara bertahap Eriyatno, 2003.
3 Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem dilakukan untuk memberikan gambaran terhadap komponen-komponen yang terlibat di dalam sistem yang dikaji dalam bentuk
diagram lingkar sebab akibat causal loop dan diagram input output.
4 Validasi Model
Validasi model ditujukan untuk melihat kesesuaian hasil model dibandingkan dengan realitas yang dikaji Hartrisari, 2007. Validasi model
dilakukan dengan menguji kinerja model untuk memperoleh keyakinaan sejauh mana kinerja model sesuai dengan kinerja sistem nyata dengan cara
membandingkan dengan data empirik Muhammadi et al. 2001. Untuk memverifikasi keluaran model dengan data empirik dilakukan uji statistik AME
Absolute Mean Error dan AVE Absolute Variation Error. Nilai batas penyimpangan yang dapat diterima adalah 10 Barlas, 2002.
Tahapan pendekatan sistem diilustrasikan pada Gambar 5 berikut.
Gambar 5. Tahapan pendekatan sistem
Formulasi Masalah Analisis Kebutuhan
Identifikasi Sistem Konstruksi model
Validasi
Simulasi Implementasi Skenario
OK ? Tidak
Selesai
Desain model pengendalian emisi kendaraan bermotor di Kota Makassar ditunjukkan pada Gambar 6.
Sub-Model Input
Output
• Karakteristik Beban Emisi
Nilai Ekonomi dari Dampak Kesehatan
Validasi MODEL PENGENDALIAN PENCEMARAN EMISI
KENDARAAN BERMOTOR Jumlah Penduduk yang
Terkena Dampak
Dampak Pencemaran Sosial-Ekonomi
EMISI
Lingkungan
• Jaringan Jalan Titik Sumber • Jumlah Kendaraan
Berdasarkan TipeJenis • VKT Kendaraan
• Faktor Emisi Polutan CO, NO2, SO2, PM10
• Pilihan Skenario Pengendalian • Beban Emisi
• Kondisi Meteorologis • Data Konsentrasi Ambien
• Pilihan Skenario Pengendalian • Konsentrasi Ambien
• Pola Spasial • Tingkat Exposure
• Proyeksi Konsentrasi Ambien • Konsentrasi Ambien
• Distribusi Populasi • Jumlah Penduduk yang
Terkena Dampak
Gambar 6. Desain model pengendalian emisi kendaraan bermotor di Kota Makassar.
5 Implementasi Skenario Model
Implementasi pengendalian pencemaran udara di Kota Makassar dilakukan dengan menggunakan beberapa skenario. Pemilihan skenario model
dilakukan dengan menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process AHP. AHP merupakan suatu metode yang umum digunakan dalam merangking kriteria
yang berbeda, tujuan yang berbeda atau alternatif yang berbeda, dimana masing- masing independen dan tidak terhubung dalam pola matematis tertentu Marimin,
2005. Dari analisis ini akan didapatkan informasi mengenai bobot dari beberapa alternatif kunci yang akan dijadikan skenario dalam model pengendalian
pencemaran udara di Kota Makassar sesuai dengan kebutuhan dari para pelaku yang terlibat dalam sistem.
Selanjutnya skenario kunci tersebut digunakan untuk mendeskripsikan perubahan kemungkinan masa depan bagi pengendalian pencemaran udara di
Kota Makassar. Penentuan skenario kunci ini sepenuhnya adalah merupakan pendapat dari pihak yang berkompeten sebagai pelaku dan pakar mengenai
pengendalian pencemaran udara perkotaan. Pemilihan skenario kunci menggunakan metode kuesioner dan wawancara.
3.3.7 Asumsi Model